Disyariatkan Membaca Doa Qunut Dalam Shalat Witir

Soal:

Apa hukum doa qunut witir dan bagaimana tata caranya? Apakah dianjurkan membaca doa qunut witir setiap shalat malam ataukah hanya sebagiannya saja? Dan apakah doa qunut itu terbatas pada doa yang terdapat dalam hadits saja? Kemudian bolehkah menggunakan lafadz doa dengan shighah jamak (plural) ataukah hanya terbatas pada doa yang terdapat dalam hadits saja? Dan bagaimana menurut anda mengenai masalah melagukan doa qunut seperti melagukan Al Qur’an?

Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah menjawab:

Pendapat yang disebutkan oleh Imam Ahmad dan banyak para ulama adalah bahwa doa qunut dianjurkan di rakaat terakhir dari shalat witir dan ini berlaku sepanjang tahun. Disebutkan dalam Al Mughni:

قال أحمد في رواية المروذي: كنت أذهب إلى أنه في النصف من شهر رمضان، ثم إني قلت: هو دعاء وخير، ووجهه ما روي عن أبي: “أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، كان يوتر فيقنت قبل الركوع

“Imam Ahmad dalam riwayat Al Marudzi mengatakan: dulu aku berpendapat bahwa qunut witir itu disunnahkan setelah pertengahan bulan Ramadhan, lalu aku berpendapat bahwasanya doa qunut itu adalah doa dan kebaikan (sehingga berlaku sepanjang tahun). Alasannya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab: ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasa membaca qunut dalam shalat witir sebelum rukuk’”

Dan dari Ali radhiallahu’anhu,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، كان يقول في آخر وتره: اللهم إني أعوذ برضاك من سخطك .إلخ

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasa berdoa di rakaat terakhir shalat witir: Allahumma inni a’udzu biridhaka min sakhatik… dst.

Dan كان (kaana) menunjukkan perbuatan yang dilakukan terus-menerus. Dan juga karena amalan ini disyariatkan di shalat witir maka ia disunnahkan di sepanjang tahun. Sebagaimana juga dzikir-dzikir yang lain.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa beliau punya pendapat tidak dianjurkan membaca qunut witir kecuali pada pertengahan akhir bulan Ramadhan. Dan sebagian ulama Hanabilah berpendapat demikian. Ini juga pendapat madzhab Malik dan Syafi’i. Sebagian ulama juga berpendapat dianjurkan untuk terkadang meninggalkan qunut witir agar orang awam tidak menganggapnya wajib.

Adapun doa yang dibaca ketika qunut witir, hendaknya berdoa dengan doa yang diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkanku doa yang dibaca ketika qunut witir, yaitu:

اللهمَّ اهدِني فيمن هديتَ وعافِني فيمن عافيتَ وتولَّني فيمن تولَّيتَ وبارِكْ لي فيما أعطيتَ وقِني شرَّ ما قضيتَ إنك تَقضي ولا يُقضى عليك وإنه لا يَذِلُّ من واليتَ ولا يعِزُّ من عاديتَ تباركتَ ربَّنا وتعاليتَ

/Allahummahdini fiiman hadayta wa ‘aafinii fiiman ‘aafayta wa tawallanii fiiman tawallayta wa baariklii fiiman a’thoyta waqinii syarro maa qodhoyta wallaa yuqdhoo ‘alaika wa innahu laa yadzillu man waalayta walaa ya’izzu man ‘aadayta tabaarakta robbanaa wa ta’aalayta/

Ya Allah beri aku hidayah sehingga aku termasuk orang yang mendapat hidayah, beri aku keselamatan sehingga aku termasuk orang yang selamat, jadikanlah aku mencintai-Mu sehingga aku termasuk diantara orang-orang yang mencintai-Mu, berkahilah apa-apa yang engaku berikan kepadaku, lindungilah aku dari takdir yang buruk, sungguh engkau lah yang menetapkan taqdir dan tidak ada selain-Mu yang menetapkan takdir, karena orang yang engkau cintai tak akan terhinakan, dan orang yang engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci dan Maha Tinggi engkau Rabb kami” (HR. At Tirmidzi no. 464, Abu Daud no. 1425, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Juga doa yang diriwayatkan dari Ali radhiallahu’anhu, yaitu:

