Rasulullah ﷺ Pun Menjilat Jarinya Setelah Makan

ADA beberapa hadis yang menyatakan seperti itu. Misalnya hadits riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik  berikut ini:

“Ketika Rasulullah   selesai menyantap suatu hidangan, beliau akan menjilati ketiga jarinya (yang digunakan untuk makan) .”

Anas  melanjutkan:

“Beliau juga bersabda, ‘Jika ada sebagian makanan milik seseorang di antara kalian jatuh, hendaknya ia mengambil makanan tersebut. Kemudian membersihkan kotorannya dan memakannya. Jangan biarkan sebagian makanan tersebut menjadi milik setan.’

Masih kata Anas:

Beliau memerintah kita untuk menghabiskan sisa sisa makanan yang masih ada di mampan atau piring dan bersabda, “Sungguh, kalian tidak tahu pada sebagian mana barakah makanan itu ada.”

Dari hadis di atas terkandung ada:

• Makan dengan tiga jari. Tidak disebutkan jari mana saja. Umumnya, jari yang dipakai makan adalah ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Ini termasuk adab yang disenangi Rasulullah . Tetapi jangan dipaksakan bila tidak memungkinkan. Misalnya makannya berkuah.

• Menjilati jemari yang digunakan makan. Dilakukan setelah benar benar selesai menghabiskan seluruh hidangan.  Bukan di tengah tengah makan. Ini tidak baik dilakukan karena dapat menimbulkan rasa jijik hadirin.

• Imam Nawawi menjelaskan, setiap makanan yang dihidangkan terdapat barakah di dalamnya. Namun tidak diketahui pada bagian mana barakah itu ada. Bisa pada yang sudah dimakan. Bisa di jari. Bisa yang tersisa di piring. Bisa pula yang jatuh. Karenanya seyogyanya kita tidak menyia-.nyiakan barakah yang ada dalam makanan tersebut.

Secara medis sudah banyak yang meneliti makan pakai jari. Salah satunya adalah  dr. Charles Gerba dari University of Arizona, Amerika Serikat. Dia menjelaskan, makan menggunakan tangan dan menjilat jari jemari sesudahnya memiliki manfaat kesehatan. Asal sebelum makan, mencuci tangan terlebih dahulu. Ia mengakui bahwa di sela-sela jari manusia mengandung enzim Rnase.

Enzim Rnase berfungsi sebagai pengikat bakteri untuk menekan aktivitas bakteri ketika masuk bersamaan dengan makanan.

Selain manfaat tersebut, enzim ini juga berfungsi sebagai kekebalan tubuh manusia. Tangan yang setiap hari memegang benda-benda, dapat mendatangkan kuman dan bakteri disinilah enzim ini bekerja sebagai kekebalan tubuh manusia.*

*Dikutip dari Syarah Syamail oleh Syaikh Abdurazak bin Abdul Muchsin Al_badrun Badr

HIDAYATULLAH

Ini Cara Makan Ala Rasulullah…

“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim No 2032 dan lainnya)

Sebagai manusia, Rasulullah SAW juga memiliki kebutuhan untuk makan dan minum. Bedanya, Nabi SAW punya cara makan yang berlandaskan tuntunan dari Allah SWT. Gaya hidup Rasulullah ini lazim diikuti kaum Muslimin dari masa sahabat hingga kini. “Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mukminun: 51).

Nabi tidak pernah mencela makanan. Ditukil dari Syarah Shahih al-Bukhari yang ditulis Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsmaini, Rasulullah akan menyantap makanan jika dia berselera. Jika tidak suka, dia meninggalkannya. Nabi pun kerap memuliakan makanan. Pada satu hadis lainnya yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi membandingkan beberapa macam buah dengan membaca Alquran.

Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah turujjah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma yang tak beraroma dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga raihanah yang aromanya wangi dan rasanya pahit. Sementara, perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzhalah yang aromanya busuk dan rasanya pahit.

Nabi mengajarkan kepada kita untuk membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Tak hanya itu, Nabi mencontohkan agar memakan makanan yang paling dekat saat makan bersama dengan nampan. Ini sesuai dengan apa yang diajarkan kepada Umar bin Abu Salamah. “Semasa kecil aku diasuh oleh Rasulullah SAW (pada saat makan bersama) tanganku bergerak ke sana kemari di atas nampan. Maka, beliau bersabda kepadaku, “Wahai anakku, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu.”

Saat makan bersama dalam nampan, Anas bin Malik seperti ditukil dalam HR Muslim mengatakan, Nabi SAW mencari-cari labu di sekeliling nampan. Imam Bukhari memaknai hadis ini, yakni seseorang bisa mencari makanan yang disukainya saat makan bersama di nampan jika tidak membuat temannya marah. Selain itu, menurut al-Bukhari, makanan tersebut jenisnya bermacam-macam.

