Hukum Berhubungan Intim di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Bagaimana hukum berhubungan intim di 10 malam terakhir Ramadhan? Untuk menjawab itu, penulis ingin menjelaskan dulu bahwa dalam kitab Tafsir Al-Jalalain karya Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi, bahwa di masa awal Islam, di bulan Ramadhan, umat Islam diharamkan melakukan makan, minum dan berhubungan intim selepas Isya:

كَانَ فِي صَدْر الْإِسْلَام عَلَى تَحْرِيمه وَتَحْرِيم الْأَكْل وَالشُّرْب بَعْد الْعِشَاء

Artinya: “Pada awal masa Islam, (saat berpuasa) diharamkan melakukan hubungan badan, makan, dan minum selepas Isya”.

Kemudian, turunlah QS. Al-Baqarah 187 yang menyatakan kehalalan melakukan hubungan badan, makan dan minum di sepanjang malam pada bulan Ramadhan:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ

Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, ‘alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba ‘alaikum wa ‘afā ‘angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl,

Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.

Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,”

Keterangan ayat di atas menyebutkan bahwa melakukan hubungan intim, makan, dan minum itu diperbolehkan di malam bulan Ramadhan. Secara spesifik ayat diatas juga menyebutkan perintah “campurilah” atau pergaulilah istrimu di malam hari bulan Ramadhan.

Biasanya, di dalam Alquran, sebuah kata perintah mengindikasikan hukum wajib. Namun dalam ayat ini, perintah tersebut menunjukkan hukum “mubah” atau diperbolehkannya melakukan hal tersebut, sebagaimana sebuah kaidah fikih menyebutkan:

الامر بعد النهي تدل على الاباحة

Artinya: “perintah yang hadir sesudah larangan, menunjukkan hukum mubah”

Meskipun demikian, kelanjutan ayat diatas menyatakan larangan melakukan hubungan badan di malam bulan Ramadhan bagi orang yang sedang melakukan I’tikaf di Masjid:

وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

wa lā tubāsyirụhunna wa antum ‘ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la’allahum yattaqụn

Artinya: “(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”.

Terkait dengan i’tikaf dan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, terdapat sebuah hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah Ra., lebih meningkatkan ibadah khususnya I’tikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya: Nabi Saw. ketika masuk 10 terakhir ramadhan, beliau mengencangkan sabuknya, menghabiskan malamnya dengan ibadah, dan membangunkan para istrinya (untuk ibadah). (HR. Bukhari 2024).

Dalam kitab Umdatul Qori juz XI, h. 139 disebutkan bahwa maksud daripada kalimat “mengencangkan sabuknya” ialah bahwa Nabi menjauhi hubungan badan dan menghabiskan waktu untuk fokus beribadah selama 10 malam terakhir di bulan Ramadhan.

Keberadaan hadis di atas bukanlah dalam rangka mengharamkan umat Islam untuk melakukan hubungan intim di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, namun untuk menunjukkan kesungguhan beliau dalam melaksanakan ibadah di waktu tersebut dalam rangka menyongsong hadirnya malam lailatul qodar.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hukum berhubungan intim di 10 malam terakhir bulan Ramadhan hukumnya boleh kecuali bagi mereka yang sedang melaksanakan I’tikaf di Masjid. Wallahu a’lam bi shawab.

BINCANG SYARIAH

Cek Jadwal Haji Anda di Aplikasi Android ini!

14 Tips Menjelang 10 Malam Terakhir Ramadan

BERIKUT tips menjelang 10 malam terakhir Ramadan yang dikutip dari Syaikh Tawfique Chowdhury, CEO Merci Mission, dan diterjemahkan Ustadz Hilman Rosyad Lc. Bismillah.