اللهم إِنَّي أعوذُ برضاكَ من سخَطِكَ وأعوذُ بمعافاتِكَ من عقوبَتِكَ وأعوذُ بك منكَ لا أُحْصي ثناءً عليكَ أنتَ كما أثنيتَ على نفسِكَ

/Allohumma inii a’uudzu biridhooka min sakhotika, wa a’uudzu bimu’aafatika min ‘uquubatika, wa a’uudzu bika minka laa uh-shii tsanaa-an ‘alaika, anta kamaa atsnayta ‘alaa nafsika/

Ya Allah, dengan ridha-Mu aku mohon perlindungan dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu aku mohon perlindungan dari hukuman-Mu, dan dengan hikmah-Mu aku mohon perlindungan dari takdir yang buruk, tidak terhitung pujian untuk Mu, Engkau sebagaimana pujian yang Engkau sematkan pada Diri-Mu” (HR. Tirmidzi no. 3566, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Atau dengan doa yang dibaca Ubay1, yang pertama:

اللهمَّ إنَّا نستعينك ونستغفرك ، ونُثْنِي عليك ولا نَكفُرُكَ ، ونخلعُ ونتركُ من يفجرك

/Allohumma innaa nasta’iinuka wa nastaghfiruka wa nutsnii ‘alaika walaa nakfuruka, wa nakhla’u wa natruku man yafjuruka/

Yaa Allah aku memohon pertolonganMu dan memohon ampunanMu, aku memujiMu dan tidak kufur kepadaMu, dan kami berlepas diri dan meninggalkan orang yang berbuat maksiat kepadaMu

Yang kedua:

اللهمَّ إياكَ نعبدُ ، ولك نُصلِّي ونسجدُ ، وإليك نسعى ونحفدُ ، نخشى عذابكَ الجِدَّ ، ونرجو رحمتكَ ، إنَّ عذابكَ بالكفارِ مُلْحِقٌ

/Allohumma iyaaka na’budu, walaka nusholli wa nasjudu, wa ilaika nas’a wa nahfadu, nakhsya ‘adzaabakal hidda, wa narjuu rohmataka, innaa ‘adzaabaka bilkuffari mulhiqun/

Yaa Allah hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami shalat dan sujud, hanya kepadaMu kami memohon dan meminta pertolongan, kami takut akan adzabMu yang pedih, dan kami mengharapkan rahmatMu, sungguh adzabMu kepada orang-orang kafir itu pasti

Karena Umar bin Khathab radhiallahu’anhu membaca kedua doa tersebut ketika qunut. Dan ditambahkan juga dengan doa:

اللهمَّ عذِّبْ كَفَرَةَ أهلِ الكتابِ والمشركينَ الذين يَصُدُّونَ عن سبيلِكَ ويجْحَدُونَ آياتِكَ ويكذِّبُونَ رُسُلَكَ ويتَعدَّوْنَ حُدُودَكَ ويَدْعُونَ معَكَ إلهًا آخرَ لا إلهَ إلا أنتَ تبَارَكتَ وتعَالَيتَ عمَّا يقولُ الظالمونَ علوًّا كبيرًا

/Allohumma ‘adzib kafarota ahlil kitaabi wal musyrikiinalladziina yashudduna ‘an sabiilika wa yajhaduuna aayaatika wa yukadzibuuna rusulaka wa yata’addauna huduudaka wa yad’uuna ma’aka ilaahan aakhor laa ilaaha illa anta tabaarokta wa ta’aalayta ‘amma yaquuluzh zhoolimuuna ‘uluwwan kabiiron/

Yaa Allah adzablah orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan musyrikin yang menyimpang dari jalanMu dan mendustakan ayat-ayatMu dan mendustakan para Rasul-Mu dan melewati batasan-batasanMu, dan menyembah sesembahan yang lain selain diriMu, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Engkau terhadap apa yang dikatakan orang-orang zhalim itu, Engkau Maha Tinggi dan Maha Besar” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra, 2/211, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil [2/170]).

Dari sini juga diketahui bolehnya menambah doa-doa tersebut dengan doa-doa yang sesuai dengan keadaan. Namun dengan berusaha memilih doa-doa yang diajarkan Rasulullah yang padat kalimatnya. Tapi hendaknya tidak terlalu banyak memberikan tambahan doa-doa, sehingga bisa membuat makmum bosan dan kesusahan.

