Wayan Fitriyani, Baca Buku-Buku Islam Lalu Bersyahadat

Ada beragam cara Allah SWT menganugerahkan hidayah kepada seseorang. Perjalanan yang tidak begitu berat dalam mengenal Islam dirasakan Wayan Fitriyani.

Proses perkenalan Wayan, begitu akrab disapa dengan Islam, terjadi begitu sederhana, yaitu melalui kegiatan membaca.  Ketika berhadapan dengan doktrin yang selama ini melekat dalam Islam, yakni sebagai agama paling benar, Wayan tertarik menelaah lebih jauh.

Seberapa jauh kebenaran doktrin tersebut?

Wayan penasaran. Ia mendalami Islam lewat buku dan menjelajahi internet. Rasa itu kian kuat ketika di lingkungan tempat ia bekerja seusai menamatkan pendidikan SMA, terdapat banyak Muslim.  

Meski kerap mendengar Islam agama yang paling benar, risalah Muhammad SAW ini tak terlalu dikenal di lingkungan keluarga perempuan kelahiran 29 Desember 1992. Ia terlahir di Bali dengan mayoritas pemeluk Hindu.

Keluarga saya sama sekali tidak mengenal Islam. Jadi, baik atau buruk ajarannya keluarga saya tidak peduli, katanya kepada Republika pada akhir pekan lalu.

Setelah membaca buku-buku tentang Islam, Wayan fokus belajar tata cara ibadah dengan baik dan benar meski belum berikrar syahadat. Ia membeli sebuah buku tentang tuntunan shalat wajib dan sunah serta kumpulan doa-doa ijabah.

Buku itu dibelinya lantaran ia kerap menyaksikan teman kerjanya melaksanakan ritual-ritual itu. Jadi, buku itu sengaja saya beli, ujarnya.

 

Meski buku koleksi Wayan Fitriyanitermasuk bacaan ringan, buku tersebut memiliki nilai karena mampu memberikan banyak informasi dan pengetahuan tentang ajaran Islam, yang sama sekali tidak pernah ada di pikirannya.

Dari buku yang tebalnya tidak kurang dari 200 halaman itu, Wayan banyak mendapat informasi dan pengetahuan dari bacaan-bacaan shalat. “Saya pikir ini agama yang masuk akal, ujarnya.

Wayan mengaku tertarik membaca semua buku tentang Islam. Setelah membaca buku tentang tuntunan shalat wajib dan sunah, rasa ingin tahu Wayan tentang Islam  terus tumbuh.

Setiap ada waktu senggang di tempatnya bekerja, perempuan kelahiran  Banjar Klungah, Desa Wisman, Kecamatan Sideman, Kabupaten Karang Asem, Bali, ini menyempatkan membaca ajaran Islam lewat ponsel pintarnya.

Pokoknya saya baca semua sumber informasi tentang Islam, termasuk dakwah-dakwah di televisi, katanya.
Akhirnya pada 4 Juli 2016, Wayan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika itu ia diantar seorang Muslimah, rekan kerjanya.

Jadi hampir lima bulan yang lalu saya masuk Islam, katanya.

 

Memeluk Islam atas keputusannya sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun, Wayan tidak menyembunyikan keyakinan barunya tersebut dari kedua orang tua dan keluarga besarnya.

Dengan penuh rasa percaya diri, Wayan menyampaikan kepada orang tuanya. Saya sudah masuk Islam, katanya.

Setelah mendengar pengakuannya masuk Islam, Wayan mengatakan, jika kedua orang tuanya kaget dan tidak terima sama sekali dengan keputusan putri pertama mereka itu.

Jejak keluarga tak pernah ada yang keluar dari keyakinan leluhur, Hindu. Jadi, semua menentang saya masuk Islam, katanya

Walaupun mendapat penolakan, Wayan tidak mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Mereka hanya menyesalkan. Mengapa kamu mesti pindah keyakinan, katanya menirukan pernyataan ibunya.

Wayan masih diterima keluarga dan berbaur, meski Wayan sudah berbeda keyakinan. Ini juga menjadi kesempatan baginya untuk mengenalkan Islam. Walau demikian, ia mengaku, keluarga besarnya berkeinginan besar agar ia kembali memeluk agama leluhur.

Namun, Wayan tetap dalam pendiriannya dengan penuh toleran. Ia tetap tak ingin membuat orang tua yang membesarkan dan membiayai hidupnya itu kecewa.

Saya tunjukkan lewat perbuatan baik kepada kedua orang tua, kata dia.

Akhlak dan pekerti luhur yang tetap Wayan junjung, membuat luluh hati orang tuanya. Mereka menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada putrinya tanpa mesti dimusuhi. Alhamdulilah sekarang semuanya menerima, katanya.

Bentuk penerimaan keluarga terhadap keyakinan baru Wayan, upacara Banten, ritual pelepasan keluar dari Hindu, digelar khusus untuknya. Untuk menjaga hati dan pandangannya agar tidak bermaksiat kepada Allah SWT setelah kurang lebih tiga bulan masuk Islam, Wayan memutuskan menikah.

 

Setelah masuk Islam, Wayan ingin tetap istiqamah menjalankan ajaran Islam lewat berbakti kepada suami dan ritual lainnya, seperti shalat, puasa sunah, dan tetap istiqamah menggunakan hijabnya dalam kehidupan sehari-hari. Wayan mengatakan, setelah resmi masuk Islam langsung menggunakan hijab.

Sekarang yang sedang saya perjuangkan bagaimana bisa tetap istiqamah dalam Islam,” katanya.

Agar keislamannya lebih sempurna, Wayan sedang berusaha memperbaiki bacaan-bacaan shalat dan belajar mengaji. Terutama bagaimana saya bisa menerapkannya, ujar dia.

Untuk menambah pengetahuan tentang Islam yang baru lima bulan ia yakini, Wayan masih tetap membaca buku tentang Islam dan ikut-ikut pengajian.

Kadang kalau mendapati kebingungan dan kerancuan dalam amalan sehari-hari, ia tidak segan bertanya kepada orang-orang yang lebih paham tentang Islam, baik dari suami maupun mertuanya.

 

 

sumber:Republika Online