MANUSIA adalah makhluk Allah yang Allah ciptakan dengan sempurna. Disamping dibekali akal, manusia juga diberi hawa nafsu. Dengan adanya akal, manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dengan adanya nafsu, maka manusia punya cinta keinginan terhadap sesuatu dan kemudian melakukan upaya mewujudkan keinginannya.
Akal dan nafsu yang melengkapi manusia, dapat menjadi kebaikan bagi dirinya. Yakni apabila akal dan nafsu tunduk pada kebenaran (alhaq). Namun akan menjadi bumerang, akan menyebabkan diri manusia celaka di dunia dan akhirat, yakni apabila manusia mengunggulkan akal dan mendahulukan nafsunya, sementara alhaq ia taruh di belakang punggungnya.
Syetan menjerumuskan manusia dari alhaq menuju kepada kesesatan dengan mengalihkan akal dan nafsunya. Terhadap akal manusia, setan menyuguhkan syubhat atau keragu-raguan terhadap alhaq. Dimunculkan kerancuan kepada akalnya tentang apa saja yang datang dari alhaq. Adapun terhadap nafsunya, manusia disesatkan syetan melalui syahwat. Dijadikan dunia dan wanita sebagai tujuan dan arah hidup manusia. Dibawanya manusia kepada hal-hal yang bersifat keduniaan, sehingga manusia lalai dan melupakan akhirat.
Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wasallam bersabda, tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri.
Adapun orang-orang yang dirahmati oleh Allah dengan ilmu (yakni agama) akan menjadikan akal dan nafsunya berada di bawah atau di belakang alhaq. Apapun yang datang dari al Quran dan Assunnah, ia terima dengan lapang dada dan beriman. Meskipun yang datang dari sisi syariat adalah yang bertentangan dengan akal dan nafsunya.
Sebagai orang beriman, harus mampu menekan dan mengontrol keduanya agar selalu dalam koridor syariat. Dan satu-satunya alat untuk menekan dan mengontrol akal dan nafsu adalah ilmu. Dengan ilmu, Allah menyelamatkan seseorang dari syubhat dan syahwat yang dilontarkan syetan.
Bila ada bisikan keraguan atau kerancuan tentang agama, maka orang berilmu dapat menepisnya dengan ilmunya. Tentu tidak bagi orang jahil (tidak berilmu). Boleh jadi keharaman atau kemungkaran akan nampak baginya sebagai sesuatu yang haq dan halal. Dan sebailknya, yang jelas-jelas alhaq, bisa jadi ditampakkan oleh syetan baginya sebagai kebatilan.
Orang berilmu yang tentu memiliki hawa nafsu pula, kalau dia tidak lalai karena ilmunya, maka ilmunya akan dapat melahirkan rasa takut yang akan menekan dan menahan hawa nafsunya. Ilmunya akan mengingatkan ia akan bahaya dan kesemuan kesenangan duniawi yang digandrungi nafsunya.
Semoga Allah mengampuni kita dan menganugerahi ilmu kepada kita. [*]