Venezuela Akan Asuh Anak-Anak Yatim Piatu Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO– Pemerintah Venezuela mengumumkan bahwa mereka akan mengasuh anak-anak yang menjadi yatim piatu akibat serangan zionis Israel, Anadolu Agency, Jumat (15/8) mengabarkan.

“Kami akan membawa mereka ke Venezuela untuk membesarkan mereka dengan kasih dan dengan persetujuan Palestina. Kami akan menemukan ayah dan ibu Venezuela untuk mereka,” ujar Presiden Nicolas Maduro.

Ia berkata, pemerintah Venezuela telah menyiapkan rumah tinggal khusus untuk anak-anak yatim piatu Palestina di Gaza. Yang mana rumah tinggal tersebut akan diberi nama pendahulunya yaitu Hugo Chavez.

Sebelumnya, terdapat laporan yang saling bertentangan terkait pengasuhan anak-anak Palestina. Apakah anak-anak akan diizinkan untuk tinggal di Venezuela dan disiapkan untuk diasuh oleh warga lokal atau pemerintah Venezuel akan memberi tempat berlindung sampai mereka dapat kembali ke Gaza dengan selamat.

Presiden Venezuela melanjutkan, Israel ingin memusnahkan rakyat Palestina dan ia pun menyerukan kepada dunia agar berani meningkatkan solidaritas dengan rakyat Palestina. Pengumuman terkait Venezuela akan mengasuh anak-anak yatim piatu Palestina datang setelah Presiden Nicolas Maduro bertemu dengan Menteri Luar Negeri Palestina Riyadh al-Maliki kemarin, Kamis (14/8).

Menurut media lokal, saat ini, terdapat beberapa ratus dari pemuda Palestina yang yatim piatu tiba di Venezuela, namun jumlah pastinya belum diketahui. Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua bertemu dengan perwakilan anak-anak pengungsi PBB di Kairo, ibukota Mesir pada awal bulan ini.

Ia mengatakan, pemerintah Venezuel telah secara resmi memberitahu Otoritas Palestina bahwa negara telah memperiapkan segalanya untuk menyambut anak-anak Palestina. Pada Rabu (13/8), Menteri Luar Negeri Palestina Riyadh al-Maliki mengunjungi negara bagian Venezuela, Aragua dan bertemu dengan Gubernur Aragua, Tareck Al Aissami, pria keturunan Suriah-Libanon.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengatur tempat tinggal anak-anak Palestina. Selain itu, menjadikan pula sebagai tempat penampungan pertama negara itu untuk anak-anak yatim piatu Palestina. Harian lokal Telesur melaporkan, pada Selasa (12/8) lalu Venezuela mengirimkan 12 bantuan kemanusiaan ke Palestina melalui perbatasan Rafah, Mesir. Selain itu, sekitar 300 ton bantuan kemanusiaan lainnya akan segera dikirim ke Gaza.

“Kami benar-benar merasa sangat spesial untuk rakyat Palestina di Gaza.” ujar al-Maliki seperti yang dikabarkan kantor berita Venezuela Noticias 24.

————————————-

 

Bagaimana dengan Anda yang kebetulan seorang muslim?

Kisah Pedih Anak-Anak Yatim Irak dari Sudut-Sudut Baghdad

Hampir tidak ada, ilustrasi kebahagiaan tentang anak-anak di Iraq. Kekerasan dan perang selama bertahun-tahun, telah merenggut masa depan indah yang seharusnya mereka miliki. Mereka dipaksa bekerja di pasar-pasar, meninggalkan sekolah, demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka, anak-anak yatim, berjumlah jutaan di Iraq. Kebanyakan mereka lebih memilih jalanan sebagai tempat tinggal sekaligus mengais rizki.

Mari dengar catatan pedih seorang anak bernama Shalih (11). Dunia penderitaan baginya berawal saat mendapati tubuh ayahnya terkapar akibat sebuah bom meledak di rumah makan tempat ayahnya bekerja. Sang ibu, lalu berkata padanya, “Nak, kamu harus tinggalkan bangku sekolah. Kita tidak mempunyai pilihan lain.“ Awalnya, Shalih mencoba menjawab dengan mengatakan, “Bu, nilai matematikaku nomor satu di sekolah.“ Tapi jawaban itu tak membuat ibunya senang. Keadaan akhirnya memaksa Shalih bekerja di sebuah pabrik pengolah rumput yang tak jauh dari rumahnya, guna menambah penghasilan. Meski masih kanak-kanak, Shalih adalah anak tertua di antara tiga adik-adiknya yang sama sekali tak mungkin diminta bekerja.

