Cinta Nabi adalah Cahaya Menuju Ilahi Tak Terbatas Ruang dan Waktu

Dalam perjalanan spiritual, cinta merupakan matahari yang bersinar terang. Dan jika kita membicarakan cinta, seorang yang penuh cinta kepada Allah dan sesama yang tak terelakkan muncul dalam pikiran kita: cinta kepada sang kekasih, Nabi Muhammad.

Lahir di Mekkah, beliau adalah cahaya di tengah kegelapan, memberikan arah kepada umatnya yang terpinggirkan. Hadir laksana cahaya (nur) dari pancaran ilahi yang menerangi semesta dengan rahmatNya. Nabi layak dicintai bukan karena ia telah menebar rahmat, tetapi tidak hentinya Nabi mencintai umatnya.

Cinta Nabi adalah cinta yang mengalir dari sumber yang tak terbatas, yaitu Allah. Ia menekankan bahwa cinta Nabi adalah cinta suci, cinta yang membawa kedamaian dan keselamatan. Nabi sebagai “sang bulan purnama” yang memberikan cahaya malam kita, membimbing kita dari kegelapan menuju cahaya.

Cinta kepada Allah dan Rasul bukan cinta basa-basi. Bukan cinta pujangga yang hanya dengan kata. Cinta ini adalah ungkapan yang tak terbatas. Cinta Nabi melampaui dimensi ruang dan waktu. Cinta Nabi melampaui batasan-batasan dunia materi dan mencapai dimensi spiritual yang lebih tinggi. Cinta Nabi adalah cinta yang membebaskan jiwa dari belenggu duniawi dan mengantarkannya kepada Allah.

Cinta yang tak terbatas ini juga diekspresikan melalui cinta yang inklusif. Nabi Muhammad datang bukan hanya untuk satu bangsa atau satu agama, melainkan untuk seluruh umat manusia. Cinta Nabi adalah cinta yang mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan. Ia adalah teladan kesatuan dalam perbedaan.

Cinta Nabi adalah jalan menuju cinta yang mendalam terhadap Allah. Cinta Nabi adalah ekspresi cinta yang lebih besar, cinta kepada Sang Pencipta. Cinta Nabi menjadi kiblat cinta kepada Allah. Dalam cinta Nabi, kita menemukan jalan menuju Allah, dan dalam Allah, kita menemukan jalan menuju cinta yang sejati.

Cinta Nabi adalah sumber inspirasi dan keselamatan. Ia adalah sumber rahmat dan syafaat dari Allah yang dipancarkan melalui diri Nabi. Melalui cinta Nabi, kita dapat menemukan makna sejati dalam hidup ini. Hidup adalah hanya tentang saling mencintai. Cinta memberikan cahaya dan menyembuhkan.

Cinta Nabi adalah cinta yang tak pernah padamyang akan terus bersinar selama-lamanya. Cinta Nabi adalah warisan yang abadi bagi umat manusia, sebuah cinta yang akan terus menginspirasi dan membimbing kita sepanjang masa.

Manusia selalu diingatkan setiap tahun melalui peristiwa Maulid. Ini bukan tentang ajaran baru dan ritual baru. Tetapi ini adalah sumbu yang akan memantik kembali cahaya cinta yang lebih besar dalam diri manusia. Insan yang tak pernah lepas dari salah dan lupa harus selalu diingatkan dengan momentum.

Bagi penikmat cinta Nabi tentu tidak membutuhkan Maulid. Dalam tahun, bulan, hari, jam bahkan detik, mereka tidak pernah lepas dari dzikir dan pujian terhadap Sang Nabi. Tetapi, bagi diri ini yang mudah silau dengan cahaya palsu dunia. Kita yang terlena dengan kenikmatan cinta materi dunia. Rasanya perlu diingatkan dengan momentum.

Maulid adalah pengingat dan pengikat rasa cinta kita kepada Nabi. Memperkokoh dan memperbanyak lisan kita dihiasi dengan shalawat. Maulid adalah membantu kita mengingat sosok besar yang mengilhami kita menjadi orang yang baik, santun, penyabar, dan penuh kasih sayang. Sosok yang selalu mencintai dan menangisi umatnya setiap waktu.

Jika beliau selalu mengingat umatnya, rasanya Maulid ini hanya seujung kuku dari ekspresi cinta sejati kita untuk Nabi. Bershalawatlah!

ISLAMKAFFAH