Surat Az-Zumar terdiri atas 79 ayat. Menurut al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, nama lain dari surat ini adalah surah al-Ghuraf. Disebut-sebut sumbernya adalah berasal dari riwayat Wahb bin Munabbih, ia berkata :
من أحب أن يعرف قضاء الله في خلقه، فليقرأ سورة الغرف
Siapa yang ingin mengetahui takdir Allah pada makhluk-Nya, maka bacalah surah al-Ghuraf.
Surah ini dikategorikan sebagai surat Makkiyah. Pembahasan apa yang disebut dengan Makkiyah dan Madaniyah akan dijelaskan disini. Hanya ada satu atau dua ayat dalam satu riwayat dari surat Az-Zumar yang dikategorikan sebagai ayat-ayat Madaniyyah.
Dalam riwayat An-Nasa’i seperti dikutip oleh Ibn Katsir ad-Dimasyqi dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, surat ini adalah diantara surat yang biasa dibaca Nabi Saw. di waktu malam (bisa jadi saat sahalat tahajud), dan di pagi harinya Rasulullah Saw. seringkali berpuasa,
عن عائشة – رضي الله عنها – قالت : كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يصوم حتى نقول : ما يريد أن يفطر . ويفطر حتى نقول : ما يريد أن يصوم . وكان يقرأ في كل ليلة بني إسرائيل والزمر .
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah Saw. di masa hidupnya itu (seringkali) berpuasa hingga kami bergumam:
“beliau tidak mau berbuka.” Dan beliau (seringkali) tidak berpuasa hingga kami bergumam: “beliau tidak mau puasa.” Dan Rasulullah Saw. biasa membaca Surat al-Isra’ dan Az-Zumar setiap malam.
Sekarang mari kita kupas satu persatu pesan dari tiap ayat pada surat ini.
Allah berfirman dalam surah Az-Zumar, ayat 1 sampai 3,
تَنزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (1) إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Kitab (Al-Qur’an) ini diturunkan oleh Allah yang Maha Mulia, Maha Bijaksana (1) Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (wahai Muhammad) dengan (bermuatan) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya (2) Ingatlah ! hanyalah milik Allah agama yang murni (dari syirik ini). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar (3)
Dua ayat pertama dari surah Az-Zumar ini, secara tersurat menunjukkan penegasan bahwa Allah langsung yang mewahyukan Al-Qur’an ini karena memang isi Al-Qur’an ini mengandung kebenaran. Karena Al-Qur’an jelas mengandung kebenaran dan bersumber dari Tuhan Yang Maha Bijaksana (al-Hakiim) dan Maha Mulia (al-‘Aziiz), maka menyembah kepada Yang mewahyukan Al-Qur’an itu menjadi niscaya, dengan catatan harus murni niatnya (mukhlish).
Menurut At-Thabari dalam tafsirnya mengutip penafsiran Qatadah, salah seorang Tabi’in, bahwa redaksi ayat fa’budillah mukhlison lahu ad-diin dalam ayat kedua maknanya adalah seruan kepada Nabi Muhammad Saw.,
فاخشع لله يا محمد بالطاعة, وأخلص له الألوهة, وأفرده بالعبادة, ولا تجعل له في عبادتك إياه شريكا, كما فَعَلَتْ عَبَدة الأوثان
maka bersikap khusyuklah wahai Muhammad dengan sikap taat, murnikanlah tauhidmu, beribadalah hanya kepada-Nya, dan jangan sembah dalam ibadahmu selain Allah seperti yang dilakukan penyembah berhala.
Bersambung