Buka Puasa dengan Kurma yang Ganjil

Soal:

Aku mendengar bahwa orang yang puasa ketika ia berbuka puasa wajib baginya untuk memakan kurma dengan jumlah tertentu yaitu lima atau tujuh buah atau semisalnya. Apakah benar demikian?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawab:

ليس بواجب بل ولا سنة أن يفطر الإنسان على وتر، ثلاث أو خمس أو سبع أو تسع إلا يوم العيد عيد الفطر، فقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كان لا يغدو للصلاة يوم عيد الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً، وما سوى ذلك فإن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يتقصد أن يكون أكله التمر وتراً

“Itu tidak wajib dan tidak pula sunnah. Yaitu seseorang berbuka puasa dengan kurma yang ganjil, semisal tiga, atau lima atau tujuh atau sembilan. Kecuali di hari Idul Fitri. Karena terdapat dalil shahih bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidaklah berangkat shalat id kecuali memakan beberapa buah kurma dengan jumlah ganjil[1]. Adapun selain itu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak memaksudkan untuk memakan buah kurma dengan jumlah ganjil”

(Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman nomor 354) [2].

Catatan kaki:

[1] Sebagaimana hadits dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً

Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).

Juga hadits Buraidah radhiallahu’anhu:

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم لا يخرجُ يومَ الفطرِ حتَّى يَطعَم ، ويومَ النحرِ لا يأكل حتَّى يرجعَ فيأكلَ من نَسِيكتِهِ

Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha hingga beliau kembali dari shalat, lalu makan dengan daging sembelihannya” (HR. Muslim no. 1308).

[2] Fatwa ini bukan berarti larangan berbuka puasa dengan kurma dengan jumlah ganjil. Tentu boleh saja melakukan demikian. Namun tidak perlu diyakini ada keutamaan khusus dari perbuatan tersebut atau tidak diyakini sebagai sunnah Nabi. Wallahu a’lam.

Yulian Purnama

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14394-buka-puasa-dengan-kurma-yang-ganjil.html

Ini Niat Ketika Hendak Bersilaturrahmi dan Buka Bersama

Dalam Islam, kita dianjurkan untuk selalu menyambung silaturrahmi dengan keluarga, teman, dan saudara muslim lainnya. Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling berkunjung, mengadakan halal bihalal, buka bersama, saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain. Namun, di saat pandemi covid-19, kita perlu tetap menjaga protokol kesehatan yang diwajibkan oleh para dokter. Kita juga perlu niat ketika hendak bersilaturrahmi.

Di antara manfaat bersilaturrahmi, selain melapangkan rezeki, juga bisa mengantarkan kita pada surga Allah. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dari Abu Ayyub Al-Anshari, dia berkisah;

أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ  إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Ada seseorang berkata; Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka. Rasulullah Saw bersabda; Sungguh dia telah diberi taufik atau sungguh dia telah diberi hidayah, apa tadi yang kamu katakan? Lalu orang itu mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Saw bersabda; Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan kamu menyambung silaturahmi. Setelah orang itu pergi, Nabi Saw; Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga.

Adapun niat ketika hendak bersilaturrahmi, sebagaimana disebutkan oleh Sayid Muhammad bin Alawi bin Umar Al-Idrus dalam kitab Al-Niyyat, adalah sebagai berikut;

نَوَيْتُ التَّوَدُّدَ وَالتَّقَرُّبَ اِلَيْهِمْ وَالسُّؤَالَ عَنْ اَحْوَالِهِمْ وَاِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَيْهِمْ وَطَلَبَ الدُّعَاءِ مِنْهُمْ

Nawaitut tawadduda wat taqorruba ilaihim was su-aala ‘an ahwaalihim wa idkholas suruuri ‘alaihim wa tholbad du’aa-i minhum.

Aku berniat (bersilaturrahmi) untuk memperlihatkan kasih sayang dan kedekatan kepada mereka, bertanya mengenai keadaan mereka, memberikan kebahagiaan pada mereka, dan meminta doa dari mereka. Wallahu a’lam bis shawab.

BINCANG SYARIAH

Ketika Azan Magrib, Buka Puasa atau Shalat Magrib Lebih Dahulu?

Berikut penjelasan hukum terkait Ketika Azan Magrib berkumandang, buka puasa atau shalat Magrib lebih dahulu?

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia. Bulan penuh berkah. Ramadhan adalah bulan istimewa. Dalam Ramadhan terkandung rahmat, ampunan, dan pembebasan dari siksaan api neraka. Ini semua bonus dari Allah bagi hamba-Nya yang melaksanakan puasa dengan sempurna.