Menurut Shalih, awalnya ia sangat suka bekerja di pabrik itu. Ia baru mendapatkan musibah sangat berat, saat atasan pabrik tempatnya bekerja melakukan pelecehan seksual kepadanya. Shalih takut menyampaikan prihal itu pada ibunya, sampai akhirnya ada juga salah seorang buruh yang menyampaikannya.“Aku tidak mau kembali ke tempat itu lagi, dan bekerja sebagai penjual rokok di jalan-jalan Baghdad. Aku berdo’a siangmalam agar Allah menolong keluargaku dan mengangkatku dari jalanan agar bisa duduk di bangku sekolah kembali. Dalam keadaan seperti ini, tak ada yang bisa diharapkan kecuali Allah swt…“ ujarnya lirih.

Kisah derita anak-anak jalanan di Baghdad,  umumnya hadir dari mereka yang keluarganya  sudah tidak utuh, baik karena satu atau kedua orang tua mereka sudah tiada. Mereka terpaksa menapaki panas di siang hari, meninggalkan bangku sekolah, untuk mengais rezeki. Menurut Unicef, saat ini diperkIraqan lebih dari 20% anak-anak di Iraq berhenti sekolah. Sekitar 220 ribu dari mereka ada yang terpaksa bekerja dan ada pula yang dibawa keluarganya ke tempat yang dianggap lebih aman sehingga tidak bisa melanjutkan sekolahnya.

 

Derita Yatim Piatu Iraq

Ada kelompok anak-anak yang lebih menderita lagi. Yakni mereka yang memang sudah tidak mempunyai orang tua. Itu dialami oleh Fadhel Muhammad Riyad. Usianya masih 10 tahun. Ia, satu dari ratusan ribu anak-anak Iraq yang kehilangan kedua orang tuanya. Ya, Fadhel adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal dalam tragedi pilu yang menimpa banyak di berbagai daerah di Iraq, sejak tentara AS menghujaninya dengan peluru dan bom sejak bulan Maret 2003, dan rangkaian kekerasan yang tak berhenti.

Riyad kini ditampung di yayasan pemelihara anak-anak yatim. Ia mengatakan, “Beberapa tahun lalu lalu, ayahku meninggal karena ledakan di tengah kota Baghdad. Setelah itu, semua orang meninggalkanku dan adik perempuanku yang masih kecil. Kami tidak mendapatkan ada orang yang merawat kami.”  Meski masih anak-anak, luka kehidupan yang mendera Riyad, membuatnya sulit untuk menggerakkan bibirnya.           Dengan air mata menitik dan bibir gemetar menahan tangis, Riyad mengatakan,”Kami sebenarnya mempunyai saudara-saudara dalam keluarga. Tapi mereka semua tidak mau menerima dan mengurus kami. Mereka memaksa kami untuk bekerja sendiri untuk mencari makan.”  Tapi menurutnya, kehidupan di rumah penampungan anak yatim juga bukanlah kehidupan yang enak. Ia justru mengatakan telah menerima perlakuan yang menyakitkan dari para petugas di rumah penampungan tersebut. “Hidupku di sini tidak mudah. Hampir semua orang yang bertugas di sini, sikapnya kasar,” ujar Riyad.

