Serangan Israel memicu pertempuran paling berdarah setahun belakangan.
TEPI BARAT — Pasukan penjajah Israel pada Rabu (22/2) menyerbu Nablus, kota Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan melakukan penyerangan siang hari yang sebelumnya jarang terjadi. Penyerangan itu mengubah Nablus layaknya zona perang dan menggugurkan 11 warga Palestina serta melukai seratusan lainnya.
Itu adalah salah satu pertempuran paling berdarah dalam hampir satu tahun eskalasi kekerasan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Ia berpotensi memicu pertumpahan darah lebih lanjut. Polisi Israel mengatakan mereka meningkatkan kewaspadaan, sementara kelompok militan Hamas di Gaza mengatakan kesabaran mereka “sudah habis”. Jihad Islam, pejuang militan lain, bersumpah untuk membalas.
Menurut pejabat kesehatan di Tepi Barat, di antara yang gugur adalah dua pria Palestina, berusia 72 dan 61 tahun, dan seorang bocah lelaki berusia 16 tahun, Operasi empat jam itu menyebabkan kerusakan luas di pasar berusia berabad-abad di Nablus, sebuah kota yang dikenal sebagai kubu militan.
Ahmad Aswad, kepala perawat departemen kardiologi Rumah Sakit Najah menuturkan, korban luka membanjiri rumah sakit di kota itu. Petugas medis berusia 36 tahun itu mengatakan kepada the Associated Press bahwa dia melihat banyak pasien tertembak di dada, kepala, dan paha. “Mereka menembak untuk membunuh,” katanya.
Ia menceritakan, bersama seorang rekannya dengan hati-hati mengeluarkan peluru dari hati seorang pria berusia 61 tahun. Setelah kekacauan mereda dan mereka mengumumkan pasien mereka meninggal, mereka melihat wajah pria itu.
Ternyata yang gugur tersebut adalah ayah rekannya, Abdelaziz Ashqar yang berusia 61 tahun. Rekannya, Elias Ashqar yang bersama-sama menangani sang ayah, terpuruk dan terdiam. “Rasanya seperti bukan di dunia nyata,” kata Aswad.
Di Kota Tua Nablus, orang-orang memandangi puing-puing yang dulunya merupakan rumah besar di pasar yang berusia berabad-abad. Dari satu ujung ke ujung lainnya, toko-toko penuh dengan peluru. Mobil yang diparkir hancur. Darah menodai reruntuhan semen. Furnitur dari rumah yang hancur berserakan di antara tumpukan puing.
Di tempat lain, sebuah video amatir memperlihatkan dua pria, tampaknya tidak bersenjata, ditembak saat mereka berlari di jalan. Rekaman keamanan bertanda waktu yang dibagikan secara luas secara online tampaknya menunjukkan dua pria muda berlari di jalan. Tembakan terdengar, dan keduanya jatuh ke tanah, dengan satu topi terbang dari kepalanya.
Kedua pria tersebut tampaknya tidak bersenjata, namun video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang menyebabkan penembakan tersebut. Pihak Israel mengakui video itu “bermasalah”, dan mengatakan militer sedang memeriksanya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan sedikitnya 10 orang gugur, termasuk Abdelaziz Ashqar dan seorang pria berusia 72 tahun. Berbagai kelompok militan Palestina mengklaim enam orang tewas—termasuk tiga yang menjadi sasaran serangan itu—sebagai anggota. Belakangan, para pejabat kesehatan mengatakan seorang pria berusia 66 tahun meninggal karena menghirup gas air mata.
Saat jenazah diarak melewati kerumunan dengan tandu, ribuan orang memadati jalan-jalan, meneriakkan dukungan untuk para militan. Pria-pria bertopeng menembak ke udara. Kepolisian Israel mengatakan sedang meningkatkan keamanan di Tepi Barat dan Yerusalem timur untuk mengantisipasi kekerasan.
Israel gencar melakukan penyerangan-penyerangan di Tepi Barat sejak tahun lalu. Para pejabat Israel menyamakan operasi ini dengan “memotong rumput” untuk mencegah situasi yang sulit menjadi lebih buruk. Tetapi penggerebekan hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda memperlambat kekerasan. Sebaliknya, seperti operasi Rabu, justru dapat meningkatkan kemungkinan pembalasan.
Militer Israel mengatakan memasuki Nablus, pusat komersial Tepi Barat, untuk menangkap tiga militan yang diduga melakukan serangan penembakan sebelumnya. Tersangka utama dicari dalam pembunuhan seorang tentara Israel musim gugur lalu.
Militer biasanya melakukan penggerebekan pada malam hari untuk mengurangi risiko korban sipil. Namun juru bicara militer Letnan Kolonel Richard Hecht mengatakan pasukan bergerak cepat setelah dinas intelijen melacak orang-orang itu di tempat persembunyian.
