Seorang ibu jamaah haji Indonesia tiba-tiba mendekati Nurlaili, petugas Perlindungan Jamaah (Linjam) Sektor Khusus Masjid al-Haram yang berjaga di Pos II, tepat di depan Ka’bah. “Mbak, saya mau sa’i, ke mana arahnya?” kata ibu yang ternyata terungkap bernama Mumtinah, jamaah asal Embarkasi Surabaya SUB 09, Senin (15/8) usai shalat Maghrib, waktu Arab Saudi (WAS).
Sesuai prosedur, Nurlaili yang merupakan anggota polisi tersebut menanyakan kepada siapa pun yang tersesat dan tertinggal rombongan mereka di area masjid terkait dengan kelengkapan ibadahnya. “Apakah sudah tawaf, Bu?” kata Nurlali yang sehari-hari berdinas di SSDM Mabes Polri tersebut.
Dengan wajah panik dan kelelahan, sang ibu menganggukkan kepala, pertanda dia sudah mengerjakan tawaf, tersisa sa’i dan tahalul yang belum dia tunaikan. Dia tertinggal dari rombongannya di putaran terakhir tawaf, hingga akhirnya bertemu Nurlaili. “Baik, mari saya temani, Bu,” kata Nurlaili yang berpangkat kompol ini tanpa berpikir panjang.
Sambil membawa dan membacakan buku manasik haji berkover hijau itu, Nurlaili bertindak sebagai pembimbing manasik. Dia membaca perlahan doa-doa tiap putaran saat berada di Safa ataupun Marwah. Nurlaili benar-benar tuntas mengantarkan Mbah Mumtinah menyelesaikan sa’i hingga bertahalul.
Jarak perjalanan dari Safa dan Marwah selama tujuh kali putaran bisa mencapai tujuh kilometer, dengan durasi standar rata-rata 45 menit. Usai bertahalul, Mbah Mumtinah pun merangkul Nurlaili, sembari mengusap air mata, dia berucap, ”Matursuwun ya nak..mugi Mbak pikantuk berkahipun Gusti Alllah. ”Mumtimnah mendoakan agar perempuan jangkung yang mengantarnya itu mendapat berkah Allah SWT. Ucapan dan pelukan Mbah Mumtinah disambut dengan air mata haru di ujung kelopak mata Nurlaili.
“Beginilah tugas sektor khusus Haram,” kata Elly, sapaan akrap Nurlaili seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi. Sektor Khusus Haram yang dia gawangi bersama anggota TNI dan Polri mempunyai tugas ganda. Tidak hanya melindungi jamaah, tapi juga harus siap berlaku sebagai pembimbing manasik dan memastikan terpenuhinya tawaf dan sa’i yang dilakukan jamaah.
“Membimbing manasik jamaah di depan Ka’bah dan area sai sudah tugas sehari-hari kami,” kata Nurhamidah Lubis, salah satu anggota sektor khusus yang berasal dari unsur TNI.
Dia harus terjun langsung menemani jamaah yang tertinggal untuk menyempurnakan tawaf atau sa’i mereka. Apakah cukup demikian tidak? Tugas patroli anggota TNI berpangkat serka ini juga harus ditunaikan. Dia harus berkeliling menyisir jamaah yang tersesat dan tertinggal. Mulai dari area Ka’bah hingga memutar di ketiga lantai Masjid al-Haram.
Menurut Nurhamidah yang sehari-hari berdinas di Kostrad ini, sering kali menemukan jamaah yang tertinggal dari rombongannya. Dari segi usia, jangan tanya, sudah pasti di atas 60 tahun. Dengan sigap, dia mengantarkan jamaah tersebut, bahkan hingga pemondokan.
Dia mengaku jika ditanya capek atau tidak, pasti capek. Dia dan teman-teman Sektor Khusus Haram, berjaga masing-masing 12 jam, dan terbagi menjadi dua shift. Shift pertama dari pukul 09.00 pagi hingga 21.00 malam. Sedangkan, shift yang kedua mulai pukul 21.00 hingga 09.00.
Tapi, rasa letih dan capek tersebut terbayarkan melihat kebahagian jamaah begitu sampai di pemondokan dan berkumpul dengan rombongan atau keluarganya kembali.
“Ada kepuasaan tersendiri, saya sampai diciumin nenek-nenek yang saya antar dan sampai tidak mau melepaskan genggaman tangannya,” kata dia. Serdadu-serdadu cantik itu berjaga di depan Ka’bah, dengan niat mulia dan misi yang tak kalah mulia pula.