Ketika makan daging, Nabi SAW memotong daging bagian punggung kambing yang dipegang dengan pisau. Syekh Utsmaini menjelaskan, Nabi SAW menggunakan pisau untuk memotong daging karena daging itu terlalu keras. Dia tak bisa langsung menggigit. Hadis ini kadang terlihat kontradiktif dengan hadis larangan memotong daging dengan pisau untuk makan.

Syekh Utsmani pun mengungkapkan, hal tersebut bergantung pada tujuan saat makan. Jika hendak bermewah-mewahan atau merasa jijik tangannya tersentuh daging, penggunaan pisau itu tidak boleh dan dilarang. Adapun jika pisau itu dibutuhkan untuk memotong daging yang keras maka dibolehkan karena Nabi SAW pun melakukannya. Jika tidak butuh pisau, lebih baik jika mengambil dengan tangan, menggigitnya dan menggerogoti gigi sendiri.

Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA menjelaskan, “Rasulullah SAW menggerogoti daging yang ada di tulang punggung, kemudian setelah itu beliau bangkit dan shalat tanpa berwudhu lagi.”

Nabi SAW pun mengajarkan kepada kita untuk tak berlebihan saat makan. Rasulullah menganalogikan hal ini dengan ungkapan jika orang mukmin makan dalam satu usus sementara orang kafir dalam tujuh usus. Ulama berbeda pendapat dengan hadis yang juga diriwayatkan Imam Muslim ini.

Syekh Utsmani menjelaskan, setidaknya ada tiga pendapat berbeda mengenai masalah ini. Pertama, hadis ini bermakna metaforik. Nabi hendak menunjuk karakter mukmin sejati yang tidak rakus harta dunia. Seorang mukmin hanya sedikit mengambil harta dunia digambarkan memakan hanya dalam upaya memenuhi satu usus. Sementara, orang kafir yang serakah digambarkan akan memenuhi tujuh ususnya.

Pendapat kedua, orang mukmin memakan makanan halal, sedangkan orang kafir memakan makanan haram. Makanan halal sangat sedikit jika dibanding dengan makanan haram. Sementara, pendapat ketiga menjelaskan, hadis itu lebih pada upaya penyadaran dan dorongan untuk orang mukmin agar sedikit makan, mengingat banyak makan adalah karakter orang kafir. “Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan.” (QS Muhammad: 12).

Nabi SAW pun melarang kita untuk makan dengan piring-piring emas dan perak. Menurut Hudzaifah RA, Rasulullah SAW mengatakan jika piring-piring itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk umat Islam di akhirat. Dalam hadis lain, Nabi SAW pun mengancam orang-orang yang meminum dengan bejana perak seakan api neraka jahanam dituangkan di dalam perutnya. Syekh Utsmani menjelaskan, hikmah dari hadis tersebut adalah makan dan minum dengan bejana emas dan perak dapat menjadikan hati manusia sombong dan congkak. Jika mereka terjangkit penyakit ini, dia diharamkan masuk ke dalam surga.

Setelah selesai makan, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk menjilati tangan hingga bersih. Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim No 2032 dan lainnya)

Lantas, Nabi SAW berdoa,”Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, indah dan penuh berkah seraya tidak merasa cukup dengan selain-Mu, tidak pula mengingkari nikmat-nikmat Mu dan tidak juga merasa tidak butuh dengan karunia Mu, wahai Rabb-ku.” Wallahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Inilah Cara Makan Rasulullah Saw

Rasulullah Saw tidak mempunyai ukuran dan waktu tertentu dalam hal makan.

Siti ‘Aisyah Ra berkata, “Rasulullah Saw sering berpuasa sedemikian sehingga orang menyangka bahwa beliau tidak akan makan dan minum, dan beliau sering berpuasa sedemikian sehingga orang menyangka beliau tidak akan berbuka.”

Beliau juga sering datang kepada istrinya dan bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk dimakan?” Apabila mereka berkata “ya” maka beliau makan. Jika mereka berkata “tidak”, maka beliau berpuasa. Apabila disediakan makanan kepada beliau, maka beliau sering berkata, “Sebenarnya aku semula bermaksud berpuasa.” Dan kemudian beliau berbuka dan memakan makanan yang disajikan kepadanya.

Pada suatu hari Rasulullah Saw hendak keluar dan bersabda, “Aku berpuasa.” Hazrat ‘Aisyah berkata kepada beliau, “Seseorang telah memberi hais (bubur tamar) kepada kita.” Maka beliau pun bersabda, “Tadinya aku hendak berpuasa, tapi sekarang bawalah hais itu ke sini.” [Imam Al-Ghazzali]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2287933/inilah-cara-makan-rasulullah-saw#sthash.CVEbwksx.dpuf