Maka dari itu, amat benar perkataan Rasulullah SAW, Sesungguhnya shalat hanya kemantapan hati dan kerendahan diri. Nabi SAW juga membatasi sabdanya dengan alif dan lam serta dengan kata `innama’. Maksudnya, menetapkan dan menguatkan.
Begitu juga sabda Rasulullah SAW, Barang siapa shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, ia tidaklah bertambah dari Allah kecuali jauhnya. Menurut Imam Al Ghazali, shalatnya orang lalai itu tidak mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Tidak heran jika Nabi SAW bersabda, Betapa banyak orang yang melaksanakan shalat, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain kelelahan dan kepayahan. Bukankah Nabi SAW juga bersabda, Tidaklah seorang hamba mendapatkan sesuatu dari shalatnya selain apa yang disadari oleh akalnya.
Al-Ghazali menghimpun sikap-sikap batin dalam enam ungkapan. Kehadiran hati, pemahaman (makna), sikap mengagungkan, rasa takut, rasa harap, dan rasa malu. Kehadiran hati adalah kosongnya hati dari segala sesuatu selain dari apa yang dia kerjakan dan ucapkan. Jadi, ilmu tentang perbuatan dan perkataan selalu mengiringi keduanya.Pikiran pun tidak beredar selain kepada keduanya.
Pemahaman terhadap makna perkataan merupakan sesuatu yang berada di balik kehadiran hati, yaitu mengandungnya hati atas ilmu tentang makna lafal.Betapa banyak makna-makna halus yang dipahami oleh orang yang mengerjakan shalat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar.
Sikap mengagungkan adalah sesuatu yang berada di balik kehadiran hati dan pemahaman serta meningkatkan keduanya. Rasa takut meningkatkan sikap mengagungkan, yakni rasa takut yang ditumbuhkan oleh pengagungan dan pemuliaan. Rasa harap adalah hasrat untuk mendapat pahala dari Allah SWT.
Penyeimbangnya adalah rasa takut terhadap siksaan dari Allah atas kelalaiannya dalam menjalankan syariat-Nya.Terakhir, rasa malu bermakna merasa diri berkekurangan dalam menjalankan syariat dan merasa banyak dosa.
Lantas, apa penyebab hadirnya sikap batin ini? Al Ghazali melanjutkan, kehadiran hati dise- babkan oleh perhatian. Ia tidak hadir pada apa yang tidak kita perhatikan. Hati itu tercipta demikian dan tunduk kepada hal tersebut. Ketika dia tidak hadir dalam shalat, ia sedang beredar pada urusan-urusan dunia yang menarik perhatian.
Pemahaman disebabkan oleh pemusatan hati untuk memahami makna. Cara memperolehnya, yak ni dengan pemusatan pikiran disertai dengan kesiagaan penuh untuk menghalau segala bisikan ketika shalat.Caranya, berlepas diri dari berbagai sebab yang memancing bisikan setan.
Sikap mengagungkan disebabkan oleh dua keadaan hati.Pertama, pengenalan tentang kemuliaan dan keagungan Allah Azzawa Jalla. Kedua, pengenalan tentang kehinaan dan kerendahan diri serta kejadian diri sebagai hamba yang ditundukkan dan dipelihara.
Rasa takut timbul dari keadaan jiwa yang lahir dari pengenalan terhadap kekuasaan Allah dan keberpengaruhan-Nya dan keterlaksanaan kehendak-Nya.Tanpa disertai dengan menyombongi-Nya. Adapun rasa harap lahir dari pengenalan tentang kelembutan Allah, kemurahan-Nya, kemerataan pemberian-Nya, dan kecermatan ciptaan-Nya. Sementara itu, rasa malu muncul karena adanya perasaan kekurangan dalam beribadah dan mengetahui ketidakmampuan diri untuk menegakkan hak-hak Allah Azza wa Jalla.Wallahu ‘alam.