Apakah Darah yang Mengering di Baju Termasuk Najis?

Sebagai umat Islam, kita senantiasa dianjurkan untuk menjaga kebersihan, termasuk kebersihan terhadap pakaian yang kita pakai. Terlebih ketika pakaian tersebut hendak kita gunakan beribadah, tentu harus kita pastikan bahwa pakaian yang kita pakai sudah bersih dan suci dari najis. Darah merupakan salah satu dari zat yang dianggap najis. Apakah darah yang mengering di baju termasuk najis juga?

Darah ini termasuk hal yang masih dianggap ikhtilaf di kalangan ulama. Ulama membedakan mana darah yang benar-benar dianggap najis dan darah yang masih dima’fu (ditolerir).

Untuk mencari jawabannya, perlu kita ketahui dahulu bahwa ulama selain membagi najis kepada najis ainiyah dan hukmiyah, ulama juga membagi najis kepada yang dima’fu dan tidak dima’fu, dalam kitab Asybah wa an-Nadzoir karya Imam As-Suyuti, beliau menyebutkan najis-najis yang dima’fu dan yang tidak dima’fu sebagai berilkut :

أحدها : ما يعفى عن قليله وكثيره في الثوب والبدن وهو : دم البراغيث والقمل والبعوض والبثرات والصديد والدماميل والقروح وموضع الفصد والحجامة ولذلك شرطان

أحدهما : أن لا يكون بفعله ، فلو قتل برغوثا فتلوث به وكثر : لم يعف عنه

والآخر : أن لا يتفاحش بالإهمال فإن للناس عادة في غسل الثياب ، فلو تركه سنة مثلا وهو متراكم لم يعف عنه قال الإمام : وعلى ذلك حمل الشيخ جلال الدين المحلي قول المنهاج إن لم يكن بجرحه دم كثير .

الثاني : ما يعفى عن قليله دون كثيره وهو : دم الأجنبي وطين الشارع المتيقن نجاسته .

الثالث : ما يعفى عن أثره دون عينه وهو : أثر الاستنجاء ، وبقاء ريح أو لون عسر زواله .

الرابع : ما لا يعفى عن عينه ولا أثره وهو ما عدا ذلك .

“Pembagian Najis di antaranya: pertama, najis yang dima’fu baik sedikit maupun banyaknya, baik di baju maupun di badan, yaitu : darahnya kutu loncat, kutu rambut, nyamuk, jerawat, nanah, bisul, cacar dan darah tempatnya bekam.di ma’funya najis-najis tersebut dengan 2 syarat :pertama,bukan atas perbuatan diri sendiri, jadi misalnya membunuh kutu kemudian darahnya mengotori baju dan banyak darahnya maka tidak dima’fu. Kedua, tidak melampaui batas dalam membiarkannya, karena manusia mempunyai kebiasaan mencuci baju,jika baju ditinggalkan tanpa dicuci selama setahun misalnya, dan dibiarkan bertumpuk-tumpuk maka tidak dima’fu, kedua, najis yang sedikitnya dima’fu, jika banyak tidak dima’fu, yaitu : darahnya orang lain dan tanah jalanan yang diyakini najisnya, ketiga, najis yang dima’fu bekasnya dan tidak di ma’fu dzatiyahnya, yaitu : bekas istinja’ dan sisa bau atau warna najis yang sulit hilangnya, keempat, najis yang tidak dima’fu dztiyah dan bekasnya, yaitu selain najis-najis yang disebut di atas.”

Dari redaksi di atas Imam As-Suyuti menjelaskan bahwa najis yang dima’fu itu ada tiga : Pertama, dima’fu baik najisnya banyak maupun sedikit ketika memenuhi dua syarat yaitu, keluarnya najis tidak atas perbuatan sendiri dan tidak membiarkan najis terlalu lama, semisal najisnya darah kutu, darah nyamuk dan darah bisul. Kedua, najis yang dima’fu ketika sedikit saja, seperti darahnya orang lain. Ketiga, najis yang dima’fu bekasnya namun zat nya tidak, seperti bekas istinja’.

Jadi bisa diambil kesimpulan, bahwa najis yang mengering di baju itu bisa tergolong najis yang dima’fu, artinya tidak apa-apa ketika dipakai shalat dengan memenuhi syarat yang disebutkan, namun meskipun dima’fu bukan berarti suci, darah tersebut tetap dihukumi najis hanya saja masih ditolerir. Allahu A’lamu bis Shawab.

BINCANG SYARIAH