Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, Rasul bukanlah sosok yang otoriter. Beliu senantiasa bermusyawarah dan mau mendengarkan nasihat istri-istrinya. Salah satunya adalah Ummu Salamah.
Dalam kitab Muhammad Sebagai Suami dan Ayah, disebutkan, ketika berada di Hudaibiyah, Nabi memerintahkan orang-orang untuk menyembelih hewan kurban dan memotong rambut mereka. Namun orang-orang itu tak menuruti perintahnya.
Dalam keadaan jengkel, Muhammad masuk ke tendanya dan berkata kepada Ummu Salamah: “Tiga kali aku memerintahkan orang-orang untuk menyembelih hewan mereka dan mencukur rambutnya. Tapi lihatlah betapa malas dan lambannya mereka.”
Saat itu, muncullah intuisi feminim yang menyelamatkan situasi. Ummu Salahmah pun berkata dengan lembut kepada Rasul. “Ya Rasulullah, engkau tak bisa membuat 1.500 orang ini melakukan apa yang tidak mereka inginkan. Lakukan saja kewajibanmu yang telah Allah tetapkan atasmu. Majulah dan laksanakanlah ibadahmu sendiri di tempat terbuka agar setiap orang bisa melihatmu. Ini tentu akan membuat cukup membuat mereka merasa bodoh,” kata Ummu Salamah.
Nabi menyadari makna saran itu. Beliau pun keluar tenda dan melihat matahari telah terbit dan menerangi gurun yang sangat luas itu. Beliau berjalan ke tempat hewan ternak. Setiap orang kini menyaksikannya.
Bahkan kaum musrik Makkah yang ikut menginap di sana malam itu melihat sendiri beliau mengambil unta Abu Jahal. Beliau menggiringnya ke tempat terbuka dan menyembelihnya sambil berucap: Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Tak lama kemudian, dia memanggil Khirasy ibn Umayyah Al Khuza’i, dan mencukur rambutnya.
Ketika kaum Muslim melihat apa yang dilakukan Rasul, mereka bangkit dan mengikutinya. Mereka menyembelih hewan dan mencukur rambut mereka.