Nah salah satu satu kegembiraan orang yang berpuasa adalah ketika tiba waktu buka puasa. Tak bisa dipungkiri, mayoritas masyarakat Indonesia menganggap waktu berbuka puasa adalah sesuatu yang sangat istimewa. Untuk itu, pelbagai usaha dilakukan agar hidangan buka puasa serba istimewa.

Menu makanan untuk berbuka puasa pun dibuat beragam, tak cukup satu macam.  Hidangan santap berbuka pun terdiri dari kolak, sirup, gulai rendang, kurma, ayam bakar, ikan bakar dan goreng, ayam krispi dan menu makanan lainnya. Pemandangan ini sudah lazim kita temui. Pendek kata, menu makanan saat berbuka cenderung lebih istimewa  dibanding hari lain, di luar bulan Ramadhan.

Nah kemudian datang permasalahan, menurut hukum fiqih Islam, ketika datang waktu Magrib atau waktu berbuka puasa, apakah yang terlebih didahulukan  berbuka puasa (santap makanan) atau Salat Magrib?

Menurut Dar Ifta Mesir  bahwa orang yang berpuasa ketika telah datang Magrib atau waktu berbuka, maka lebih utama mendahulukan berbuka puasa, kemudian dilanjutkan shalat Magrib. Begini penjelasan Lembaga Fatwa Mesir;

يستحبُّ أن يكون الفطر قبل صلاة المغرب

Artinya; Disunatkan untuk mendahulukan berbuka puasa, sebelum melaksanakan shalat Magrib.

Pendapat ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitab Sunan Abi Daud. Berikut hadis nabi tersebut;

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قال: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ، فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamar, beliau meminum seteguk air.

Dalam hadis ini terdapat keterangan bahwa Rasulullah terlebih dahulu berbuka puasa, kemudian melanjutkan shalat Magrib. Pasalnya, ketika perintah  mendahulukan berbuka puasa atau makanan yang sudah sudah disajikan, supaya setelah makan bisa fokus mengerjakan salat. Bila shalat Magrib didahulukan maka dikhawatirkan mengurangi khusyuk  shalat.

Lebih lanjut, menurut Dar Ifta Mesir, ada pun hikmah didahulukan berbuka puasa, untuk mengamalkan sunah Nabi, yakni menyegerakan berbuka. Di samping itu, Nabi juga mensunatkan ketika berbuka dengan menggunakan kurma basah atau kurma kering. Bila tak ada, maka bisa dengan air putih.

Hal itu termaktub dalam hadis Nabi Muhammad;

إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فَإِنَّهُ طَهُورٌ

Artinya; Jika salah seorang dari kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma (tamr), karena hal itu mengandung keberkahan. Jika tidak ada, maka berbukalah dengan air karena air itu mensucikan (HR. Imam Tirmidzi).

Demikian penjelasan terkait ketika azan Magrib, buka puasa atau shalat Magrib lebih dahulu?

BINCANG SYARIAH

Bolehkah Berbuka Sebelum Mendengar Adzan?

KETIKA matahari telah terbenam, maka orang berpuasa dihalalkan untuk berbuka. Baik muazin adzan maupun belum. Yang menjadi patokan adalah terbenamnya matahari. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

“Ketika malam telah datang dari sini dan siang meninggalkan dari sini serta matahari telah terbenam, maka orang berpuasa sudah boleh berbuka.” (HR. Bukhori, 1954 dan Muslim, 1100)

Ibnu Daqiqul Id mengatakan, “Hadits ini sebagai bantahan terhadap orang Syiah yang mengakhirkan berbuka sampai terlihat bintang.” (Fathul Bari)

Dikutip dari islamqa.info sebagian muazin terkadang mengakhirkan beberapa waktu setelah terbenam matahari. Hal ini tidak dijadikan patokan azannya. Tindakannya ini menyalahi petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam yang menganjurkan untuk bersegera berbuka setelah terbenam matahari seraya bersabda:

“Orang-orang senantiasa dalam kebaikan selagi mensegerakan berbuka.” (HR. Bukhori, 1957 dan Muslim, 1098)

