Sebelum mengkaji sirah nabawiyah lebih lanjut, kita mulai dari bagaimana kondisi Arab sebelum Islam. Mengetahui ini, kita akan memahami betapa luar biasa dakwah Rasulullah mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islami.
Umumnya, buku-buku sirah nabawiyah dimulai dengan pembahasan ini. Kondisi Arab sebelum Rasulullah diutus. Kondisi masyarakat Makkah sebelum diutusnya Rasulullah. Makkah sebelum Islam. Dan berbagai judul yang senada dengan itu.
Gambaran dari Al Qur’an
Al Quran menggambarkan kondisi masyarakat Arab sebelum Islam dengan istilah dholalun mubin (ضلال مبين), kesesatan yang nyata. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al Jumu’ah: 2)
Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar, kesesatan yang nyata (ضلال مبين) yang dialami bangsa Arab diutusnya Rasulullah antara lain:
• Menguburkan anak perempuan hidup-hidup
• Orang kaya memeras orang miskin dengan riba
• Menyembah berhala
• Perang antar kabilah
Kondisi Sosial Masyarakat
Sebelum Rasulullah diutus, terdapat beberapa kelas masyarakat di Arab, khususnya Makkah. Yang paling dihormati adalah kelas bangsawan. Wanita bangsawan bisa mengumpulkan kabilah untuk perdamaian atau peperangan. Namun kepemimpinan tetap di tangan laki-laki.
Hubungan laki-laki dan perempuan mencapai kerusakan yang sangat parah. Pada masa jahiliyah itu, di Arab dikenal empat model pernikahan:
1. Pernikahan spontan
Yakni laki-laki datang ke wali perempuan untuk melamar lalu pernikahan dilangsungkan. Model pernikahan ini yang disetujui dalam Islam. Bedanya, pada masa jahiliyah sering kali pernikahan ini berlangsung spontan, dilakukan di hari itu juga.
2. Nikah istibdha’
Yakni suami menyuruh istrinya mendatangi bangsawan agar mendapatkan keturunan darinya. Hal ini dimotivasi oleh keinginan suami tersebut mendapatkan anak yang lebih baik. Dengan bibit dari bangsawan, ia berharap cita-cita itu bisa tercapai.
Pernikahan istibdha’ ini termasuk zina dalam pandangan Islam. Dan hukuman zina sangat keras sebagaimana dijelaskan dalam Surat An Nur ayat 2.
3. Poliandri
Yakni seorang wanita berhubungan dengan sejumlah laki-laki. Setelah anaknya lahir, wanita itu kemudian mengundang seluruh lak-laki tersebut dan bebas menunjuk siapa ayah bayi itu.
“Ini hidungnya mirip kamu Fulan, maka kamulah ayahnya.” Semudah itu kalimat wanita tersebut dan yang ditunjuk tidak boleh menolak. Demikian tradisi Arab jahiliyah.
4. Pelacuran
Ditandai dengan adanya bendera khusus di rumah tertentu. Adanya bendera itu menunjukkan bahwa di dalam rumah tersedia wanita untuk dinikmati siapa saja. Ini tak ubahnya dengan lokalisasi di zaman modern.
Selain itu, perzinaan meraja lela dan poligami tidak memiliki batasan. Bahkan tidak sedikit yang menikahi dua wanita yang bersaudara.
Dari sisi pendidikan, kebodohan mendominasi lapisan masyarakat. Sedangkan perjudian dan minuman keras juga menjangkiti semua kalangan mulai dari kelas bawah hingga bangsawan.
Kondisi Ekonomi Arab Sebelum Islam
Kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang tidak punya pakaian merupakan pemandangan yang biasa di masyarakat Arab jahiliyah. Kesenjangan ekonomi sangat tinggi, karena bangsawan sangat kaya dengan perdagangan.
Riba menguasai seluruh kehidupan orang-orang Arab. Hal ini semakin mencekit kaum dhu’afa yang terpaksa berhutang untuk menutupi kebutuhan hidup mereka. Orang-orang kaya para pemilik modal, mereka semakin kaya dengan riba berlipat ganda. Sementara orang miskin semakin miskin dan terlilit hutang yang menggunung.
Akhlak Masyarakat Arab Sebelum Islam
Banyak kebejatan dan amoral di masyarakat Arab jahiliyah. Namun masih ada akhlak terpuji yang terjaga dan menjadi kelebihan bangsa Arab:
- Kedermawanan
2. Memenuhi janji
3. Harga diri
4. Pantang mundur
5. Menolong orang lain
6. Kesederhanaan Arab Badui
Agama dan Keyakinan Arab Sebelum Islam
Awalnya masyarakat Arab bertauhid pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejak Nabi Ismail, tidak ada lagi Nabi yang turun dari kalangan mereka hingga 20 generasi.
Semakin lama semakin banyak penyimpangan. Terutama ketika Amr bin Luhay membawa berhala Hubal dari Syam dan diletakkan di dalam Ka’bah.
Sebelum Rasulullah diutus, mayoritas penduduk Makkah menyembah berhala. Demikian pula penduduk Yatsrib, meskipun di sana juga ada Yahudi dan Nasrani.
Selain Hubal, berhala-berhala terbesar mereka adalah Manat (di Musyallal, tepi laut merah), Lata (di Thaif), dan Uzza (di Wadi Nakhlah). Di sekitar Ka’bah sendiri ada sekitar 360 berhala.
Orang-orang Arab jahiliyah memiliki sejumlah ritual penyembahan berhala, antara lain:
• Mendatangi berhala, berkomat-kamit berdoa dan minta pertolongan
• Thawaf di sekeliling berhala dan sujud di hadapannya
• Menyembelih qurban untuk berhala
• Membawakan sesaji dari makanan pilihan kepada berhala
• Bernadzar menyajikan hasil ternak kepada berhala
• Al Bahirah (onta yang dimuliakan karena beranak betina 10), As Sa’ibah (onta yang dilepaskan karena nadzar), Al Washilah (domba yang punya anak kembar 5 betina), dan Al Hami (onta yang dimuliakan karena membuntingi 10 betina).
Khurafat meraja lela di masyarakat Arab jahiliyah. Mereka mengundi nasib dengan anak panah (azlam), percaya kepada peramal, dukun dan ahli nujum.
Namun masih ada pula sisa-sisa ajaran Ibrahim yang tidak hilang, di antaranya:
• Memuliakan ka’bah
• Thawaf mengelilingi ka’bah
• Haji dan umrah
• Wuquf di arafah
Intinya, paganisme telah menguasai jazirah Arab. Mayoritas masyarakat menyembah berhala. Sisa-sia ajaran tauhid Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail masih ada, di antaranya mereka masih kenal dengan nama Allah. Bahkan yakin bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Namun mereka menyekutukan Allah dengan menyembah berhala yang mereka yakini sebagai perwujudan malaikat atau orang shalih untuk menjadi perantara kepada Allah.
Demikian kondisi Arab sebelum Islam. Mereka benar-benar terpuruk dalam masa jahiliyah, benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Kepada masyarakat seperti itulah Rasulullah diutus. Mengubah dari jahiliyah menuju cahaya Islam.