Amalan Rajab

Pada bulan Rajab sangat dianjurkan meningkatkan amal ketaatan sekaligus menghindarkan kemaksiatan.

Rajab sebagai salah satu bulan Haram (suci) dalam Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan amal ketaatan sekaligus menghindarkan kemaksiatan. Karena setiap amalan di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya sebagaimana bermaksiat juga akan lebih besar dosanya.

Ibnu Hajar dalam kitabnya, Latha’iful Ma’arif, menukil perkataan Ibnu Abbas RA, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

Di antara amalan Rajab yang dimaksud, yakni: Pertama segera bertobat dan jangan ditunda lagi. Imam Dailamiy meriwayatkan bahwa Rajab juga disebut sebagai Syahrullah (bulannya Allah), hingga para ulama menasihati untuk segera bertobat dengan memperbanyak istighfar di bulan ini. Karena untuk urusan tobat, perintahnya disegerakan.

Allah SWT mengingatkannya dalam QS Ali Imran [3]: 133. Bahkan di ayat lain, diperintahkan untuk berlomba dalam tobat. (QS al-Hadid [57]: 21). Jangan sampai telat bertobat dan jangan tunggu saat sekarat baru mau taat.  

Maka jangan sampai telat bertobat dan jangan tunggu saat sekarat baru mau taat. Karena Allah SWT hanya akan menerima tobat hamba-Nya sebelum sekarat.

Abdullah bin Umar bin Khaththab RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Allah yang Mahamulia dan Maha Agung menerima tobat hamba-Nya selama belum sekarat.” (HR at-Tirmidzi).

Kedua, segera tinggalkan maksiat sekarang juga. Ketika sudah bertobat, jangan lagi maksiat. Karena salah satu syarat diterimanya tobat adalah berhenti maksiat. Apalagi di bulan Haram ini segala bentuk maksiat jika dikerjakan akan dilipatgandakan dosanya. Bahkan maksiat membuat kita tak mampu beribadah.

Imam Sufyan Ats Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajud selama lima bulan. Hanya karena satu dosa yang dulu aku lakukan.” (Kitab Ihya’u ‘Uluumid Diin).

Imam Hasan al-Bashri juga pernah ditanya seorang lelaki sehat dan bahkan telah menyiapkan segala sesuatunya untuk melakukan shalat malam, tapi lelaki tersebut tidak mampu bangun. Apa sebab? “Dosa-dosamu mengikatmu” kata sang Imam.

Ketiga, perbanyak puasa sunnah. Para salafushshalih memberikan teladan berpuasa sunah di bulan Rajab sebagai bagian dari bulan Haram. Imam Sufyan Ats Tsauri, misalnya, sangat gemar memperbanyak puasa sunnah di bulan Rajab. Beliau mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

Syeikh Imam Taqiyudin Abu Bakar bin Muhammad al Husaini ad Dimasyqi asy Syafi’i juga menuliskan dalam kitabnya, Kifayatul Akhyar, “Bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan haram, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Rajab, dan  Muharram.”

Puasa sunnah yang dimaksud bisa puasa sunnah Senin-Kamis, puasa sunnah Daud ataupun ayyamul bidh. Rajin puasa sunnah di bulan Rajab juga bisa dijadikan sebagai latihan dan persiapan memasuki Ramadhan.

Keempat, perbanyak doa keberkahan Rajab. Salah satu doa populer yang bisa diamalkan adalah riwayat Anas, terdapat juga dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi, “Allahumma baariklanaa fii rajaba wa sya’bana waballighnaa ramadhaana” (Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan)”. (HR al-Baihaqi dalam Fadha’il al-Auqat).

Allahu a’lam bishshawab.

KHAZANAH REPUBLIKA