Penyebab tak Tercatatnya Amal Selama di Dunia

INILAH pembahasan yang akan menyelamatkan kita di hari kiamat. Karena pada hari kiamat banyak manusia meratapi catatan amalnya. Apa yang mereka temukan dalam catatan amalnya? Ternyata banyak amal saleh yang dibuat di dunia tidak tercatat.

“Di mana salatku?”
“Di mana Itikafku?”
“Di mana hajiku?”
“Aku telah membantu mengayomi anak yatim.”
“Aku telah berbuat baik kepada ibu dan bapakku.”
“Aku telah menyambung silaturrahim.”
“Aku telah Umrah kenapa tidak tercatat?”
“Aku telah memburu malam lailatul qadr kenapa tidak satupun tertulis?”
“Aku rajin berinfak, aku membangun masjid. Kenapa tidak ada yang dicatat di buku catatan amal?”

Sungguh banyak orang yang nanti meratap. Dan ketika dijawab oleh Allah, jawaban itu mampu membungkam mulut-mulut mereka. Bahwa benar dahulu ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan amal-amalnya hilang. Inilah penghapus-penghapus amal yang bisa menyebabkan amalan saleh kita lenyap.

Pertama, Melakukan syitik akbar. Syirik ada dua macam. Yaitu syirik ashghar dan syirik akbar. Jika melakukan syirik ahsghar, maka dapat menghapus amalan, khusus yang saat itu ia lakukan saja. Sedangkan jika melakukan syirik akbar, maka seluruh amalan yang pernah di lakukan ketika hidup akan terhapus, dan ia akan kekal selama-lamanya di neraka (Jika tidak bertobat). Tidak ada seorangpun bisa menolongnya walaupun misal ayah kandungnya adalah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar : 65)

Ayat ini diturunkan untuk Nabi Muhammad dan berlaku untuk seluruh makhluk. Kira-kira, lebih banyak mana amalan kita atau amalan Nabi Muhammad? Inilah pelajaran besar untuk kita, bahwa apapun posisi kita, apapun maqom kita, jika syirik akbar dilakukan, meka terhapuslah seluruh amal yang telah dan akan kita lakukan. Seluruh syirik akbar akan menginduk kepada empat poin:

1. Syirkud Dua wal Ibadah. Ialah syirik dalam hal berdoa, yaitu berdoa kepada selain Allah. Misal berdoa pada jin, berdoa pada kuburan.
2. Syirkun Niyah wal Irodah wal Qosd. Ialah syirik dalam masalah niat, keinginan, dan cita-cita. “Saya hidup untuk partai.” “Saya hidup untuk tanah air.” “Saya rela mati demi tanah air.” Padahal, Allah telah menyuruh kita dalam surat cinta-Nya. “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.Al-Anam: 162)
3. Syirkut Thoat. Ialah mengambil ajaran lain selain ajaran Allah yang telah tertulis dalam Alquran dan Al-Hadis. Contohnya menganggap komunis adalah ajaran yang bagus. Jika ada yang menganggap bahwa ajaran Islam bagus, tapi juga menganggap bahwa ajaran lain juga sama baiknya. Maka orang yang menganggap seperti ini telah terjatuh dalam syirik akbar.
4. Syirkul Mahabbah. Ialah syirik dalam hal kecintaan. Seseorang memang mencintai Allah, akan tetapi fakta di lapangan terbukti bahwa kita mencintai selain Allah hampir sejajar dengan cinta kita kepada Allah. “Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS Al-Baqarah: 165)

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Ada delapan hal yang seringkali dicintai manusia ketimbang mencintai Allah diantaranya Bapak, Anak, Saudara, Istri, Keluarga, Harta, Perniagaan, dan Tempat tinggal. Contohnya ketika Allah memanggil, sementara salah satu dari ke delapan hal tersebut juga memanggil, maka yang lebih didahulukan panggilannya adalah bukan Allah. Juga ketika agama Allah menjerit membutuhkan pertolongan kita, kita lebih mendahulukan salah satu dari ke delapan hal di atas, sementara kita membiarkan agama Allah tertindas, terzalimi. Wallahi, hal itu telah membuat seseorang terjatuh dalam Syirul Mahabbah.

Wallahu alam bish shawab. [Zulkifli Muhammad Ali]