Anak-anak Iraq, adalah sama nasibnya seperti warga sipil Iraq pada umumnya. Mereka adalah korban dari kekerasan perang tanpa alasan. Juga korban, karena sikap diam kaum Muslimin di berbagai negara dunia dengan kezaliman yang terus terjadi. Karakter kejam dan model pembunuhan keji di Iraq dijelaskan dampaknya oleh pakar sosial Iraq Haedar Hasan Karim, “Iraq mempunyai banyak karakter akibat tragedi ini. Kekerasan di Iraq bisa bermotif kekerasan antar etnik, peperangan melawan pendudukan AS, prilaku tradisional sejumlah penduduk Iraq dan juga pembunuhan karena motif kelaparan untuk mencari uang.“  Kini, kekhawatiran sudah merebak hebat terkait masa depan anak-anak. Menurut Haedar, “Mayoritas anak-anak Iraq akan tumbuh besar dalam trauma dan tekanan rasa takut dalam pikiran mereka. Anak-anak menderita karena mereka bagian dari skenario yang terjadi di Iraq. Mereka tak bisa bertemu dengan orang tua mereka. Dan sekarang  mereka terpaksa hidup di sejumlah tempat yang sama sekali tak membuat jiwa mereka tenang.“

 

Seorang anak Iraq lain, Hamid Abdussatar namanya. Dalam usianya yang masih 9 tahun, ia juga sudah ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kekerasan hebat di Iraq. Hamid menjadi gelandangan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, demi mencari sesuap nasi yang bisa mengisi perutnya dan juga perut adik perempuannya yang masih berusia 7 tahun. “Ayahku meninggal saat peperangan. Ibuku meninggal tujuh bulan setelah ayahku meninggal, akibat ledakan bom,“ ujar Hamid. Hamid lebih menderita ketimbang Riyad, karena ia tidak mengetahui di mana keluarga yang bisa ditemuinya. Riyad bahkan mengaku berulangkali terpaksa mencuri untuk mendapatkan uang sekedar membeli kue yang kemudian menjadi modal baginya untuk berjualan setiap hari. “Aku tahu apa yang saya lakukan itu dilarang. Tapi aku lakukan itu untuk bisa makan. Aku yakin Allah akan mengampuni dosaku. Aku lebih kuat menahan lapar, demi memberi makan adik perempuanku. Nanti bila aku menjadi orang kaya, aku akan peduli menolong anak-anak yatim Iraq…” urai Hamid.

 

Bukan Sekedar Masalah Lapar

Persoalannya, problem berat yang dihadapi anak-anak yatim Iraq di jalan-jalan, tak sekedar masalah lapar. Yang mungkin lebih menyiksa batin dan tubuh mereka adalah, karena mereka kerap menjadi target pelecehan seksual dari orang-orang tak bertanggung jawab. Itulah yang dialami Shalih, dan juga Hamid. Hamid mengatakan, adik perempuannya yang masih kecil pernah nyaris direnggut keperawanannya. Saat menceritakan hal itu, Hamid tertunduk memejamkan matanya karena tidak kuat mengucapkannya lagi. Setelah beberapa lama ia hanya mengatakan, “Aku…. berusaha menolongnya untuk bisa lari, dan akibatnya akulah yang menjadi korban kejahatan mereka…”

Selebihnya, Hamid Abdussatar lebih memilih hidup di jalanan ketimbang di rumah penampungan anak yatim piatu yang ada di Baghdad. Ia mengisahkan, dirinya dan adiknya pernah tinggal beberapa lama di penampungan itu, namun tidak kuat menahan derita. “Para pengurus membenci kami dan memperlakukan kami seperti binatang. Makanan yang kami terima adalah makanan yang sudah basi,” ujar Hamid. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak kuat lagi melihat adik perempuannya menderita di rumah yatim. Itulah yang menyebabkan akhirnya Hamid memutuskan untuk keluar dari tempat itu dan mencari tempat yang lebih nyaman baginya. Jalanan, menjadi tempat pilihannya ketimbang harus menderita di rumah penampungan yatim.

 

Aset Generasi yang Nyaris Hilang

Beberapa waktu lalu, Unicef mengeluarkan laporannya tentang kondisi anak-anak di Iraq paska Maret 2003. Disebutkan bahwa jumlah pekerja anak-anak di bawah usia 11 tahun di Iraq mewakili 14% dari jumlah total dengan lama bekerja rata-rata 10 jam setiap hari. Mereka bekerja karena tekanan ekonomi, karena banyaknya orang dewasa yang menganggur dan banyaknya para janda yang kehilangan penyangga materi rumah tangganya. Tentang jumlah anak-anak yang bekerja, pihak Unicef mengatakan masih sulit menjelaskan jumlahnya. Terlebih angka itu semakin lama diperkIraqan cepat meningkat drastis.

