Makna Ayat:
Di balik surat Al-Qashash ayat 77, tersimpan makna yang dalam dan relevan. Dalam ayat ini, Allah memberikan nasihat kepada umat Muslim yang diberkahi dengan harta oleh-Nya agar mereka patuh dan tunduk kepada perintah-Nya. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan pahala besar baik di dunia maupun akhirat. Namun, Allah juga tidak melarang umat-Nya untuk menikmati harta mereka dengan cara yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Meskipun memiliki kewajiban terhadap Allah, manusia juga memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat.
Surat ini juga menyoroti pentingnya berbuat baik, sebagaimana Allah selalu berbuat baik kepada umat-Nya. Oleh karena itu, diingatkan untuk tidak melakukan tindakan buruk di bumi, karena Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Ayat ini berbunyi:
“Carilah kebahagiaan di akhirat dengan harta yang telah Allah berikan kepadamu, dan jangan lupakan bagianmu dari dunia. Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah merusak bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak.” (QS. Al-Qashash [28]: 77)
Sejarah asal-usul ayat ini berkisar pada masa ketika kaum Muslimin hidup dalam keadaan lemah karena penindasan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam di Mekkah. Ayat ini merupakan surat Makkiyah yang memberikan semangat kepada umat Muslim yang menghadapi kesulitan. Selain itu, ayat ini mengandung pelajaran dari kisah Nabi Musa dan Qarun dalam menghadapi godaan harta.
Dalam konteks zaman yang serba cepat dan hedonisme, terdapat pengaruh besar terhadap generasi milenial. Hedonisme, yaitu pencarian kepuasan instan sebagai tujuan utama hidup, seringkali menarik bagi kaum muda. Meskipun hedonisme menekankan kebahagiaan sementara, Islam mengajarkan keseimbangan dan moderasi dalam hidup. Sebagai generasi milenial, penting untuk memahami perspektif hedonisme yang tercantum dalam Al-Qur’an.
Berikut adalah empat aspek penting yang perlu dipahami oleh generasi milenial tentang hedonisme dalam konteks Al-Qashash ayat 77:
- Keseimbangan dan Moderasi: Hedonisme yang berlebihan bisa membawa dampak negatif. Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan penting untuk menikmati kebahagiaan dunia dalam batasan-batasan yang diperbolehkan oleh agama.
- Kebahagiaan Spiritual: Al-Qur’an mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari hubungan yang kuat dengan Allah. Hedonisme hanya memberikan kepuasan sementara, sedangkan Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan abadi berasal dari hubungan spiritual yang dalam dengan Sang Pencipta.
- Harta dan Kepuasan: Pengejaran harta dan kesenangan dunia tidak selalu membawa kebahagiaan. Islam mengingatkan bahwa harta hanya bersifat sementara dan tidak akan membawa kepuasan yang abadi. Kebahagiaan sejati datang dari kepuasan batin dan spiritual.
- Konsekuensi dan Pilihan Bijak: Setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Islam mengajarkan bahwa tindakan hedonis yang berlebihan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Generasi milenial perlu membuat pilihan bijak yang sejalan dengan nilai-nilai agama.
Dalam dunia yang didominasi oleh pencarian kesenangan instan, penting bagi generasi milenial untuk memahami bahwa kebahagiaan sejati lebih dari sekadar kesenangan sesaat. Islam mengajarkan nilai-nilai moral, keseimbangan, dan kepuasan spiritual yang mampu membimbing kaum muda menuju kehidupan yang bermakna dan penuh tujuan. Dengan memahami ajaran-ajaran ini, generasi milenial dapat mengatasi godaan hedonisme dan menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam dan abadi. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua.