Potensi Jamaah Tersesat Masih Tinggi

Potensi Jamaah Tersesat Masih Tinggi

Jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer pergi pulang ke Jamarat

Oleh AGUNG SASONGKO dan FUJI EP dari MAKKAH, ARAB SAUDI

MAKKAH — Jamaah haji sudah memasuki prosesi lontar jumrah kedua di Jamarat, Mina, Arab Saudi, pada 11 Dzulhijjah atau Kamis (29/6/2023) WAS. Meski tingkat kepadatan sedikit mereda ketimbang hari pertama saat jamaah melakukan prosesi lontar jumrah Aqabah, masih banyak jamaah yang tidak mengetahui dimana arah tenda.

Berkurangnya kepadatan jamaah ini dikonfirmasi oleh Kepala Seksi Layanan Lansia Daker Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arief Nurawi. Menurut dia, prosesi lempar jumrah pada hari tasrik sudah longgar.

Kepadatan seperti saat jamaah melakukan jumrah aqabah sehari sebelumnya sudah berkurang. “Iya sudah longgar, puncaknya memang pas jumrah aqabah,” ucap dia di Mina, Kamis (29/6/2023).

Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jamaah yang langsung melakukan tawaf ifadah di Masjidil Haram setelah melaksanakan jumrah aqabah. Mereka melakukan prosesi sai kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat.

Selain itu, ada jamaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji.

Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan, banyak jamaah yang berangkat maupun kembali dari arah jamarat tidak tahu arah tenda. Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jamaah untuk memberikan solusi.

“Apalagi saat ini begitu datang jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda,” kata dia.

Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda

HARUN ARRASYID Kasatops Armina 

Harun mengatakan, jamaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi yakni dari 500 meter hingga 1,5 kilometer. Sementara, panjang terowongan sekitar dua kilometer. Untuk pergi pulang, jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer.

Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi Harun Al Rasyid mengatakan, untuk memberikan rasa aman dan memitigasi risiko yang menimpa jamaah, pihaknya membentuk 5 Pos MCR. “Di terowongan di jamarat, Ula, Wustha, Aqabah, kita siapkan pos MCR,” kata dia, Kamis (29/6/2023).

photo

Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jamaah yang langsung melakukan tawaf ifadah di Masjidil Haram setelah melaksanakan jumrah aqabah. Mereka melakukan prosesi sai kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat. Selain itu, ada jamaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji. Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan, banyak jamaah yang berangkat maupun kembali dari arah jamarat tidak tahu arah tenda. Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jamaah untuk memberikan solusi. “Apalagi saat ini begitu datang jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda,” kata dia.

 
Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda
HARUN ARRASYID Kasatops Armina 
 

Harun mengatakan, jamaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi yakni dari 500 meter hingga 1,5 kilometer. Sementara, panjang terowongan sekitar dua kilometer. Untuk pergi pulang, jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer. Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi Harun Al Rasyid mengatakan, untuk memberikan rasa aman dan memitigasi risiko yang menimpa jamaah, pihaknya membentuk 5 Pos MCR. “Di terowongan di jamarat, Ula, Wustha, Aqabah, kita siapkan pos MCR,” kata dia, Kamis (29/6/2023).

photo

Di setiap pos, ada petugas gabungan dari berbagai unsur seperti kesehatan, Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), Emergency Medical Team (EMT), Linjam, dan pelayanan lansia yang sama-sama memperhatikan jamaah saat melakukan lontar jumrah. “Dengan adanya petugas jamaah akan merasa aman karena ada hubungan emosional dan motivasi,” katanya. Dia menyebut pos MCR tersebut berada di Jamarat lantai atas dan di lantai dasar atau bawah. Pos MCR ini bersinggungan dengan petugas yang berjaga di rute pos Jamarat. “Jadi 5 pos MCR ada di lantai atas dan 5 pos di lantai dasar. Jadi selain kita buat rute pos Jamarat 1 sampai 8 di situ juga ada MCR 1-5. Itulah pos yang berasiran yang bisa memberikan pelayanan juga bisa memantau jamaah terutama yang lansia,” kata dia. Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mina Zaenal Muttaqin mengatakan, 5 Pos MCR dibentuk untuk memantau pergerakan jamaah saat di Jamarat. Pos-pos tersebut bertujuan untuk melayani jamaah haji yang menjalankan lempar jumrah pada tanggal 10, 11, 12 Dzulhijah untuk nafar awal dan tambahan 13 Dzulhijjah untuk nafar tsani. “Termasuk saat pendorongan jamaah ke Makkah,” ujar dia. Dari pantauan Republika, situasi di terowongan jamarat tidak padat seperti sebelumnya saat lempar jumrah aqobah. “Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat,” ujar Mahyudin (83) pada Kamis (29/6/2023).

 
Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat
MAHYUDIN Jamaah asal Aceh 
 

Jamaah haji asal Aceh yang mendatangi Jamarat bersama rekannya ini mengaku, bersyukur bisa melaksanakan lempar jumrah yang merupakan wajib haji dengan lancar tanpa ada halangan. “Saya semangat terus, semoga dikasih kesehatan sama Allah jadi bisa laksanain ibadah haji sampai selesai,” ucapnya. Seperti diketahui, lempar jamarat adalah bagian dari rangkaian prosesi ibadah haji sebagai perlawanan terhadap setan. Hal ini merupakan tindakan yang mencontoh Nabi Ibrahim ketika dia dan putranya, Nabi Ismail, mendapatkan godaan setan. Lontar jumrah dilakukan dengan melempari batu ke tiang-tiang jamarat. Penjagaan dan pengawasan terus dilakukan oleh tim petugas haji di berbagai pos Mina.