Anak-anak benar-benar menjadi korban kekejian perang di Iraq. Dalam salah satu unit operasi AS di Barat Laut Baghdad di markas Al Hanaan, pada bulan Juni 2007 ditemukan lebih dari 20 mayat anak-anak dalam kondisi telanjang setelah dijadikan objek kekerasan seksual. Petinggi markas militer AS tidak menafikanhal itu. Ia hanya berdalih bahwa pelakunya bukanlah para tentara AS yang bertugas di sana.

Sementara itu, berdasarkan sensus Kementerian Pekerjaan Sosial Iraq, jumlah anak yatim di Iraq berkisar 4,5 juta orang anak. Sekitar 70% dari mereka adalah anak-anak yang menyandang yatim akibat kekerasan yang terjadi di Iraq paska kehadiran pasukan AS. Masih menurut Kementrian Pekerjaan Sosial Iraq, ada 6000 anak kecil di Iraq yang tidak mempunyai tempat tinggal kecuali di jalan-jalan. Mereka anak-anak yang melewati siang dengan mencari makan minum, kemudian beristirahat beratapkan langit di malam harinya. Mereka biasanya memilih tempat peristirahatan yang diyakini jauh dari pantauan orang-orang bersenjata. Sedangkan jumlah anak-anak yatim yang ada di sekitar 18 rumah penampungan di seluruh Iraq, hanya berkisar 700 orang saja. Kondisi merekapun di penampungan, sangat memerlukan bantuan yang primer bagi hidup mereka.

Seorang relawan Palang Merah Iraq mengatakan, bahwa karena kondisi sangat prihatin, anggaran yang dialokasikan khusus untuk menolong anak-anak jalanan dan anak yatim, terus menerus ditunda hingga batas yang tak ditentukan. Yang parah lagi, tak ada lembaga atau yayasan luar yang menangani masalah yatim ini. Semua rumah penampungan berasal dari pemerintah Iraq.

Anak-anak adalah aset paling mahal dan paling terbesar yang menentukan wajah masa depan sebuah generasi. Tapi di Iraq kini, modal paling mahal itu nyaris hilang.

 

 

Oleh: M. Lili Nur Aulia, Lc

sumber: Islam Pos

Anak Yatim Palestina Ini Tidur Dalam Pelukan Lukisan Kapur Uminya

Gambar yang menyayat hati ini diambil dari salah sebuah rumah anak yatim piatu di Palestina, yang menunjukkan seorang anak yatim melukis gambar ibunya di atas lantai dan tidur dipangkuannya, dalam usaha untuk mendapatkan kasih sayang dan belas kasihan seorang ibu.

Tak bisa terbayangkan, berapa banyak tetesan air mata anak ini tumpah untuk sekedar melukis gambar ibunya ini di lantai sebelum ia tidur. Hanya gambaran ibunya dalam benaknya saja, sebab foto pun tak sempat ia simpan dan miliki, entah kemana tersebab perang. Tergambar wajah ibunya yang sedang tersenyum, sambil tertulis di samping gambarnya tulisan yang berbunyi, mama.

Kisah seorang anak kecil yang melukis Ibunya pada sebuah lantai ini menggambarkan kepedihan seorang anak yang begitu merindukan kasih sayang seorang Ibu, Ibu anak ini meninggal dalam sebuah peperangan dinegeri para Nabi palestin.

Sang anak tinggal disebuah rumah yatim piatu di Palestina yang mungkin di rumah yatim ini banyak anak-anak yang menjadi korban ditinggal orangtuanya akibat perang yang dikobarkan Zionis Israel.

Mereka adalah anak-anak korban kebiadaban Zionis-Israel, mereka anak-anak yang tiada tahu menahu apa yang membuat mereka jadi korban perang yang begitu kejam itu, mereka hanya ingin hidup damai layaknya anak-anak yang lain.

Bagi anak-anak yang masih memiliki kedua orang tua syukurilah dengan sebenar-benarnya, jangan sia-siakan pengorbanan dan kasih sayang mereka, berbaktilah dengan sepenuh jiwa raga kita, baik dengan doa untuk kebaikan kedua orang tua maupun dengan pembuktian pemelihaaraan kita sebagai anak dihari tua kedua orang tua, Ibu Bapak kita, jangan sia-siakan.