Jika orang yang berpuasa memiliki kuat dugaan bahwa matahari sudah terbenam, maka diperbolehkan berbuka, tidak disyaratkan harus mendapatkan keyakinan, tapi cukup dengan perkiraan kuat. Ketika orang berpuasa dalam persangkaan kuat matahari telah terbenam, maka berbuka tidak apa-apa. Namun, tidak boleh dia berbuka selagi dia masih ragu dengan terbenamnya matahari.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Disunahkan bersegera berbuka maksudnya adalah bersegera ketika telah terbenam matahari maka yang menjadi patokan adalah terbenam matahari bukan azan terutama waktu sekarang, karena orang-orang berpedoman pada kalender dan menjadikannya sebagai acuan dengan jamnya, sementara jamnya terkadang berubah lebih cepat atau lebih lambat. Jika matahari telah terbenam dan anda menyaksikannya, sementara orang-orang belum azan, maka anda dibolehkan berbuka. Kalau mereka telah azan, sementara anda melihat matahari belum terbenam, maka anda tidak diperbolehkan berbuka. Karena Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Ketika malam datang dari sini (seraya memberi isyarat ke arat timur) dan siang meninggalkan dari sini (seraya memberi isyarat ke arah barat), dan matahari telah terbenam, maka orang berpuasa sudah boleh berbuka.”

Adanya sisa cahaya terang tidak berpengaruh. Sebagian orang mengatakan, “Kita tetap (menunggu) sampai bulatan (Matahari) tidak nampak dan hari mulai gelap. Hal ini tidak dijadikan patokan. Tapi lihatlah bulatan matahari itu, kapan dia terbenam bagian paling atas, maka matahari telah terbenam dan disunahkan berbuka.

Dalil disunahkan bersegera adalah sabda Beliau sallallahu alaihi wa sallam:

“Orang-orang senantiasa dalam kebaikan selagi mensegerakan berbuka.”

Dengan demikian dapat kita ketahui, bahwa orang yang mengakhirkan berbuka sampai terlihat bintang seperti Rofidhoh mereka tidak dalam kebaikan.

Kalau ada orang mengatakan, “Apakah saya diperbolehkan berbuka dengan persangkaan kuat, dalam artian kalau dalam persangkaan kuatku bahwa matahari telah terbenam, apakah saya diperbolehkan berbuka?

Maka jawabnya adalah ya, dalil akan hal itu adalah apa yang ada ketetapan dalam Shahih Bukhori dari Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu anha berkata:

“Kami berbuka di hari mendung pada zaman Nabi sallallahu alaihi wa sallam, kemudian terbit (kelihatan) matahari.”

Telah diketahui mereka tidak berbuka dengan keyakinan (ilmu), karena kalau mereka berbuka dengan keyakinan (ilmu), maka matahari tidak akan terlihat lagi. Akan tetapi mereka berbuka berdasarkan persangkaan kuat telah terbenam. Kemudian mendungnya tersingkap dan matahari terlihat.” (Asy-Syarhul Mumti’, 6/267). []

ISLAMPOS




Berbuka dengan yang Manis Disunnahkan, Gorengan Jangan

Berbuka puasa dianjurkan dengan yang manis seperti kurma.

Makanan dan minuman manis memang dianjurkan untuk santapan awal buka puasa. Tapi, bukan berarti semua makanan atau minuman manis boleh dikonsumsi, apalagi jika mengandung kadar gula tinggi. Menurut ahli gizi Rita Ramayulis DCN MKes, prinsip makanan saat berbuka puasa adalah mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal, setelah 14 jam tidak mengonsumsi makanan.

Ia menganjurkan agar mengonsumsi makanan dengan kadar gula yang cepat terserap tubuh. “Makanan yang dapat mengembalikan kadar glukosa darah dengan cepat adalah karbohidrat sederhana, ada di gula pasir, gula merah, gula aren, sirup, madu, kurma, dan buah-buahan,” ungkap Rita, sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.

Namun praktisi gizi klinik dan olahraga tersebut mengingatkan, jumlahnya harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh dalam mengolahnya. Apalagi, orang-orang dengan penyakit tertentu, seperti diabetes, tentunya harus mengontrol pola makan yang manis supaya tidak memicu peningkatan gula darah secara mendadak.

Menurut Rita, banyak orang keliru menafsirkan maksud dari istilah berbuka dengan yang manis. Mengonsumsi makanan atau minuman manis memang baik dilakukan pada saat buka puasa agar dapat segera memulihkan energi setelah seharian berpuasa. Tapi, yang keliru adalah porsi makanan atau minuman manis yang dikonsumsi.

Idealnya, buka puasa bisa dengan makan tiga buah kurma sesuai sunah Rasulullah SAW. Selain manis, kurma juga merupakan karbohidrat kompleks yang membuat gula diserap tubuh secara perlahan. Karbohidrat kompleks akan lebih lambat dipecah atau dicerna menjadi gula darah.

Sehingga, gula darah akan tetap stabil alias tidak mengalami fluktuasi yang tinggi. Selain itu, karbohidrat kompleks juga sangat membantu proses metabolisme energi tubuh.