Jika doa itu diaminkan banyak orang maka hendaknya menggunakan lafadz jamak. Dan terkadang lafadz jamak ini lebih afdhal walaupun ia berdoa sendirian.

Adapun melagukan dan mendayu-dayukan bacaan doa sehingga sampai taraf yang tidak lagi menjadi doa yang khusyuk dan penuh harap, maka ini tidak boleh. Karena yang dituntut dalam berdoa adalah ketundukan hati, tawadhu dan khusyuk. Ini lebih menguatkan untuk dikabulkannya doa.

Wallahu a’lam.

(Fatawa Syaikh Abdullah bin Jibrin, 24/42, Asy Syamilah)

***

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.or.id

  1. Demikian teks dari fatwa Syaikh Ibnu Jibrin, namun yang kami temukan doa ini diriwayatkan dari Ubaid bin Umair rahimahullah bukan Ubay. Wallahu a’lam

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/30446-disyariatkan-membaca-qunut-dalam-shalat-witir.html

Doa Qunut Subuh dan Witir, Bacaan Arab Latin dan Artinya

Doa qunut adalah doa khusus yang dibaca saat sholat dalam posisi berdiri. Ada tiga doa qunut yang terkenal yakni qunut Subuh, qunut witir, dan qunut nazilah. Pada artikel ini kita bahas dua yang pertama.

Pengertian Qunut

Qunut (الْقُنُوْتُ) berasal dari qonata (قَنَتَ) yang artinya tunduk patuh atau taat. Qunut juga berarti berdiri lamadiamdoa dan khusyu’.

Qunut yang artinya tunduk patuh bisa kita dapati pada firman Allah Surat Ar Rum ayat 26:

وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ

“Dan kepunyaan-Nya lah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.” (QS. Ar Rum: 26)

Qunut yang artinya taat bisa didapati pada firman Allah surat At Tahrim ayat 12. Yakni ketika Allah berfirman mengenai Maryam:

وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ

“dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At Tahrim: 12)

Qunut yang berarti berdiri lama bisa kita dapati dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menerangkan sholat yang paling utama.

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ

“Seutama-utama sholat yaitu yang lama berdirinya” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Qunut yang artinya diam bisa kita dapati dalam sabda Rasulullah saat menafsirkan Surat Al Baqarah ayat 238. Bahwa sholat harus khusyu’ dan khusyu’ dimulai dengan tidak berbicara saat sholat. Zaid bin Arqam meriwayatkan:

كُنَّا نَتَكَلَّمُ فِى الصَّلاَةِ يُكَلِّمُ الرَّجُلُ صَاحِبَهُ وَهُوَ إِلَى جَنْبِهِ فِى الصَّلاَةِ حَتَّى نَزَلَتْ (وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ) فَأُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ وَنُهِينَا عَنِ الْكَلاَمِ

“Ada seseorang di antara kami berbicara dengan orang di sampingnya ketika sholat, maka turunlah ayat (Berdirilah untuk Allah -dalam shalatmu- dengan khusyu’). Beliau memerintahkan kami untuk diam dan melarang berbicara.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Pengertian qunut secara bahasa tersebut tidaklah saling bertentangan. Justru saling melengkapi. Sehingga secara istilah, qunut adalah doa yang dibaca saat sholat dalam posisi berdiri dan cukup lama sebagai bentuk ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tentu posisi berdiri ini bagi yang kuat melaksanakannya. Bagi orang yang sholat sambil duduk, maka doa qunut juga dibaca dengan posisi duduk.

Hukum Qunut

Ada tiga doa qunut dalam fiqih yakni qunut Subuh, qunut witir dan qunut nazilah. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, secara umum membaca doa qunut hukumnya mandub. Namun dalam perinciannya, para ulama berbeda pendapat.

Ulama Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa qunut hanya dibaca dalam sholat witir. Namun kapan membacanya, dua mazhab ini berbeda pendapat. Menurut mazhab Hanafi, qunut witir dibaca sebelum ruku’. Sedangkan menurut mazhab Hanbali, qunut witir dibaca sesudah ruku’ (i’tidal).

