Reinkarnasi Manusia Setelah Kematian Menurut Quraish Shihab

Reinkarnasi Manusia Setelah Kematian Menurut Quraish Shihab

Reinkarnasi adalah kepercayaan bahwa jiwa manusia akan dilahirkan kembali ke dalam tubuh baru setelah kematian. Keyakinan ini telah ada di banyak budaya di seluruh dunia selama berabad-abad. Nah berikut reinkarnasi manusia setelah kematian menurut Quraish Shihab. 

Pada hakikatnya, manusia akan menemui ajalnya untuk menuju kematian dan akan menjalani proses peradilan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Maka, untuk menjalaninya, manusia akan mengalami yang namanya “reinkarnasi” (hidup kembali). Berbeda dengan agama lainnya dalam memahami reinkarnasi, Islam memahami konsep reinkarnasi ini dalam bentuk yang berbeda. Lalu bagaimana sebenarnya konsep “reinkarnasi” dalam Islam? Dan apa saja proses yang dijalani manusia setelah kematian?

Syahdan, semua agama-agama apapun pasti selalu meyakini dan mengajarkan tiga hal pokok, dan tanpa salah satu dari ketiganya, maka ia tidak dapat dinilai sebagai agama. Pertama, bahwa agama menuntut dan mempercayainya untuk percaya bahwa ada kekuatan maha dahsyat yang mengatur alam raya. Kekuatan itu dinamai Tuhan. Walaupun bisa berbeda-beda dalam rincian kepercayaannya menyangkut Tuhan. 

Kedua, semua agama mengajarkan bahwa ada hari pembalasan. Orang baik dibalas dengan baik, orang yang buruk dibalas dengan keburukan. Apakah pembalasan itu di dunia ataukah sebaliknya pembalasan itu setelah kematian (di akhirat), ternyata para agamawan juga berbeda-beda dalam menafsirkan.

Ketiga, yang harus ada pada setiap agama atau orang yang beragama adalah, adanya dorongan untuk melakukan hubungan dengan kekuatan yang maha dahsyat. Itulah yang dalam Islam dinamai ibadah. Semua agama mengenal ibadah, dan semua agama pula mengajarkan agar kita mempunyai hubungan dengan Tuhan.

Tiga unsur pokok ini harus ada pada setiap agama dan harus dihayati oleh setiap yang beragama, termasuk agama Islam. Namun, yang akan pembahasan kali ini adalah tentang kedua, yaitu hari pembalasan (kebangkitan). Adalah hari kebangkitan di mana manusia akan memperoleh balasan atau ganjaran dari apa yang telah dilakukannya selama hidupnya.

Mengapa harus ada pembahasan?

Jawabannya antara lain, bahwa semua manusia mendambakan keadilan. Orang jahat pun mendambakan keadilan. Tetapi keadilan dalam kehidupan dunia ini tidak sempurna. Itu sebabnya, tak sedikit dari banyaknya orang-orang baik masuk penjara dan tersiksa. Sebaliknya, ada banyak orang-orang yang melakukan kejahatan justru bebas dari hukuman. Ini namnya tidak adil.

Maka dengan demikian, diperlukan adanya hari pembalasan. Hari pembalasan itu sempurnanya adalah setelah kematian manusia. Al-Qur’an menyatakan ketika berbicara tentang hari kebangkitan itu:

لِيَجْزِيَ اللّٰهُ كُلَّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

Artinya: “Agar Allah memberi balasan kepada setiap orang terhadap apa yang dia usahakan. Sungguh, Allah Maha Cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ibrahim [14]: 51).

Jadi perlu adanya hari pembalasan. Rupanya, hari pembalasan itu dalam pandangan Islam sempurnanya tidak di dunia, tetapi di akhir setelah kematian. Memang ada agama yang berkata pembalasan itu di dunia, misalnya dengan meyakini bahwa ada karma. Namun ada agama yang percaya bahwa ada reinkarnasi.

Kita percaya atau muslim percaya bahwa, ada “reinkarnasi” kehidupan baru tapi tidak lagi di dunia, melainkan di akhirat. Manusia akan dibangkitkan untuk menerima balasan yang sempurna dari Tuhan, sebagai ganjaran atau balasan dari hasil usahanya selama di dunia.

Al-Qur’an menguraikan tentang hari kebangkitan itu dimulai dengan hancurnya alam raya. Allah Swt. berfirman:

اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ. وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ. وَاِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْۖ. وَاِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْۖ. وَاِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْۖ. وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ. وَاِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْۖ

Artinya: “Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus). Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. Dan apabila lautan dipanaskan. Dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh).” (QS. At-Takwir [81]: 1-7).

Inilah gambaran kecil dari terjadinya kiamat atau terjadinya kehancuran alam raya. Bintang-bintang pudar cahayanya dan matahari digulung sehingga tidak lagi memancarkan cahaya. Demikian seterusnya. Ketika itu, semua yang mati bangkit di dalam satu tempat yang dinamai Padang Mahsyar.

Di sinilah awal mula dan bermula kebangkitan. Di sinilah bermula kehadiran manusia kembali setelah kematiannya. Memang, harus digarisbawahi, bahwa kematian bukanlah ketiadaan, melainkan kematian di dunia ini hanya perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan dari kubur (alam barzah) kita dibangkitkan menuju ke alam akhirat.

