Cuaca Saudi pada siang hari sangat menyengat kulit. Suhunya mencapai 45 derajat celsius. Rasanya seperti terbakar jika berdiri dan beraktivitas terlalu lama di luar ruangan.
Jamaah haji Indonesia, termasuk saya, tak terbiasa dengan panas setinggi itu. Mereka lebih memilih beristirahat di pemondokan sambil menikmati santap siang. Setelah mengonsumsi nasi dan lauk-pauk, saya ‘mencuci mulut’ dengan buah berbentuk bulat hijau muda. Di bagian bawahnya terdapat warna merah bersembunyi, seperti malu hendak menampakkan diri.
Saya membelahnya. Air merah sari buah tersebut menetes. Rasanya manis. Setelah dibuka, tubuh buah ini menampakkan bulir-bulir merah seperti permata ruby pada bagian luar dan putih di bagian dalam.
Saya cicipi beberapa bulir tersebut. Sensasinya luar biasa. ketika digigit, bulir tersebut memancarkan rasa manis sedikit asam memenuhi rongga mulut: segar. Sedangkan bagian putihnya terasa gurih seperti kacang.
Inilah delima yang dalam bahasa Inggris disebut pomegranate. Masyarakat latin menyebutnya punica granatum atau biji apel. Mesir kuno menyebutnya arhumani. Sedangkan dalam bahasa Arab, delima disebut dengan rumman (Ram Chandra, K Dhinesh Babu, Vilas Tejrao Jadhav, Jaime A Teixeira da Silva: 2010).
Dalam buku The Incredible Pomegranate Plant & Fruit Penulis Amerika Serikat Barbara L Baer menceritakan pengalamannya yang tak terlupakan ketika menikmati delima. Di masa kecilnya, wanita paruh baya itu sempat merasa aneh dengan buah delima yang dibeli orang tuanya. Rasanya lembut di awal, manis-segar, agak keras ketika menggigit biji kecil di dalamnya. Namun, bentuknya indah seperti permata merah.
Bulir-bulir delima diolah menjadi jus. Barbara duduk di sebuah kursi. Dadanya ditutupi dengan celemek. Jus delima dihidangkan di depannya. Barbara kecil menyendoknya sedikit. Enak rasanya. Lalu dia memenuhi mulutnya dengan buah surga tersebut hingga bibirnya meneteskan sari, membasahi meja dan celemek.
Tanaman surga ini banyak tumbuh di dataran tinggi Saudi, seperti Taif, kota yang berada di lereng pegunungan Sarawat. Wilayah dataran tinggi yang didiami 1,2 juta penduduk itu terkenal dengan hasil pertaniannya sejak ribuan tahun lalu.
Jika mengunjungi area perpustakaan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) di Taif, jamaah haji dan umrah akan mudah menemukan penjual buah-buahan seperti anggur dan delima. Meski terpapar panas siang hari di kota dataran tinggi itu, mereka akan tetap merasakan nyaman dan senang jika mengunyah buah surga tadi.
Hasil pertanian yang paling diburu masyarakat ini tumbuh di wilayah al-Baha dan Taif. Namun delima Taif lebih masyhur. Dataran kota itu seperti Hada, Shifa, Wadi Muharram, dan Bani Malik, banyak dimanfaatkan untuk pertanian delima.
Jika masa panen tiba, delima akan memenuhi truk-truk yang mendistribusikannya ke berbagai pusat perbelanjaan, seperti Pasar Kakiyah di Makkah, dan pasar di Jeddah, Madinah, Riyadh, Najran, dan banyak lagi (Irfan Mohammed: 2013).
Harga buah tadi bervariasi. Pasar Jeddah dibanjiri delima Yaman yang berharga 7 Riyal per kilogram dan Mesir seharga 4 Riyal per kilogram. Sedangkan Riyadh didominasi delima Saudi yang harganya mencapai 10 Riyal per kilogram, lebih mahal.
