Perempuan Arab Saudi Kini Tampil Tanpa Gamis atau Abaya Juga Buka Cadar

Perempuan Arab Saudi Kini Tampil Tanpa Gamis atau Abaya Juga Buka Cadar

Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi terus melakukan moderatisasi dibawah kendali Putra Mahkota Mohamed bin Salman (MBS). Sejak Pangeran MbS merilis Visi 2030 sebagai kerangka strategi dan misi Saudi mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak sebagai sumber utama pemasukan. Berdasarkan visi tersebut, Arab Saudi melonggarkan aturan syariah dan norma serta budaya yang ketat, demi menggenjot pariwisata dan kunjungan pelancong asing.

Para perempuan sudah boleh menjadi tentara dan membawa kendaraan sendiri. Mereka juga boleh bepergian tanpa kawalan muhrimnya.

Bahkan Saudi mengizinkan bikini di Pantai Pure Beach sejak 2021. Itu adalah pantai privat yang terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah.

Kini, wajah ibukota Saudi, Riyadh telah menunjukkan wajah baru. Para perempuan telah lumrah tampil tanpa baju gamis atau abaya. Mereka bahkan banyak yang lepas cadar.

Dikutip dari The National, Arab Saudi menampilkan wajah baru yang lebih terbuka jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Perempuan-perempuan di ibu kota Riyadh tidak lagi mengenakan abaya hingga cadar.

Kebanyakan perempuan di sana memakai jilbab biasa dengan berbalut pakaian kekinian. Pemandangan itu semakin jelas di tengah ingar-bingar warga beberapa hari sebelum tahun baru 2023.

Di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, menjadi pemandangan biasa laki-laki dan perempuan mengantre di jalur yang sama di bagian bea cukai. Mereka tidak dibatasi pemisahan lagi.

Mayoritas perempuan juga tak mengenakan cadar dan beberapa tak memilih memakai abaya. Abaya adalah pakaian tradisional berukuran besar yang sering dikenakan di negara Teluk Arab.

Keterbukaan di Riyadh dan penghapusan aturan jarak sosial ini tentu saja mengubah tatanan kehidupan sehari-hari warga secara signifikan.

“Mengunjungi Arab Saudi adalah pengalaman yang berbeda pada 2008 dibandingkan saat ini,” kata turis asal Mesir yang berkunjung ke Jeddah, Samia.

“Pada 2008, Saudi menerapkan aturan ketat dengan mewajibkan mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok,” imbuhnya.

Pada 16 Desember, Otoritas Arab Saudi melarang abaya dikenakan murid perempuan saat ujian di sekolah. Kebijakan itu dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Komisi Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Saudi (Education and Training Evaluation Commission/ETEC) Saudi.

ETEC menyatakan penting mematuhi pakaian sesuai aturan untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian.

“Dilarang mengenakan abaya pada saat ujian,” demikian pernyataan ETEC.

Badan tersebut kemudian meminta para murid mengenakan seragam sekolah saat ujian. Menurut mereka, seluruh pakaian yang dikenakan siswa harus selaras dengan aturan kesopanan publik di Saudi.

Abaya tak lagi diwajibkan di Saudi terutama di Riyadh dalam beberapa tahun belakangan. Semua itu karena pada tahun 2018, Putra Mahkota Arab Saudi MBS membolehkan perempuan tak memakai abaya maupun hijab asal tetap berpakaian sopan.

“Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada perempuan untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat yang dia pilih untuk dikenakan,” kata MBS waktu itu.

ISLAM KAFFAH