Ibadah haji adalah ibadah super akumulatif yang terdiri dari beberapa manasik yang terangkum di dalamnya ibadah fisik dan harta, ibadah hati, lisan dan perbuatan, ibadah yang bersifat personal dan kolektif, ibadah yang mengarah kepada ma’rifatullah (mengenal Allah) dan ma’rifatun nafs (mengenal diri sendiri). Haju juga sebagai ibadah yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, bahkan bangsa dan negara ikut serta terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam prosesi ibadah agung ini. Karenanya tepat perintah Allah SWT untuk ibadah yang satu ini adalah ‘sempurnakan’!.
Perintah ‘sempurnakan haji dan umrahmu karena Allah’ adalah perintah yang tertuang di surat Al-Baqarah: 196. Sesuai dengan urutan mushaf, ayat ini adalah ayat pertama yang berbicara tentang ibadah haji.
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah kalian karena Allah…..”
Secara redaksional, perintah Alquran untuk menjalankan ibadah berbeda-beda, masing-masing memiliki penekanan sendiri yang beragam. Redaksi perintah shalat misalnya adalah ‘dirikanlah shalat’. Redaksi perintah zakat adalah ‘tunaikanlah zakat’. Sedangkan redaksi perintah haji adalah ‘sempurnakanlah’.
Selain aspek bahasa yang merupakan salah satu bentuk dari i’jazul Quran yang dikupas oleh para ulama atas perbedaan redaksional tersebut, tentu menyimpan hikmah yang layak untuk digali dengan ‘nawaitu’ kesempurnaan ibadah haji semua jamaah. Karena siapapun ingin ibadah yang dijalankannya bernilai sempurna ‘cum laude’. Kesempurnaan dalam menjalankan ibadah menunjukkan kesungguhan seseorang dalam beribadah. Apalagi memang untuk ‘ibadah’ inilah segenap manusia dan jin diciptakan oleh Allah swt.
Kenapa ‘sempurnakanlah’? Tidak cukup dengan ‘laksanakan, kerjakan atau redaksi lain yang semisal dengannya?. Menyempurnakan berarti menjalankan manasik dengan sebaik-baiknya, memenuhi ketentuan wajib dan sunnahnya, memelihara diri dari larangan yang dapat mengurangi nilai kesempurnaan, atau malah menggugurkannya.
Ibadah haji adalah ibadah yang paling banyak manasiknya, pantang larangnya, juga paling besar keutamaan dan pahalanya. Kesempurnaan itulah yang disebut oleh Rasulullah saw dengan istilah haji mabrur :
والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
‘Haji yang mabrur tidak ada balasan lain melainkan surga’. (HR. Bukhari)
Mari kita doakan semua jamaah yang akan, sedang, dan berniat utk menunaikan haji agar mereka mampu menyempurnakan haji mereka karena Allah swt. Amiin. Titel atau gelar haji mabrur itulah yang diharapkan dapat mempengaruhi segenap perilaku kehidupannya pascaibadah haji lebih baik, lebih maslahat, dan lebih bermanfaat.
Oleh: Attabik Lutfi, Ketua Bidang Dakwah PP Ikadi