Hecht mengatakan pasukan Israel mengepung gedung itu dan meminta orang-orang itu untuk menyerah, tetapi mereka malah melepaskan tembakan. Seorang militan yang mencoba melarikan diri dari gedung ditembak dan dibunuh. Dia mengatakan militer kemudian menembakkan rudal ke rumah tersebut, meratakan bangunan dan membunuh dua orang lainnya.
Pada saat yang sama, katanya, pasukan yang telah mendirikan perimeter luar diserang tembakan hebat, memicu baku tembak yang intens. Militer mengatakan yang lain melemparkan batu dan bahan peledak ke arah pasukan, dan pejabat merilis video yang diambil dari dalam kendaraan lapis baja saat kerumunan pemuda Palestina melemparinya dengan batu. Tidak ada korban dari pihak Israel.
Bulan lalu, pasukan Israel membunuh 10 orang dalam serangan serupa di utara Tepi Barat. Sebagai tanggapan, militan Palestina menembakkan roket dari Gaza. Keesokan harinya, seorang pria bersenjata Palestina melepaskan tembakan di dekat sebuah sinagog di pemukiman Yerusalem timur, menewaskan tujuh orang.
Beberapa hari kemudian, lima militan Palestina tewas dalam serangan penangkapan Israel di tempat lain di Tepi Barat. Kejadian itu diikuti oleh serudukan mobil Palestina yang menewaskan tiga orang Israel, termasuk dua saudara muda, di Yerusalem.
Pertempuran itu terjadi pada waktu yang sensitif, kurang dari dua bulan setelah pemerintah garis keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mulai menjabat. Pemerintah didominasi oleh ultranasionalis yang telah mendorong tindakan lebih keras terhadap militan Palestina dan bersumpah untuk mempertahankan kekuasaan Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Media Israel telah mengutip pejabat tinggi keamanan yang menyatakan keprihatinan bahwa penyerangan-penyerangan dapat menyebabkan lebih banyak kekerasan menjelang bulan suci Ramadhan.
Dalam sebuah langkah yang dapat meningkatkan ketegangan lebih lanjut, Yesha, dewan pemukiman, mengumumkan bahwa pejabat perencanaan Israel telah memberikan persetujuan untuk hampir 2.000 rumah baru di pemukiman di Tepi Barat. Tidak ada konfirmasi langsung dari pemerintah, tetapi pengumuman terkait itu direncanakan pada Kamis (23/2) ini.
Palestina dan sebagian besar komunitas internasional mengatakan permukiman yang dibangun di atas tanah yang diduduki adalah ilegal dan menghambat perdamaian. Lebih dari 700.000 pemukim sekarang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem timur, wilayah yang direbut oleh Israel pada tahun 1967 dan didambakan Palestina sebagai wilayah negara mereka.
Di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price mengatakan AS mengakui masalah keamanan Israel yang “sangat nyata”, tetapi juga “sangat prihatin” tentang kematian dan cedera akibat serangan itu. Dia mendesak kedua belah pihak untuk menghindari langkah-langkah yang dapat mengobarkan ketegangan, termasuk kemungkinan persetujuan pemukiman baru.
Keputusan Israel muncul setelah pernyataan Dewan Keamanan PBB yang mengkritik keras legalisasi permukiman di Tepi Barat pada Senin (20/2). Resolusi Dewan Keamanan PBB yang lebih kuat dan mengikat secara hukum saat itu batal diajukan Uni Emirat Arab (UEA) diduga atas pengaruh Amerika Serikat.
Diplomat Amerika mengklaim telah mendapat janji Israel sehingga merasa resolusi yang bakal menuntut penghentian pembangunan pemukiman itu tak perlu. Persetujuan pemukiman baru oleh Israel tampaknya melemahkan klaim itu.
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mendesak masyarakat internasional “untuk mengakhiri pembantaian terhadap rakyat kami.”
Di Jalur Gaza, Abu Obeida, juru bicara kelompok militan Hamas yang berkuasa, memperingatkan bahwa kesabaran Hamas hampir habis. Rabu malam, para aktivis Palestina membakar ban di sepanjang perbatasan Gaza dengan Israel sebagai protes.
Hamas telah memerangi Israel dalam empat perang sejak merebut kendali Gaza pada 2007. Pemimpin Jihad Islam Ziyad Al-Nakhala menyebut serangan Israel sebagai kejahatan besar. “Adalah tugas kita sebagai kekuatan perlawanan untuk menanggapi kejahatan ini tanpa ragu-ragu,” katanya.
Hampir 60 warga Palestina telah gugur di Tepi Barat dan Yerusalem timur tahun ini, menurut penghitungan AP.Tahun lalu, hampir 150 warga Palestina gugur di daerah itu, menjadikannya tahun paling mematikan di sana sejak 2004, menurut data kelompok hak asasi Israel B’Tselem. Sekitar 30 orang di pihak Israel tewas dalam serangan Palestina.