Refleksi Hari Sumpah Pemuda: Pemuda Pemimpin Masa Depan

Refleksi Hari Sumpah Pemuda: Pemuda Pemimpin Masa Depan

Hari Sumpah Pemuda merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku, agama, dan golongan berkumpul untuk menyatakan ikrar Sumpah Pemuda. Nah berikut dalam momentum Sumpah Pemuda kali ini kembali menancapkan diri bahwa Pemuda Pemimpin masa depan.

Seokarno pernah berpesan dalam satu kesempatan tentang peran strategis pemuda;“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Bung Karno

Jika kita merenung dan merefleksikan kalimat pidato Bung Karno, maka sejatinya jumlah besar saja tidaklah cukup untuk bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan di kancah dunia.

Sebab, Bung Karno tak perlu menunggu bonus demografi untuk bisa memberikan kehormatan yang layak bagi bangsa dan negaranya. Akan tetapi, Bung Karno hanya membutuhkan pemuda-pemudi unggul yang memiliki kualitas dan visi yang besar dalam menatap dunia.

Syahdan, peran pemuda dalam soal kepemimpinan sangatlah besar dan penting. Bagaimana tidak! Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa datang.

Artinya, dalam hal kepemimpinan, walaupun secara mental mayoritas pemuda masih belum mempunyai mental yang kuat, namun tak sedikit pemuda yang sukses dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Misalnya kepemimpinan Umar ibn Abd Al-Aziz yang menjadi gubernur Madinah pada usia yang belum genap 24 tahun. Kemudian setelah enam tahun menjadi seorang khalifah Bani Umayyah.

Rupa-rupanya, faktor yang melatarbelakangi kesuksesan Umar adalah rasa adil dan amanah yang diterapkannya dalam setiap memberikan suatu kebijakan. Di antaranya kebijakan yang dilakukan Umar dalam bidang politik adalah memecat para pejabat yang zalim, dan mengganti dengan pejabat baru yang adil dan benar walaupun bukan dari golongan Umayyah sendiri. Bahkan, menghapuskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada keluarganya tidak pilih kasih terhadap semua rakyatnya.

Misalnya, dalam penarikan pajak, Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz telah menekankan bahwa pajak harus dikumpulkan dengan adil. Dan dalam pengambilannya, haruslah bersikap lemah lembut tanpa adanya tindak kekerasan. Pun juga jangan sampai melebihi kemampuan orang yang dibebani.

Tak hanya itu, Umar melakukan pembersihan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Tanah-tanah atau harta lain yang pernah diberikan kepada orang tertentu di masukan ke dalam Baitul Mal. Terhadap para gubernur dan pejabat yang bertindak sewenang-wenang, ia tidak ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas. Ia juga memecat Yazid bin Abi Muslim (Gubernur Irak) dan As Saqafi dari jabatannya sebagai pemungut pajak di Mesir.

Tak kalah menariknya beberapa alasan dipilihnya Umar adalah, selain dia dari kalangan Bani Umayyah karena merupakan menantu dari Khalifah sebelumnya, ia dikenal juga sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, adil, jujur, sederhana, alim, wara’ dan tawadhu’ serta zuhud.

Contoh lain kesuksesan pemuda dalam memimpin adalah pada diri Sultan al-Fatih. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah, dan hidup di masa setelah Sultan Salahuddin al Ayyubi (pahlawan perang Salib). Ia memerintah Daulah Ustmaniyah dalam usia kurang lebih 22 tahun setelah Sultan Murrad II wafat.

Lebih dari itu, ia mempunyai kepribadian yang cemerlang, kekuatan dan keadilan telah tercermin dalam pribadinya sebagaimana ia sangat unggul dalam segala bidang ilmu. Ia mengikuti jejak ayahnya dalam memperoleh beberapa kemenangan. Kepribadiannya sangat mencerminkan seorang pemimpin yang luar biasa dari segi salehnya dan keilmuannya yang tinggi. 

Pemuda Pemimpin Masa Depan

Kita tahu, bahwa generasi muda adalah pemimpin masa depan. Seperti ungkapan bahwa “masa depan bangsa terletak pada genggaman generasi pemuda”. Artinya, baik buruk suatu umat atau bangsa tergantung pada pemudanya.Yusuf Qardawi mengatakan “apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah para pemudanya hari ini.”