Berbaktilah pada orang tua kita, datangilah mereka untuk mintakan keridhaan dan pintu maafnya selama nafas mereka masih ada, ukirlah senyum di wajah mereka, kemudian berlaku lemah lembutlah kepada anak-anak yatim dan dhu’afà, santunilah mereka, karena hampir-hampir saja syurga berada di sekitar mereka sebagaimana sabda Nabi kita tercinta.

Ingatlah bantu mereka anak-anak korban perang Palestina, Suriah dan lainnya dengan cara sisihkan sebagaian harta kita buat mereka, mereka perlu hidup layaknya anak anak yang memiliki Ibu Bapak. Mereka juga mempunyai perasaan yang sama seperti kita, hanya saja mereka tak punya tempat untuk berlindung dan berteduh dalam sebuah kasih sayang, dan jika kita diberi kemampuan oleh Allàh Ta’àlà mari menjadi Ibu dan Bapak bagi mereka, kalau bukan kita siapa lagi.

.. Rabbighfirli wa liwàlidayya warhumà kamà rabbayànà shaghìrà, allàhumma a’izzal Islàm wal muslimìn wanshuril ikhwànanàl mustadh’afìna wal mujàhidìna fì kulli makàn Yà ‘Azìz Yà Qahhàr Yà Rabbal ‘àlamìn .…(rz)

 

 

 

sumber: Era Muslim

Anak Yatim yang Terlantar

Anak yatim, begitu mendengar kata ini, seharusnya terbayang dibenak kita ‘seandainya waktu kecil dulu saya adalah anak yang ditakdirkan menjadi anak yatim, bagaimana kehidupan yang saya jalani?’. Memiliki kedua orang tua yang mengasuh, mendidik dan menaungi adalah suatu kenikmatan yang sangat indah.

Perasaan seperti itu tidak dirasakan oleh anak yatim. Rata-rata mereka hidup sendiri, jauh dari asuhan dan didikan orang lain, apalagi perlindungan orang lain. Sungguh malang nasib anak yatim yang sekarang ini banyak ditelantarkan.

Akibatnya, mereka tidak dapat menjaga dan merawat diri mereka sendiri. Banyak anak yatim yang terkesan kumuh, kotor, dekil dan menjijikkan. Rata-rata pendidikan mereka terbelakang, bodoh dan terkesan nakal.

Belum lagi dengan usia mereka yang sangat dini mereka harus “membanting tulang” untuk menghidupi diri sendiri. Mereka banyak dihina, dilecehkan bahkan banyak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Itulah mereka. Banyak di antara mereka yang putus asa atau tidak memiliki harapan. Seolah hidup ini adalah “neraka” untuk mereka yang mereka harus bertarung di dalamnya. Mereka sangat kesepian. Mereka selalu menangis di hati-hati kecil mereka.

Yang paling fatal dari itu semua, mereka tidak mengenal Islam dengan baik, apalagi beribadah. Mereka cenderung bersama teman-teman mereka yang lain yang berada di jalanan. Lebih parahnya lagi mereka terlibat dengan perbuatan keji, munkar dan dosa besar bahkan bisa sampai kepada perbuatan yang kufur. Na’udzu billahi min dzalika.

Islam adalah agama yang mulia yang memuliakan bani Adam dari semua makhluk Allah. Islam juga mengangkat derajat anak yatim. Allah menyuruh kita untuk menghormati semua manusia, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا}

Artinya: “Dan kami telah memuliakan anak keturunan Adam, memberikan tunggangan kepada mereka di darat dan di laut, memberi rezki kepada mereka dari yang baik-baik dan mengutamakan mereka dari banyak makhluk  yang telah kami ciptakan dengan suatu keutamaan.” (QS Al-sra’ : 70)

Islam sudah memberi jawaban untuk semua permasalahan sosial yang dihadapi manusia. Allah telah memberi keutamaan yang sangat besar untuk orang-orang yang menanggung kehidupan anak yatim. Keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu sebanding dengan rasa susah yang dialami ketika mendidik anak yatim tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam haditsnya telah menyebutkan salah satu keutamaan memelihara dan merawat anak yatim

عن سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا )) وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى.

