Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir menangkap Imam maupun penceramah yang terindikasi menyebarkan paham ekstrem, penangkapan yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi untuk membentengi masyarakatnya dari pemahaman agama yang secara berlebihan dan cenderung ekstrem dalam pemahamanya.
Belum lama ini, Arab Saudi telah menjatuhkan vonis 12 tahun penjara kepada seorang penceramah sekaligus imam yang memimpin salat di Hagia Sophia, Turki, delapan tahun lalu, seperti dilansir dari laman cnnindonesia.com Rabu (19/10).
Berdasarkan keterangan organisasi hak asasi manusia Saudi, Prisoners of Conscience, imam Saudi Abdullah Basfar didakwa, “dengan konteks menerima undangan untuk mengimami salat di lapangan Masjid Hagia Sophia di Turki.”
“Kami mengecam vonis tersebut, dan kami mendesak pihak berwenang untuk merilisnya tanpa syarat,” ujar badan itu lagi, dikutip dari The New Arab.
Basfar ditangkap setelah sebuah video yang menunjukkan ia sedang mengimami salat jamaah di lapangan Hagia Sophia pada 2014 terungkap dan menyebar di dunia virtual.
Sebagaimana diberitakan Middle East Monitor, Basfar ditangkap pada 2020 dan sempat ditahan selama dua tahun sebelum persidangan.
Selama ditahan, Basfar dilaporkan sempat disiksa oleh interogator.
Alasan pasti penangkapan Basfar dan dakwaan yang ia terima masih belum diklarifikasi oleh pihak berwenang Saudi.
Namun, penangkapan ini diduga terjadi karena Basfar memimpin salat ketika hubungan pemerintah Turki dan Saudi sangat buruk.
Pada 2014, Hagia Sophia masih merupakan museum. Namun pada Juli 2020, pemerintah Turki mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid.
Setahun setelahnya, Ankara dan Riyadh mulai membenahi hubungan mereka. Pada awal tahun ini, hubungan keduanya membaik.
Di sisi lain, kerajaan Saudi mengklaim penangkapan sejumlah imam, akademisi, dan tokoh agama dalam beberapa waktu terakhir merupakan upaya menghadapi ekstremis.
Namun, pengkritik menilai Saudi berupaya menekan oposisi pemerintah dan mencoba menghapus identitas religius Arab Saudi.