Istilah riba mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Riba adalah salah satu bentuk eksploitasi dalam bertransaksi dan dapat menimbulkan banyak kerugian. Riba adalah salah satu hal yang sangat dilarang dalam agama Islam, apa pun jenis riba tersebut. Nah berikut alasan pengharaman riba dalam Islam.
Imam al- Khatib asy-Syirbini dalam kitabnya Mughni al-Muhtaj menjelaskan definisi riba secara bahasa adalah ziyadah (tambahan), sedangkan pengertian secara syara’, riba diartikan sebagai:
وَشَرْعًا: عَقْدٌ عَلَى عِوَضٍ مَخْصُوصٍ غَيْرِ مَعْلُومِ التَّمَاثُلِ فِي مِعْيَارِ الشَّرْعِ حَالَةَ الْعَقْدِ أَوْ مَعَ تَأْخِيرٍ فِي الْبَدَلَيْنِ أَوْ أَحَدِهِمَا
“Riba adalah suatu akad pertukaran barang yang tertentu yang tidak diketahui kesamaannya dalam timbangan syara’ ketika akad berlangsung, atau akibat adanya penundaan serah terima kedua barang yang dipertukarkan atau salah satunya.”
Larangan riba diatur dalam ajaran Islam sebelum Ijma’ dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda:
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهده (رواه مسلم)
“Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang mewakilkan riba, penulisnya dan orang yang bersaksi atas nama riba .” (H.R Muslim)
Lantas mengapa riba ini sangat dilarang, bahkan bukan hanya dalam Islam, tapi juga dalam agama-agama lainnya. Perlu kita ketahui, bahwa dalam praktik riba terdapat beberapa hal yang membuat riba itu haram.
Dalam Kitab Durratun Nasihin, Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri mengutip penjelasan dalam kitab Hayatul Qulub tentang alasan pengharaman riba, sebagai berikut:
وذكر في سبب تحريم الربا وجوه: أحدها أن الربا يقتضى أخذ مال الغير بغير عوض لأن من يبيع درهما بدرهمين نقدا أو نسيئة فقد حصل له زيادة درهم من غير عوض فهو حرام.
والوجه الثاني إنما حرم عقد الربا لأنه يمنع الناس عن الاشتغال: بالتجارة لأن صاحب الدرهم إذا تمكن من عقد الربا خف عليه تحصيل الزيادة من غير تعب ولا مشقة فيفضى ذلك إلى انقطاع منافع الناس بالتجارة وطلب الأرباح.
والوجه الثالث أن الربا هو سبب انقطاع المعروف بين الناس من القرض، فلما حرم الربا طابت النفوس بقرض الدراهم للمحتاج واسترجاع مثلها لطلب الأجر من الله تعالى.
والوجه الرابع أن تحريم الربا قد ثبت بالنص ولا يجب أن تكون حكمة جميع التكاليف معلومة للخلق فوجب القطع بتحريم الربا وإن كنا لا نعلم وجه الحكمة في ذلك
Ada beberapa faktor yang menjadi sebab diharamkannya riba itu :
Pertama, riba itu menghendaki adanya harta orang lain yang di ambil tanpa ganti. Karena, orang yang menjual satu dirham dengan dua dirham, baik kontan atau tempo, maka berarti dia telah memperoleh tambahan satu dirham, tanpa adanya suatu ganti. Inilah yang haram.
Kedua, akad riba diharamkan karena hal itu menyebabkan orang jadi enggan untuk berniaga. Karena apabila orang yang memiliki uang melakukan transaksi riba, sangat mudah baginya mendapatkan keuntungan tanpa harus susah payah, yang mana hal ini menyebabkan terputusnya manfaat-manfaat yang diperoleh melalui perdagangan dan mencari keuntungan dalam berniaga.
Ketiga, riba menjadi sebab terputusnya kebaikan di antara sesama manusia dari adanya pinjam meminjam. Ketika riba diharamkan, hati manusia akan menjadi senang dengan meminjamkan uang kepada orang yang membutuhkan dengan meminta kembali sesuai dengan jumlah nominal yang dipinjam, demi mencari keridhaan Allah Taala.
Keempat, pengharaman riba telah ditetapkan dalam nash (al-Qur’an), sedang hikmat semua pembebanan (kewajiban agama) tidak harus diketahui oleh makhluk. Oleh karena itu, keharaman riba sekalipun tidak diketahui apa hikmat yang terkandung dalam pengharamannya, tetaplah haram.
Itulah beberapa alasan kenapa riba itu diharamkan dalam Islam, kesimpulannya, perlu kita pahami bahwa praktik riba membawa dampak buruk yang merugikan bagi setiap individu atau masyarakat umum, dan ekonomi secara keseluruhan.
Selain melanggar prinsip keadilan dan keseimbangan, menciptakan ketidakstabilan ekonomi. riba juga dapat meningkatkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin.
Oleh sebab itu, sangat perlu mencari alternatif yang sesuai dengan nilai-nilai etika dan keadilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, guna menggantikan atau bahkan menghentikan praktik riba yang saat ini sangat marak terjadi.