Artinya: Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Rasulullah bersabda, “Saya dan penanggung kehidupan anak yatim di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya: jari telunjuk dan jari tengah.[1]

Orang yang menanggung kehidupan anak yatim akan bersama dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di surga. Ganjaran ini banyak orang melalaikannya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah seperti itu juga dengan tambahan:

(( كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ ))

Artinya: “Penanggung kehidupan anak yatim, baik dari kalangan kerabatnya atau selainnya.”[2]

Dalam tambahan hadits di atas kita dapat menarik faidah bahwa menanggung anak yatim tidak dikhususkan pada kaum kerabat saja, tetapi juga anak yatim dari orang lain.

Makna Anak Yatim

Di dalam bahasa Arab, siapakah yang dinamakan anak yatim itu?

Disebutkan di dalam Al-Mu’jam Al-Washith sebagai berikut:

( اليَتِيْم ) الصَغِيْر الفَاقِدُ الأَب مِنَ الْإنْسَانِ وَالْأُمّ مِنَ الْحَيْوَان .

Artinya: (Yatim) adalah anak kecil dari manusia yang kehilangan bapaknya. Sedangkan pada hewan adalah anak hewan yang masih kecil yang kehilangan ibunya.[3]

Para ulama mengatakan bahwa seorang anak yang sudah mencapai usia baligh tidak lagi dikatakan yatim, berdasarkan hadits yang diriwayatkan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ ، وَلاَ صُمَاتَ يَوْمٍ إِلَى اللَّيْلِ.))

Artinya: “Tidak dikatakan yatim setelah mencapai usia baligh dan tidak boleh diam (tidak berbicara) seharian sampai waktu malam.”[4]

Akan tetapi, bukan berarti ketika kita mengasuh anak yatim sejak dia kecil, kemudian dia baligh, kita biarkan dia terlantar begitu saja. Selama mereka belum memiliki kemampuan untuk bekerja dan berpenghasilan sendiri, maka kita tetap disyariatkan untuk memberikan bantuan kepadanya. Apalagi di zaman sekarang ini, anak-anak dituntut untuk menyelesaikan pendidikannya, minimal SMA atau setingkatnya. Jika bisa kita menyekolahkannya sampai tingkat yang lebih tinggi lagi maka itu lebih baik.

Keutamaan Memelihara Anak Yatim

Keutamaan memelihara anak yatim sangat banyak, berikut penulis sebutkan beberapa di antaranya:

عن أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: (( أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ أَنْ تُدْخِلَ عَلَى أَخِيْكَ الْمُؤْمِنِ سُرُوْرًا أَوْ تَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تُطْعِمَهٌ خُبْزًا.))

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seafdal-afdal amalan adalah engkau membuat seorang mukmin bahagia, engkau membayarkan hutangnya atau engkau memberikan makan dia sebuah roti.”[5]

‘Membuat seorang mukmin bahagia’, Bukankah mengasuh anak yatim termasuk di dalamnya. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang bersemangat untuk mengasuh anak yatim.

Keutamaan yang lainnya:

عن أَبِى هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ : (( إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ فَأَطْعِمِ الْمَسَاكِينَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ )).

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang datang ke Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengeluh kekerasan hatinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Jika engkau ingin hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang-orang miskin dan usaplah kepala anak yatim!”[6]

Hadits ini dengan jelas menerangkan bahwa memberi makan orang-orang miskin dan mengusap kepala anak yatim dapat melunakkan hati. Kalau kita melihat dua amalan tersebut, maka kita akan mendapatkan bahwa orang yang sombong, pelit dan kasar tidak akan mampu melaksanakan kedua amalan itu. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melatihnya untuk mendekati orang-orang miskin dan anak yatim agar dapat merasakan apa yang mereka rasakan sehingga hatinya tidak lagi menjadi keras. Subhanahu wa ta’ala, ini adalah sebuah petunjuk yang penuh hikmah yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras perbuatan zalim kepada anak yatim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : الْيَتِيمِ ، وَالْمَرْأَةِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya saya menyatakan haram (kepada umat Muhammad untuk melalaikan) hak dua orang yang lemah: anak yatim dan wanita.”[7]

Para sahabat adalah orang-orang yang paling cepat dan bersegera dalam mengamalkan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara bukti nyata yang menunjukkan hal itu adalah apa yang dilakukan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab yang diabadikan di dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, sebagai berikut:

عن أَبُي بَكْرِ بْنُ حَفْصٍ ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ كَانَ لاَ يَأْكُلُ طَعَامًا إِلاَّ وَعَلَى خِوَانِهِ يَتِيمٌ.