Menurut mazhab Maliki dan Syafii, sholat yang ada doa qunutnya adalah sholat Subuh. Menurut keduanya, hukum qunut Subuh adalah sunnah. Dibaca sebelum ruku’ menurut mazhab Maliki, dibaca sesudah ruku’ (i’tidal) menurut mazhab Syafi’i.

Sedangkan untuk qunut nazilah, doa qunut dibaca dalam semua sholat fardhu menurut Syafi’i dan Hanbali. Namun menurut Hanafi hanya dibaca dalam sholat jahriyah (Maghrib, Isya’ dan Subuh). Dan menurut Maliki hanya dibaca saat sholat Subuh.

Doa Qunut Witir

Doa qunut witir ini bersumber dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad.

Berikut ini doa qunut witir ketika sholat sendirian:

اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ. وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ. وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ. وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ

وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ. إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ. وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ. وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Alloohummah dinii fiiman hadait. Wa ‘aafinii fiiman ‘aafait. Wa tawallanii fiiman tawallait. Wa baariklii fiimaa a’thoit.

Wa qinii syarro maa qodloit. Innaka taqdli wa laa yuqdlo ‘alaik. Wa innahu laa yadzillu maw waalait. Wa laa ya’izzu man ‘aadait. Tabaarokta wa ta’aalait.

Artinya:
Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau lindungi. Sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku.

Jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan hukum dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau, wahai Rabb kami Yang Mahatinggi.

Baca juga: Bacaan Sholat

Doa Qunut Subuh

Seperti dijelaskan di atas, para ulama berbeda pendapat mengenai qunut Subuh terus menerus. Imam Abu Hanifah menyimpulkan bahwa qunut Subuh itu tidak ada.

Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat qunut Subuh hukumnya sunnah. Sedangkan Imam Ahmad menyimpulkan, qunut Subuh berlaku saat ada masalah besar dan perlu mendoakan. Yakni qunut nazilah.

Dalam mazhab Syafi’i, doa qunut Subuh sama dengan doa qunut witir. Berikut ini doa qunut Subuh sebagai imam (dalam bentuk jamak) lengkap tulisan Arab, latin dan terjemah dalam bahasa Indonesia.

اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ. وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ. وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ. وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ

وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ. إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ. وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ. وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Alloohummah dinaa fiiman hadait. Wa ‘aafinaa fiiman ‘aafait. Wa tawallanaa fiiman tawallait. Wa baariklanaa fiimaa a’thoit.

Wa qinaa syarro maa qodloit. Innaka taqdli wa laa yuqdlo ‘alaik. Wa innahu laa yadzillu maw waalait. Wa laa ya’izzu man ‘aadait. Tabaarokta wa ta’aalait.

Artinya:
Ya Allah berilah kami petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kami perlindungan sebagaimana orang yang Engkau lindungi. Sayangilah kami sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepada kami.

Jauhkanlah kami dari kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan hukum dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau, wahai Rabb kami Yang Mahatinggi.

Manfaat Doa Qunut

Allah mengabulkan doa hamba yang berdoa kepada-Nya. Sebagaimana yang diminta dalam doa qunut, demikianlah Allah akan memberiNya.

  • Mendapat petunjuk dan dihindarkan dari kesesatan. Sebagaimana yang diminta yaitu “Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk.”
  • Mendapat perlindungan Allah dari marabahaya dan diberi kesehatan. Sebagaimana yang diminta yaitu “Berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau lindungi.”
  • Disayang oleh Allah. Sebagaimana doa yang dipanjatkan yaitu “Sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi.”
  • Kehidupannya diberkahi. Apa yang telah Allah anugerahkan baik berupa materi maupun pasangan hidup dan anak-anak juga diberkahi Allah. Sebagaimana yang dipanjatkan yaitu “Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku.”
  • Dihindarkan Allah dari kejelekan dan keburukan. Sebagaimana yang diminta yaitu “Jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan.”
  • Mendapat pembelaan dari Allah sebagaimana yang diminta di akhir doa tersebut: Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi.