Satu kilogram terdiri dari tiga buah delima. Diameter masing-masing buah itu antara 7-15 centimeter. Sangat cocok dihidangkan sebagai makanan ringan di tengah pembicaraan santai bersama kawan.
Pembelian hasil pertanian ini bisa dengan eceran atau partai besar. Biasanya buah delima dibungkus dengan kardus. Per kardus terdapat 10 kilogram delima. Dari sana buah ini didistribusikan ke dapur katering atau rumah makan, hotel, dan pedagang eceran.
Tak mudah menemukan delima di Indonesia. Meski sudah memesannya, pedagang belum tentu sanggup menyetok rumman, karena tak banyak petani yang menanamnya. Ditambah lagi sudah banyak lahan pertanian di Indonesia beralih fungsi menjadi bangunan tempat tinggal, perkantoran, dan perdagangan.
Buah ini biasa disajikan dalam tujuh bulanan: doa bersama untuk wanita hamil yang akan melahirkan bayi: buah cinta dengan kekasih. Biasanya dalam bentuk rujak. Bisa juga disajikan dalam hidangan lain.
Sedangkan di Tanah Arab, negeri para nabi, siapa pun tak kesulitan mendapatkan buah dengan nama latin punica granatum ini. Cukup berjalan ke Swalayan Bin Dawood di Syisyah atau di pusat perbelanjaan Abraj al-Bayt menara Zamzam, maka pasti menemukan delima.
Cara menikmatinya lebih mudah dari makan kuaci: ambil setiap bulirnya yang lebih besar dari biji jagung. Lalu penuhi setiap rongga mulut dengan kesegarannya. Siapa pun akan merasakan kenikmatan sensasional.
Buah ini bisa dinikmati langsung. Terkadang rumman menjadi penghias nasi mandy dan bukhari yang dipadukan dengan kismis. Rasa segar delima dan kismis akan membuat seseorang tak jenuh melahap nasi berempah yang dipadukan dengan lemak – kaldu kambing dan ayam tadi.
Delima juga cocok menjadi pelengkap sayuran seperti acar yang biasa menjadi ‘teman’ martabak telor misalkan atau pun makanan berprotein tinggi lainnya. Hidangan pesmol ikan juga semakin nikmat bila ditaburi delima.
Lainnya adalah salad sayur, buah, dan makanan berprotein: ikan atau daging. Padukan saja dengan wortel, dedaunan: daun ketumbar, selada, peter sally, jagung, tomat, dan kacang-kacangan. Kemudian dicampur dengan mayones dan sedikit mustard. Lalu peras jeruk lemon yang terkenal dengan sifat basa dan tidak meningkatkan asam lambung.
Rasanya akan menjadi khas. Lemon dan potongan sayur menghasilkan aroma tetumbuhan. Ditambah lagi dengan daging atau ikan yang gurih. Semuanya berpadu menjadi kenikmatan penggugah selera makan.
Pomegranate juga menjadi penghias sop buah yang nikmat, baik yang berbahan dasar susu atau sirup. Taburkan bulir-bulir delima merah atau ungu di bagian atas, maka hidangan pencuci mulut akan berpadu dengan putih susu atau jingga mangga. Pasti indah dipandang dan menjadi buruan penikmat kuliner.
Jamaah haji dan umrah dapat menikmati jus buah semacam ini di lantai P3 menara Zamzam dekat Gerai Grapari Telkomsel. Di sana ada menu es buah spesial yang kalau langsung diminum maka akan merasakan kesegaran jus mangga manis. Setelah itu sendoklah bagian dalamnya, maka akan muncul potongan buah segar: nanas, melon, dan bulir-bulir delima merah penyegar mulut. Harganya 15 Riyal.
Hidangan itu biasa dikonsumsi jamaah yang menghilangkan penat dan lelah setelah beribadah di Masjid al-Haram. Sebagian mereka meminumnya di teras luar sambil melihat menara-menara masjid suci ‘pencakar’ langit.
REPUBLIKA