Abu Yaqub menghindari memakanan perkara yang haram dan syubhat
Allah SWT akan memberikan sesuatu yang lebih baik kepada hambanya ketika hambanya mampu menahan dari perkara haram dan syubhat (belum jelas statusnya).
Pengalaman menahan diri dari barang syubhat dialami Syekh Abu Ya’qub Basri. Dikisahkan Syekh Maulana Muhammad , mengisahkan, suatu ketika Syekh Ya’qub sedang di Masjidil Haram dan dia mengalami kelaparan selama 10 hari sehingga dia sangat lemah.
“Hatinya memaksa untuk keluar dari Masjidil Haram dan tebersit dalam pikirnya barangkali ketika keluar dia akan mendapatkan sesuatu untuk bisa dimakan,” tulis Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji.
Setelah keluar, Abu Ya’qub mendapat makanan sejenis lobak yang telah dibuang ke tanah. Dia pun mengambilnya, tetapi dia rasakan di dalam hatinya perasaan tidak enak.
“Dalam hatinya seperti berkata sudah 10 hari kelaparan dan akhirnya hanya mendapatkan makanan sejenis lobak yang sudah hampir busuk.”
Oleh karena itu dia membuangnya dan kembali ke masjid. Ketika dia sedang duduk di dalam masjid, muncullah seorang yang tidak dia kenal mendatanginya dan meletakkan sebuah tas di hadapannya sambil berkata.
“Ambillah ini di dalamnya ada kantong kulit kecil yang berisi 500 dinar. Aku telah bernazar untuk memberikannya kepadamu.” Abu Yaqub bertanya. “Tetapi mengapa khusus untukku?
Orang yang memberi tas itu menceritakan, bahwa selama 10 hari dia bersama rombongan tersesat di lautan sehingga kapal yang ditumpangi hampir tenggelam. Pada waktu itu setiap orang di antara mereka bernazar
“Aku bernazar kepada Allah jika Dia menyelamatkan aku, aku akan memberikan uang ini kepada orang yang pertama kali aku lihat di antara orang-orang yang di Makkah. Maka Allah menyelamatkan kami, dan engkau adalah orang yang pertama kali aku lihat di Kota Makkah.”
Syekh Abu Ya’qub meminta orang itu membuka tasnya. Dan terlihat di dalamnya ada gula putih, roti, buah badam yang telah terkelupas dan gula merah. Lalu Abu Yaqub mengambil segenggam dari masing-masing makanan itu.
“Sisanya aku kembalikan. Aku telah menerima hadiah ini akan tetapi ambillah kembali makanan itu, dan bagikanlah kepada anak-anakmu.”
Dalam hati Abu Ya’qub berkata kepada dirinya sendiri “Sungguh aneh kamu ini, rezeki sedang di antar kepadamu sejak 10 hari yang lalu, dan kamu di sini sibuk mencarinya.”