Demikian pembahasan tentang doa qunut Subuh dan qunut witir. Lengkap dengan tulisan Arab, latin dan terjemah dalam bahasa Indonesia. Serta penjelasan singkat para ulama dari empat mazhab. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Disyariatkan Membaca Doa Qunut Dalam Shalat Witir

Soal:

Apa hukum doa qunut witir dan bagaimana tata caranya? Apakah dianjurkan membaca doa qunut witir setiap shalat malam ataukah hanya sebagiannya saja? Dan apakah doa qunut itu terbatas pada doa yang terdapat dalam hadits saja? Kemudian bolehkah menggunakan lafadz doa dengan shighah jamak(plural) ataukah hanya terbatas pada doa yang terdapat dalam hadits saja? Dan bagaimana menurut anda mengenai masalah melagukan doa qunut seperti melagukan Al Qur’an?

Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah menjawab:

Pendapat yang disebutkan oleh Imam Ahmad dan banyak para ulama adalah bahwa doa qunut dianjurkan di rakaat terakhir dari shalat witir dan ini berlaku sepanjang tahun. Disebutkan dalam Al Mughni:

قال أحمد في رواية المروذيكنت أذهب إلى أنه في النصف من شهر رمضان، ثم إني قلتهو دعاء وخير، ووجهه ما روي عن أبي: “أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، كان يوتر فيقنت قبل الركوع

“Imam Ahmad dalam riwayat Al Marudzi mengatakan: dulu aku berpendapat bahwa qunut witir itu disunnahkan setelah pertengahan bulan Ramadhan, lalu aku berpendapat bahwasanya doa qunut itu adalah doa dan kebaikan (sehingga berlaku sepanjang tahun). Alasannya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab: ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasa membaca qunut dalam shalat witir sebelum rukuk’”

Dan dari Ali radhiallahu’anhu,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، كان يقول في آخر وترهاللهم إني أعوذ برضاك من سخطك .إلخ

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasa berdoa di rakaat terakhir shalat witir: Allahumma inni a’udzu biridhaka min sakhatik… dst.

Dan كان (kaana) menunjukkan perbuatan yang dilakukan terus-menerus. Dan juga karena amalan ini disyariatkan di shalat witir maka ia disunnahkan di sepanjang tahun. Sebagaimana juga dzikir-dzikir yang lain.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa beliau punya pendapat tidak dianjurkan membaca qunut witir kecuali pada pertengahan akhir bulan Ramadhan. Dan sebagian ulama Hanabilah berpendapat demikian. Ini juga pendapat madzhab Malik dan Syafi’i. Sebagian ulama juga berpendapat dianjurkan untuk terkadang meninggalkan qunut witir agar orang awam tidak menganggapnya wajib.

Adapun doa yang dibaca ketika qunut witir, hendaknya berdoa dengan doa yang diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkanku doa yang dibaca ketika qunut witir, yaitu:

اللهمَّ اهدِني فيمن هديتَ وعافِني فيمن عافيتَ وتولَّني فيمن تولَّيتَ وبارِكْ لي فيما أعطيتَ وقِني شرَّ ما قضيتَ إنك تَقضي ولا يُقضى عليك وإنه لا يَذِلُّ من واليتَ ولا يعِزُّ من عاديتَ تباركتَ ربَّنا وتعاليتَ

/Allahummahdini fiiman hadayta wa ‘aafinii fiiman ‘aafayta wa tawallanii fiiman tawallayta wa baariklii fiiman a’thoyta waqinii syarro maa qodhoyta wallaa yuqdhoo ‘alaika wa innahu laa yadzillu man waalayta walaa ya’izzu man ‘aadayta tabaarakta robbanaa wa ta’aalayta/

Ya Allah beri aku hidayah sehingga aku termasuk orang yang mendapat hidayah, beri aku keselamatan sehingga aku termasuk orang yang selamat, jadikanlah aku mencintai-Mu sehingga aku termasuk diantara orang-orang yang mencintai-Mu, berkahilah apa-apa yang engaku berikan kepadaku, lindungilah aku dari takdir yang buruk, sungguh engkau lah yang menetapkan taqdir dan tidak ada selain-Mu yang menetapkan takdir, karena orang yang engkau cintai tak akan terhinakan, dan orang yang engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci dan Maha Tinggi engkau Rabb kami” (HR. At Tirmidzi no. 464, Abu Daud no. 1425, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Juga doa yang diriwayatkan dari Ali radhiallahu’anhu, yaitu:

اللهم إِنَّي أعوذُ برضاكَ من سخَطِكَ وأعوذُ بمعافاتِكَ من عقوبَتِكَ وأعوذُ بك منكَ لا أُحْصي ثناءً عليكَ أنتَ كما أثنيتَ على نفسِكَ

/Allohumma inii a’uudzu biridhooka min sakhotika, wa a’uudzu bimu’aafatika min ‘uquubatika, wa a’uudzu bika minka laa uh-shii tsanaa-an ‘alaika, anta kamaa atsnayta ‘alaa nafsika/

Ya Allah, dengan ridha-Mu aku mohon perlindungan dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu aku mohon perlindungan dari hukuman-Mu, dan dengan hikmah-Mu aku mohon perlindungan dari takdir yang buruk, tidak terhitung pujian untuk Mu, Engkau sebagaimana pujian yang Engkau sematkan pada Diri-Mu” (HR. Tirmidzi no. 3566, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Atau dengan doa yang dibaca Ubay1, yang pertama:

اللهمَّ إنَّا نستعينك ونستغفرك ، ونُثْنِي عليك ولا نَكفُرُكَ ، ونخلعُ ونتركُ من يفجرك

/Allohumma innaa nasta’iinuka wa nastaghfiruka wa nutsnii ‘alaika walaa nakfuruka, wa nakhla’u wa natruku man yafjuruka/

Yaa Allah aku memohon pertolonganMu dan memohon ampunanMu, aku memujiMu dan tidak kufur kepadaMu, dan kami berlepas diri dan meninggalkan orang yang berbuat maksiat kepadaMu

Yang kedua:

اللهمَّ إياكَ نعبدُ ، ولك نُصلِّي ونسجدُ ، وإليك نسعى ونحفدُ ، نخشى عذابكَ الجِدَّ ، ونرجو رحمتكَ ، إنَّ عذابكَ بالكفارِ مُلْحِقٌ

/Allohumma iyaaka na’budu, walaka nusholli wa nasjudu, wa ilaika nas’a wa nahfadu, nakhsya ‘adzaabakal hidda, wa narjuu rohmataka, innaa ‘adzaabaka bilkuffari mulhiqun/

Yaa Allah hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami shalat dan sujud, hanya kepadaMu kami memohon dan meminta pertolongan, kami takut akan adzabMu yang pedih, dan kami mengharapkan rahmatMu, sungguh adzabMu kepada orang-orang kafir itu pasti

Karena Umar bin Khathab radhiallahu’anhu membaca kedua doa tersebut ketika qunut. Dan ditambahkan juga dengan doa:

اللهمَّ عذِّبْ كَفَرَةَ أهلِ الكتابِ والمشركينَ الذين يَصُدُّونَ عن سبيلِكَ ويجْحَدُونَ آياتِكَ ويكذِّبُونَ رُسُلَكَ ويتَعدَّوْنَ حُدُودَكَ ويَدْعُونَ معَكَ إلهًا آخرَ لا إلهَ إلا أنتَ تبَارَكتَ وتعَالَيتَ عمَّا يقولُ الظالمونَ علوًّا كبيرًا

/Allohumma ‘adzib kafarota ahlil kitaabi wal musyrikiinalladziina yashudduna ‘an sabiilika wa yajhaduuna aayaatika wa yukadzibuuna rusulaka wa yata’addauna huduudaka wa yad’uuna ma’aka ilaahan aakhor laa ilaaha illa anta tabaarokta wa ta’aalayta ‘amma yaquuluzh zhoolimuuna ‘uluwwan kabiiron/

Yaa Allah adzablah orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan musyrikin yang menyimpang dari jalanMu dan mendustakan ayat-ayatMu dan mendustakan para Rasul-Mu dan melewati batasan-batasanMu, dan menyembah sesembahan yang lain selain diriMu, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Engkau terhadap apa yang dikatakan orang-orang zhalim itu, Engkau Maha Tinggi dan Maha Besar” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra, 2/211, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil [2/170]).

Dari sini juga diketahui bolehnya menambah doa-doa tersebut dengan doa-doa yang sesuai dengan keadaan. Namun dengan berusaha memilih doa-doa yang diajarkan Rasulullah yang padat kalimatnya. Tapi hendaknya tidak terlalu banyak memberikan tambahan doa-doa, sehingga bisa membuat makmum bosan dan kesusahan.