Sebagian orang sering kali berbuka puasa dengan mengonsumsi aneka jenis gorengan, seperti risoles, bakwan, dan lainnya.  “Gorengan memang dasarnya tidak baik, jadi minimal harus bisa dikurangi,” ungkap dr Inge Permadi SpGK.

Menurutnya, mengonsumsi gorengan ketika puasa atau tidak puasa tergolong kurang baik. Ia menyarankan agar konsumsi gorengan dikurangi. Salah satu yang berbahaya dari gorengan adalah minyaknya. Minyak yang digunakan dalam proses penggorengan tentunya mengandung kolesterol.

Pastinya, itu tidak baik bagi kesehatan tubuh, khususnya jantung. Minyak mampu mempercepat penyakit jantung karena kandungan minyak mampu menghambat proses peredaran darah.

Menurut Inge, gorengan berminyak juga bisa memicu sariawan ketika tubuh dalam kondisi puasa. Pasalnya, tubuh mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi sehingga minyak bisa mempercepat penyakit sariawan pada mulut. Selain itu, gorengan seringkali dimakan dengan sambal pedas yang tentunya berbahaya bagi perut yang kosong.

KHAZANAH REPUBLIKA

Selama 60 Tahun Menyediakan Buka Puasa Untuk Jamaah Masjid Nabawi

Di Masjid Nabawi sendiri lebih dari 1000 jamaah mengikuti buka bersama setiap harinya. Menu buka puasa dihidangkan pada 6 meja atau orang Indonesia mengenalnya sejenis lesehan panjang yang terletak di beberapa tempat Masjid Nabawi, termasuk di teras masjid.

Ar-Rahili mengatakan, biasanya menu buka puasa itu terdiri dari yogurt, susu, roti, kopi, dan ada juga hidangan yang disebut date dan duqa, sebuah makanan rumahan yang diadon dari bumbu-bumbu khas Arab.

Ketika ditanya, berapa uang yang ia habiskan setiap harinya untuk menyajikan menu buka puasa itu. Ar-Rahili enggan menyebutkan nominal yang ia sedekahkan itu. Ia mengatakan ini adalah perwujudan ibadah kepada Allah, bukan untuk mencari ketenaran.

Di kota suci lainnya, Mekah al-Mukaramah, Gubernur Mekah, pangeran Misyaal bin Abdullah meresmikan sebuah program yang berkelanjutan dalam menjamu kaum muslimin untuk berbuka di Masjid al-Haram. Program buka puasa itu mampu menjamu 1,5 juta orang di Propinsi Mekah.

Program berbuka puasa yang dicangankan pemerintah Arab Saudi ini akan disebarkan tidak hanya di masjid saja. Pemerintah mengerahkan petugas-petugas untuk mengedarkan buka puasa di lapangan-lapangan tempat orang-orang berkumpul, jalan-jalan, dan traffic light.

Pemerintah Arab Saudi juga mengajak para donatur dari kalangan orang-orang kaya untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial selain permsalahan buka puasa. Pemerintah menyiapkan suatu badan khusus untuk menyantuni orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

Inilah sekilas tentang suasana Ramadhan di Arab Saudi, dimana kalangan masyarakat hingga pemerintah bahu membahu dalam berderma. Masyarakat secara personal bersedekah dengan kemampuan mereka dan pemerintah memfasilitasi warga yang mampu untuk berbagi dengan warga yang tidak mampu. Mudah-mudahan semangat Ramadhan yang demikian juga tertular ke negeri kita Indonesia ini, amin.

Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma menceritakan:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Alquran. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari).

Sumber: Arabnews.com

Oleh Nurfitri Hadi

Read more https://kisahmuslim.com/4495-selama-60-tahun-menyediakan-buka-puasa-untuk-jamaah-masjid-nabawi.html#more-4495

Di 5 Restoran Ini Bisa Buka Puasa dengan Nasi Briyani Sedap

Nasi briyani yang berenpah sedap enak dinikmati beramai-ramai saat buka puasa. Masakan Timur Tengah ini disajikan dalam nampan untuk dinikmati bersama.

Restoran Timur Tengah di Jakarta biasanya menyajikan nasi briyani. Diolah dengan beras basmati, nasi ini makin sedap karena diracik bersama bumbu dan rempah yang berlimpah mulai jintan, cengkeh, kapulaga, kayu manis dan lain sebagainya. Disantap dengan pelengkap daging kambing yang empuk.

Di Jakarta ada beberapa restoran yang punya nasi briyani enak. Disantap beramai-ramai tanpa sendok bikin suasana makin hangat dan akrab.

