Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Kiai Haji Ali Mustafa Yaqub wafat di usia 64 tahun pada Kamis pagi ini. Mantan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu dikenal sebagai kiai dengan tutur kata yang lembut. Setiap materi dakwah yang disampaikan ahli hadist ini juga dinilai sangat menyejukkan.
Ali Mustafa dikenal sebagai ulama moderat dan pemandu para pemimpin dunia saat berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta. Kiai kelahiran Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952 itu pernah mengkritik kebiasaan orang Indonesia yang gemar melakukan ibadah haji berulang-ulang.
Dalam sebuah kolom yang dia tulis di Majalah Gatra edisi 10 yang terbit pada Januari 2006, Ali Mustafa Yaqub menyindir orang yang gemar naik haji berulang-ulang sebagai ‘pengabdi setan’.
Menurut Ali Mustafa tak ada satu pun ayat yang menyuruh umat Islam melaksanakan haji berkali-kali, sementara masih banyak kewajiban agama yang harus dilakukan. Seperti menyantuni anak yatim dan memberi makan fakir miskin.
“Apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan,” tulis Ali Yaqub dalam kolomnya seperti dikutip detikcom, Kamis (28/4/2016).
Kolom yang terbit 10 tahun lalu itu hari ini kembali menyebar di berbagai grup perbincangan untuk mengenang Ali Mustafa yang wafat pagi tadi.
Menurut Ali Mustafa, masih banyak orang yang beranggapan, setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah. Dia kemudian mencontohkan saat sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Padahal ibadah yang dimotivasi rayuan setan bukan lagi ibadah, melainkan maksiat.
“Jam terbang iblis dalam menggoda manusia sudah sangat lama. Ia tahu betul apa kesukaan manusia. Iblis tidak akan menyuruh orang yang suka beribadah untuk minum khamr. Tapi Iblis menyuruhnya, antara lain, beribadah haji berkali-kali. Ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat padanya,” tulis dia.
Ali Mustafa kemudian mengutip hadis qudsi riwayat Imam Muslim. Dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka’bah.
“Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta’addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual),” tulis Ali Mustafa.
Menurut dia, jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.
Selamat jalan Kiai Ali Mustafa Yaqub, ulama sejuk dengan tutur bahasa halus.
(erd/nrl)/ Detik.com