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Hafsh bahwasanya dia berkata, “‘Abdullah (bin ‘Umar bin Al-Khaththab) radhiallahu ‘anhuma tidak pernah makan kecuali di samping piringnya ada anak yatim.”[8]

Bagi Anda Yang Memiliki Kelebihan Harta

Orang yang memiliki kelebihan harta sudah sepantasnya menginfakkannya kepada anak-anak yatim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةً وَنِعْمَ صَاحِبُ الْمُسْلِمِ هُوَ لِمَنْ أَعْطَى مِنْهُ الْيَتِيمَ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ

“Sesungguhnya harta itu berwarna hijau (enak dipandang) dan manis (dirasakan). Sebaik-baik sahabat muslim adalah yang memberikan harta tersebut untuk anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan).”[9]

Setelah membaca tulisan ini, sungguh menarik bukan, jika kita bisa menjadi pemerhati-pemerhati dan penanggung kehidupan anak yatim. Mudah-mudahan dengan demikian kita bisa mendapatkan ganjaran seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amin.

Demikian tulisan ini. Mudahan bermanfaat.

 

 

Oleh: Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc, MA

sumber: Pengusaha Muslim

Kisah haru Rasulullah dan anak yatim di hari raya Idul Fitri

Hari raya Idul Fitri tidak hanya dirayakan dengan bersenang-senang namun bisa juga dirayakan dengan berbagi. Seperti yang dilakukan Rasulullah di hari lebaran kepada seorang anak yatim.

Dikisahkan saat semua orang bergembira menyambut lebaran, terdapat lah seorang gadis kecil di sudut jalan Kota Madinah dengan pakaian lusuh. Seorang diri, dia tampak menangis tersedu-sedu.

Rasulullah melihat gadis itu, lantas menghampirinya. “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”, kata Rasulullah dikutip dari laman Rumah Yatim dan Dhuafa, Rabu (15/7).

Dengan suara lirih, gadis itu bercerita kepada Rasulullah SAW. “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia.”

“Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia berjuang bersama Rasulullah Saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”.

Hati Nabi langsung terenyuh, sambil membelai rambut anak itu, Nabi berkata, “Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu. dan Aisyah menjadi ibumu. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Dia tatap lekat-lekat Rasulullah dan memastikan bahwa di hadapannya adalah seorang utusan Allah. Anak yatim itu kaget sekaligus bahagia sampai bibirnya tidak bisa berucap dan hanya menganggukan kepala.

Rasulullah pun menggandeng tangan mungilnya ke rumah Aisyah. Sesampai di rumah Rasulullah sendiri yang menyisirnya dan membersihkan badannya dengan penuh kasih sayang.

Dibantu Fatimah, gadis itu dipakaikan baju bagus dan diberi makanan serta uang saku. Dia lalu dipersilakan untuk bermain dengan teman sebayanya.

Teman-teman gadis itu bertanya, “Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”

Dengan senyum mengembang, gadis kecil itu menjawab, “Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.

Bersama Rasulullah Mencintai Anak Yatim

Menyantuni anak yatim merupakan kewajiban kita sebagai muslim. Jika Anda memiliki kelimpahan rezeki dari Allah SWT, sebaiknya Anda berbagi dengan mereka. Hal ini sebagai wujud rasa syukurkita kepada Allah SWT.

Sedekah yang kita berikan tidak akan mengurangi rezeki yang kita terima. Bahkan, Allah akan melipatgandakannya.  Rasulllah SAW yang terlahir yatim-piatu juga sangat mencintai anak-anak yatim.

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.

Hadits tersebut menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

 

Sukarja dari berbagai sumber