  1. Mulailah dengan niat yang bersih dan tulus. Jika sampai hari ini ibadah terasa belum maksimal, bersiaplah untuk memaksimalkannya. Jika kau benar-benar ingin memperbaikinya, masih ada waktu!
  2. Hari ini, bacalah tafsir surat Al-Qadr, dan pahami apa yang sesungguhnya terjadi pada lailatul qadr. Kau akan merasakan keagungan dan kekuatannya insyaa Allaah.
  3. Jangan menunggu hingga malam ke 27 untuk mengerahkan segalanya. Seluruh malam dari 10 malam terakhir seharusnya jadi targetmu. Bangunlah setiap malamnya. Jangan sampai laylatul qadr terlewati begitu saja.
  4. Jangan ikut-ikutan dengan perayaan-perayaan atau kegiatan-kegiatan yang diada-adakan (bidah) oleh kelompok-kelompok tertentu. Ikutilah sunnah Nabi shalallaahu alaihi wasallam. Tuntunan beliau adalah: “Barangsiapa yang berjaga (tidak tidur) dan berdoa pada malam lailatul qadr dengan iman dan pengharapan akan ganjarannya, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
  5. Hafalkan doa malam lailatul qadr yang diajarkan Rasulullaah shalallaahu alaihi wasallam ini : Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa fuanni (Yaa Allah, Engkau maha pengampun dan menyukai pengampunan, maka ampunilah aku).
  6. Siapkan daftar pendek doa-doa untuk dipanjatkan. Ingat, ini adalah waktu yang sangat istimewa bagi seorang hamba. Malam Qadar! Malam ditetapkannya takdir! Pilihlah doa doa terbaik untuk agamamu, dunia akhiratmu dan keluargamu. Jangan lupakan saudara-saudaramu Muslimin yang tengah kesusahan di berbagai belahan dunia.
  7. Sempatkan tidur siang sejenak jika memungkinkan. Jagalah perutmu agar tidak terlalu kenyang dan tidurlah segera setelah isha dan tarawih sekadar untuk menyegarkan diri. Lalu bangunlah untuk beribadah.
  8. Jangan lupakan keluargamu! Rasulullah membangunkan para istrinya pada malam-malam ini. Anak-anak pun bisa diajak beribadah untuk beberapa saat, walau mungkin tidak selama orang dewasa. Siapkan, semangati dan motivasi mereka!
  9. Cara kita berpakaian dan mempersiapkan diri berpengaruh secara psikologis. Pakailah pakaian yang bagus dan wewangian (khusus di rumah untuk wanita) ketika beribadah.
  10. Pilihlah spot khusus yang kondusif untuk beribadah, apakah itu di masjid atau di rumah. Letakkan sajadah, mushaf dan air minum sehingga kita tidak perlu beranjak dari sana jika perlu minum.
  11. Ini BUKAN malam untuk pasang status (misalnya : “Alhamdulillaah, nikmatnya bermunajat kepada-NYA malam ini” dsb) di FB atau media sosial apapun. Biarlah itu jadi rahasia indah antara hamba dengan Rabb-nya. Maka, matikan dulu HP, tablet dan komputer. Putuskan dulu hubungan dengan dunia, dan nikmati jalinan hubungan dengan al-Afuww!
  12. Jika mengantuk, maka variasikan bentuk ibadah antara shalat, bermunajat dan membaca Quran. Lakukan bergantian. Jangan habiskan malam untuk mendengarkan ceramah atau tilawah, atau kalau sangat ngantuk, dengarkan sebentar saja untuk mengusir kantuk.
  13. Sabar adalah kuncinya. 10 malam terakhir mungkin akan sangat melelahkan. Anda mungkin masih harus bekerja, sekolah atau aktifitas lainnya. Ini adalah saat untuk bersabar dengan kelelahan itu. Ingatlah Allah telah menganugrahimu dengan kesempatan berharga (akan luasnya ampunan) yang mungkin saja tidak datang lagi. Bukankah kita akan berlari walau apapun yang terjadi jika kita tahu pasti bahwa ini adalah ramadhan terakhir kita dan surga hanya selangkah lagi?
  14. Ini yang paling penting: husnudzhon lah kepada Allah. Ketika bermunajat, ingatlah kau sedang meminta pada Raja Yang Maha Pemurah. Jika kau berharap yang terbaik, Dia akan memberimu yang terbaik. Jangan ragu-ragu, yakinlah dan tumpahkan seluruh isi hatimu di hadapan-NYA. Jangan biarkan keragu-raguan dan prasangka buruk menjauhkanmu dari Arrahman Arrahiim.

Allahumma ballighna lailatal qadr. Aammiin.

 

 

[adibahasan/arrahmah]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2304708/14-tips-menjelang-10-malam-terakhir-ramadan#sthash.xXdhbJ4p.dpuf