Seseorang Diuji Sesuai Kadar Keimanannya

Ujian dalam dakwah Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam sangatlah banyak:

Beliau dituduh dengan orang gila
Beliau dicap dengan tuduhan-tuduhan yang sangat buruk
Beliau dikatakan sebagai orang gila
Beliau dikatakan sebagai dukun
Beliau dikatakan sebagai penyair
Beliau dikatakan sebagai orang sinting.

Ini tidak mudah sebagaimana yang kita bayangkan. Ujian yang sangat berat yang dihadapi oleh Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam tatkala Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam berdakwah dimusuhi oleh orang yang paling dekat dengan dia, pamannya sendiri (saudara ayahnya) Ab Lahab.

Tatkala musim haji, orang-orang berdatangan di Mina, maka Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam ingin mendakwahi mereka. Sampai-sampai Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam merendahkan dirinya, mengatakan:

“Apakah ada orang yang mau mengajakku untuk berdakwah di kaumnya ? Sesungguhnya orang-orang Quraishy melarangku untuk menyampaikan firman Allh Subhnahu wa Ta’la.” (HR Tirmidzi nomor 2849, versi Maktabatu AlMa’arif Riyadh nomor 2925)

Sampai-sampai Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam merendahkan dirinya, dan mengharap ada orang yang mengantarkannya untuk berdakwah di kabilah-kabilah Arab.

Maka pergilah Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam ke setiap kabilah yang datang di Mina untuk berhaji. Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam mendakwahkan Islm kepada mereka. Akan tetapi ternyata sang paman, Ab Lahab laknatullh alaih, senantiasa mengekor Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Begitu Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam berdakwah menyampaikan Islm, sang paman pun berdiri dan mengatakan, “Jangan kalian ikuti keponakanku, yang telah keluar dari adat nenek moyangnya.”

Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam pun tidak memperdulikan sang paman. Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam pergi ke kabilah yang lain, akan tetapi sang paman, Ab Lahab, tetap mengekor dan menguntit.

Setiap Nabi berdakwah, maka diapun mengucapkan kalimat yang sama. Inilah ujian yang dihadapi, yang sebagian kecil yang dihadapi Nabi kita Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Karenanya, tatkala seorang hamba diuji dengan berbagai ujian, ingatlah bahwasanya sosok yang paling dicintai oleh Allh Subhnahu wa Ta’la Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam juga pernah diuji.

Maka ini akan memberikan tasliyah, akan menghibur dirinya. Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam besabda dalam suatu hadts:

“Orang yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shlih , kemudian yang berikutnya, dan yang berikutnya. Seseorang diuji berdasarkan ukuran kadar keimnannya. Kalau ternyata keimnannya sangat kuat, maka Allh tambah ujiannya. Jika dia tegar tatkala menghadapi ujian, Allh tambah ujiannya dan tatkala imnnya lemah, maka Allh akan ringankan ujiannya.”

(Hadts Riwayat Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Syaikh Al-Albniy rahimahullh dalam Shahh At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadts ini shahh)

Karenanya, jika ujian menimpa, jika musibah menerpa, maka bersabarlah, sesungguhnya demikianlah orang-orang berimn, dia akan diuji oleh Allh Subhnahu wa Ta’la. Ibarat pohon yang semakin tinggi, maka semakin akan kuat angin yang menerpanya, akan tetapi pohon tersebut semakin tegar, dan semakin kuat, menangkis angin yang kencang tersebut.

Oleh karenanya, kita senantiasa berhusnuzhn kepada Allh Subhnahu wa Ta’la. Jika ada ujian yang menimpa kita, kita katakan sebagaimana firman Allh Subhnahu wa Ta’la:

“Bisa jadi engkau membenci sesuatu, akan tetapi itu yang terbaik bagimu, dan bisa jadi engkau mencintai sesuatu, akan tetapi itu buruk bagimu, Allh yang lebih mengetahui dan kalian tidak mengetahui.”(QS Al Baqarah: 216)

Semoga puasa Ramadhn ini melatih kita untuk senantiasa bersabar, sehingga membentuk jiwa kita yang kuat. Dan bersabar dalam menghadapi segala ujian dari Allh Subhnahu wa Ta’la. [Ustadz Firanda Andirja, MA]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2304683/seseorang-diuji-sesuai-kadar-keimanannya#sthash.OuGZoxJu.dpuf