1. Abunawas
Restoran di bilangan Kemang, Jakarta Selatan ini punya banyak pilihan menu nasi briyani. Ukuran porsinya bisa disesuaikan dengan jumlah orang yang makan mulai dari nasi briyani dengan satu ekor kambing, setengah ekor kambing hingga nasi briyani ayam.

Selain nasi briyani, ada juga menu Timur Tengah lainnya yang tak boleh dilewatkan seperti sambosa dan shakshukah atau telur orak arik khas Timur Tengah.

Abunawas
Jl. Kemang Utara Raya No. 15
Kemang, Jakarta Selatan
Telepon : (021) 71794691

 

2. Al-Jazeerah
Di sini menu Timur Tengah yang disajikan cukup lengkap mulai dari appetizer, salad hingga dessert manis gaya Arab. Menu nasi briyani yang ditawarkan juga dikenal punya rasa yang enak. Ada pilihan briyani laham yang dilengkapi daging domba atau briyani dujaj yang disajikan bersama daging ayam.

Al-Jazeerah
Jl. Raden Saleh No. 58, Cikini
Jakarta Pusat
Telepon :(021) 3914444

3. Taal
Ada 5 pilihan varian nasi briyani di restoran ini. Seperti fried briyani, dum briyani, hydrabathi briyani, maatka briyani dan kurma briyani. Semua varian ini bisa dipilih mau disajikan dengan pelengkap sesuai selera mulai dari ayam, udang, kambing, telur atau ikan. Lengkap ya!

Taal
Ruko Mall of Indonesia
Jl. Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading
Jakarta Utara
Telepon : (021) 45869792

4. Kinara
Restoran yang ini terbilang cukup mewah dengan pilihan menu yang juga sangat lengkap. Banyak menu makanan berporsi besar yang bisa dinikmati sharing. Termasuk nasi briyani dan nasi mandhi. Pilihan pelengkapnya ada daging kambing dan daging ayam.

Kinara
Jl. Kemang Raya No 78 B, Kemang
Jakarta Selatan
Telepon : (021) 7192677

Baca juga : Gurih Berempah, Nasi Mandi Khas Timur Tengah Ada di 5 Tempat Ini

5. Queen’s Tandoor
Nasi briyani autentik bisa dicoba di tempat ini. Ada dua pilihan nasi briyani yakni yang disajikan dengan daging kambing dan daging ayam. Selain itu cicip juga menu tandoori yang juga jadi andalan di restoran ini.

Queen’s Tandoor
Plaza Permata, Lantai Basement
Jl. MH Thamrin No. 57, Thamrin
Jakarta
Telepon (021) 3903288 (dvs/odi)

 

DETIK

Begini Serunya Berbuka Puasa di Masjid Nabawi yang Penuh Berkah

Berbuka puasa di Masjid Nabawi, Madinah ada sensasi spiritual tersendiri. Di masjid ini, jamaah mendapat santapan berbuka, mulai dari kurma, roti, air putih, hingga ditawarkan kopi.

Detikcom merasakan sendiri pengalaman berbuka di Masjid Nabawi, Kamis (2/7). Di kota Nabi Muhammad yang disucikan ini, Masjid Nabawi adalah pusat bagi warga dan umat Islam yang sedang beribadah untuk berbuka puasa.

Tak heran kalau ribuan jamaah memadati masjid. Saat Ashar jamaah mulai penuh, tidak selengang saat zuhur. Lepas Ashar jamaah banyak yang bertahan di masjid dengan membaca alquran menunggu Magrib.

Jelang Magrib, sejumlah petugas masjid menyebar di beberapa titik. Mereka menghamparkan papan plastik, jamaah kemudian diminta duduk berhadapan.

Petugas kemudian membagikan untuk jamaah kurma, air putih, roti, dan yoghurt, serta menawarkan kopi. Di tengah kebersamaan itu, dengan jamaah lain pun berbagi, saling memberi isyarat. Apalagi petugas memberikan satu piring lagi kurma.

Detikcom sempat berbincang dengan bahasa Inggris dengan beberapa jamaah dari Turki dan Aljazair, mereka memang sengaja datang ke Madinah untuk merasakan Ramadan di tanah suci.

Jelang Isya petugas masjid membersihkan makanan. Mereka membungkus makanan yang tersisa. Tak lama, jamaah pun kembali ke shaf menghadap kiblat.

Salat Isya dilanjut dengan tarawih. Saat salat witir, yang disertai qunut imam menangis membacakan doanya. Para jamaah pun banyak yang ikut terisak. Suasana sungguh haru. Hingga selesai salat, banyak jamaah yang bersalaman dan berpelukan walau tak saling kenal.

 

sumber: Detik.com