Penting dicatat, apakah kebangkitan itu dengan ruh dan jasad. Terserah. Yang jelas ulama beda pendapat mengenai hal ini. Ada yang berkata hanya dengan ruh, karena jasmani kita ini sudah hancur, tidak ada lagi. Jasmani kita ini diciptakan untuk hidup sesuai dengan alam duniawi, sedangkan alam ukhrawi berbeda dengan alam dunia. Sehingga, katanya, kita hanya dibangkitkan dengan rohani.

Ada lagi yang berkata, kita dibangkitkan dengan rohani dan jasmani, walaupun jasmani kita sudah berbeda keadaannya karena sudah diciptakan Allah Swt. dalam bentuk yang sesuai dengan alam akhirat. Artinya, kita masih punya mata, kita masih punya telinga dan hidung, akan tetapi itu diciptakan Allah dengan jasmani yang sesuai dengan kondisi alam yang kita alami.

Dari sinilah kemudian antara rohani dan jasmani, maka ulama berbeda pendapat sehingga lahirlah uraian-uraian tentang “apakah nikmat jasmani itu ada di surga atau hanya nikmat rohani saja”? Mayoritas ulama berkata bahwa yang dibangkitkan itu adalah jasmani dan rohani, karena secara jelas al-Qur’an berbicara tentang kenikmatan-kenikmatan jasmani.

Kenapa? Sebab, karena ada makanan, minuman dan sebagainya. Sehingga, kenikmatan-kenikmatan jasmani itu berada di surga sana, dan siksaan-siksaan jasmani itu berada di neraka sana, dan masing-masing akan memperoleh sesuai apa yang telah dilakukannya di dunia.

Quraish Shihab mengatakan, bahwa apapun yang Anda percayai, ulama-ulama berkata yang dituntut dari Anda, hanyalah percaya bahwa ada hari pembalasan. Ada pembalasan rohani dan jasmani. Akan tetapi, seandainya tidak ada yang jasmani, maka saya tidak rugi. Tetapi, lanjut Quraish Shihab, kalau seandainya ada jasmani kemudian saya tidak mempercayainya, maka saya kuatir kenikmatan jasmani itu saya tidak akan peroleh.

Orang-orang yang tidak percaya akan hari kemudian 

Terlepas dari itu semua, ada orang-orang yang tidak percaya adanya hari kemudian. Di dalam al-Qur’an kita menemukan dua alasan utama yaitu; pertama, mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak kuasa untuk menciptakan lagi manusia yang telah hancur tubuhnya. Tuhan tidak kuasa kata mereka. Kedua, Tuhan tidak tahu lagi setelah jasmani ini bercampur dengan segala sesuatu, Tuhan tidak bisa memisahkannya.

Jadi ada dua alasan utama kaum musyrik menolak hari kebangkitan itu, adalah Allah tidak kuasa dan Allah tidak tahu. Kedua alasan ini disanggah dengan jelas oleh al-Qur’an. Banyak sekali sanggahan-sanggahannya. Misalnya, dalam surat Yasin dijelaskan:

وَضَرَبَ لَـنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗ ۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ

Artinya: “Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin [36]: 78).

Tak hanya itu, mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak kuasa menciptakan sesuatu yang telah hancur. Allah menjawab di ayat yang lain bahwa:

وَقَالُوْۤا ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّرُفَاتًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا. قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً اَوْ حَدِيْدًا. اَوْ خَلْقًا مِّمَّا يَكْبُرُ فِيْ صُدُوْرِكُمْ ۚ فَسَيَـقُوْلُوْنَ مَنْ يُّعِيْدُنَا ۗ قُلِ الَّذِيْ فَطَرَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ فَسَيُنْغِضُوْنَ اِلَيْكَ رُءُوْسَهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هُوَ ۗ قُلْ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنَ قَرِيْبًا

Artinya: “Dan mereka berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? Katakanlah (Muhammad), “Jadilah kamu batu atau besi. Atau menjadi makhluk yang besar (yang tidak mungkin hidup kembali) menurut pikiranmu.” Maka mereka akan bertanya, “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pertama kali.” Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu dan berkata, “Kapan (Kiamat) itu (akan terjadi)?” Katakanlah, “Barangkali waktunya sudah dekat.” (QS. Al-Isra’ [17]: 49-51).

Dalam logika manusia, menciptakan sesuatu kembali yang ada bahannya itu jauh lebih mudah daripada menciptakan sesuatu yang tidak ada bahannya dan tidak ada contoh sebelumnya. Bukankah manusia pernah tiada lalu Tuhan menciptakannya, dan Tuhan Maha Kuasa.

Di Surat Yasin itu dia berbicara tentang kuasa Allah menciptakan sesuatu dari lawannya. Bukankah Allah menciptakan api dari pohon yang hijau yang basah itu. Bukankah karena Allah Maha Mudah bagi-Nya melakukan sesuatu sampai-sampai ini Allah bahkan tidak membutuhkan kata “Kun Fayakun”. Allah Swt. berfirman:

اِنَّمَاۤ اَمْرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْئًـا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin [36]: 82).

Kata “Kun Fayakun” itu hanya gambaran betapa mudah dan cepatnya Allah menciptakan sesuatu, lebih mudah daripada mengucapkan kata “Kun”. Bahwa Allah tidak butuh kata “Kun”. Begitu dia mau terjadi. Jadi Allah Maha Kuasa. Itulah sebagian dari uraian al-Qur’an tentang keniscayaan hari kiamat. 

Demikian penjelasan terkait reinkarnasi manusia setelah kematian menurut Quraish Shihab. Semoga keterangan reinkarnasi manusia setelah kematian ini bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

BINCANG SYARIAH