Ungkapan ini menjadi standarisasi dan barometer dalam pembinaan dan pendidikan generasi muda, untuk melanjutkan perjuangan dan menjadi pilar kebangkitan. Dengan kata lain, generasi muda dituntut untuk mendidik dirinya menjadi generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Tentu tidak diragukan lagi bahwa banyak peran pemuda bagi bangsa ini. Sejarah telah mencatat bagaimana Sutan Syahrir berperan besar dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagaimana Mark Zuckerberg, Lary Page dan Sergey Brin yang begitu memiliki peranan besar dalam merubah peradaban dunia. Pun demikian kisah pemuda Ibrahim yang berani memberontak dan bertindak revolusioner untuk memperbaiki tatanan sistem masyarakat yang sudah rusak.

Kisah Ashabul Kahfi adalah bukti nyata bahwa, pemuda selalu punya peran dalam merubah kondisi suatu bangsa yang tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa. Selain itu, para Nabi dan Rasul adalah contoh teladan peran pemuda dalam merubah suatu bangsa.

Seperti yang dikatakan Michael H. Hart seorang penulis Barat terkenal dalam bukunya “The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History” menuliskan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia.

Di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung tentang kepemimpinan. Misalnya adalah surah An-Nisa’ ayat 58. Allah Swt berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰۤى اَهْلِهَا ۙ وَاِ ذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ [4]: 58).

Ayat ini memerintahkan tentang kewajiban memegang amanat dan memberikan amanat kepada orang-orang yang pantas (ahli). Pada kenyataanya, banyak sekali bermuculan generasi muda yang memegang peran penting berbagai sektor. Terutama dalam hal kepemimpinan. Dengan demikian, harus di yakini bahwa pemuda layak menjadi pemimpin.

Pengikut Jejak Nabi

Generasi pertama pengikut Rasulullah Saw. kebanyakan dari kalangan pemuda, bahkan sebagian masih anak-anak. Mereka mendapatkan transfer pemikiran (thaqafah) Islam dari Rasulullah Saw. Adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubaer bin Awwam (8 tahun), Thalhah (11 tahun), Al-Arqam (12 tahun ), Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqas (17 tahun), Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haritsah (20 tahun), Ustman (20 tahun), Mushab bin Umair (24 tahun), Umar bin Khattab (24 tahun) dan generasi lainnya.

Akhirnya, dari pemuda-pemuda inilah maka terbentuk cikal-bakal generasi terbaik yang berhasil membongkar struktur paganis dan stagnasi pemikiran, kebodohan adat jahiliyah yang telah mengakar di Jazirah Arab. Sehingga menjadikan Jazirah Arab sebagai pusat peradaban dunia dan berhasil menempatkan umat Islam di posisi puncak peradaban selama berabad-abad lamanya.

Selain itu, jika menelisik sejarah, Indonesia sendiri mempunyai banyak pahlawan yang pada masa mudanya sudah menjadi pemimpin. Misalnya seperti Hamengkubawana IX dinobatkan sebagai Raja pada usia 28 Tahun pada maret 1940. Sutomo dengan kawan-kawannya yang berusia 20-25 Tahun mendirikan Budi Utomo.

Catatan akhir

Tak bisa dipungkiri bahwa peran pemuda semakin hari semakin berkembang dalam masa modernisasi ini. Hampir setiap sektor dalam dimensi kehidupan menyertakan kontribusi dan peran para pemuda-pemudi. Begitu juga dalam hal kepemimpinan, baik dalam skala kecil seperti pemimpin organisasi, usaha, perusahaan, dan lainnya. Maupun dalam skala besar seperti Negara dan agama.

Tentunya, ini adalah sebuah perubahan dan kesempatan emas yang baik bagi para pemuda-pemudi. Selain diberikan kepercayaan sebagai pemimpin, nantinya pemuda akan banyak tahu dan berpengalaman dalam hal gerak, karena gerakan pemuda memanglah sangat dibutuhkan di era Milenial ini. Disinilah peran-peran pemuda dibutuhkan.

Namun demikian, pemuda bukan hanya sekedar menjadi perubahan, akan tetapi harus menjadi kekuatan sebuah kebijakan jika nantinya beberapa sektor dan kuasa ada di tangan pemuda. Layaknya Rasulullah Saw. yang mampu mengemban amanat tepat pada Umur 25 tahun. Tentunya, sifat yang wajib ditanamkan oleh pemuda adalah Siddiq, Amanah, Tabliq dan Fathanah.

Sebagai generasi muda, kita harus bangga dengan sejarah bangsa kita dan Sumpah Pemuda. Kita harus melanjutkan perjuangan para pemuda terdahulu untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Pemuda mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin masa depan yang dapat membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bisshawaab.

BINCANG SYARIAH