Jika doa itu diaminkan banyak orang maka hendaknya menggunakan lafadz jamak. Dan terkadang lafadz jamak ini lebih afdhal walaupun ia berdoa sendirian.

Adapun melagukan dan mendayu-dayukan bacaan doa sehingga sampai taraf yang tidak lagi menjadi doa yang khusyuk dan penuh harap, maka ini tidak boleh. Karena yang dituntut dalam berdoa adalah ketundukan hati, tawadhu dan khusyuk. Ini lebih menguatkan untuk dikabulkannya doa.

Wallahu a’lam.

(Fatawa Syaikh Abdullah bin Jibrin, 24/42, Asy Syamilah)

***

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.or.id

____

Demikian teks dari fatwa Syaikh Ibnu Jibrin, namun yang kami temukan doa ini diriwayatkan dari Ubaid bin Umair rahimahullah bukan Ubay. Wallahu a’lam

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30446-disyariatkan-membaca-qunut-dalam-shalat-witir.html

Doa Qunut: Hukum Membaca Doa Qunut dalam Shalat Subuh

Membaca doa Qunut dalam shalat Subuh, sungguh tidak ada seorang pun ulama yang berkompeten yang membid’ahkan Qunut Shalat Subuh. Masalah ini sebenarnya sudah tuntas dibahas oleh para Ulama Salaf dengan kesimpulan bahwa Qunut Subuh itu bukan Bid’ah.  Akan tetapi masih ada sebagian umat Islam di zaman ini yang ngotot berpendapat bahwa membaca doa Qunut dalam shalat Subuh adalah bid’ah.

Sehingga mereka yang berpendapat Qunut itu bid’ah ketika bermakmum kepada Imam Shalat yang membaca doa Qunut mereka enggan mengaminkan doa Qunut yang dibaca Imam Shalat, dan mereka hanya berdiri diam saja karena mereka kalau mengaminkan tentunya takut konsekwensinya, yaitu masuk neraka bersama Imam Shalat.

Konsekwensi dari pendapat ini jelas, berhubung karena setiap bid’ah adalah sesat menurut mereka dan setiap yang sesat masuk neraka, maka konsekwensi dari pendapat tersebut menyebabkan siapa yang membaca Doa Qunut dalam shalat Subuh masuk neraka. Na’udzu billah min dzaalik, semoga kita selamat dari neraka, amin….

Berikut ini penjelasan diserati dalilnya bagi mereka yang membaca doa qunut Subuh, juga penjelasan bagi mereka yang keras kepala menolak dan bahkan membid’ahkan Qunut Subuh. Selamat mengikuti, semoga bermanfaat.

 

Hukum Membaca Doa Qunut Adalah Sunat

Pendapat yang dikemukakan oleh para imam Mu’tabar seperti Imam Malik, Iamm As-Syafie, Ibnu Abi Laila, Hasan bin Soleh, Abu Ishaq Al Ghazali, Abu Bakar bin Muhammad, Hakam bin Utaibah, Hammad, Ahli HIjjaz, Al Auza’ie kebanyakan Ahli Syam malah menurut Imam An Nawawi dalam Majmu’. Ia adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan ulama salaf dan generasi selepas daripada mereka bahawa Doa Qunut disunatkan pada shalat Subuh setiap hari.

Ini dalilnya :

Mereka berdalilkan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad daripada Anas bin Malik r,a berkata :

Senantiasalah Rasulullah Saw membaca qunut pada shalat Subuh sehingga Baginda wafat.”

Diriwayatkan juga bahawa Sayidina Umar bin Khattab membaca doa Qunut pada shalat Subuh di hadapan para sahabat dan selainnya.

Berkenaan dengan hadits yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik ini, menurut Imam al Haithami, para Perawinya adalah dipercayai. “Menurut an Nawawi ia diriwayatkan oleh sekumpulan huffaz (ahli hadits) dan mengakui keshahihannya.

Keshahihan ini dinyatakan oleh al Hafiz al Balkhi, Al Hakim, Al Baihaqi dan ia juga diriwayatkan oleh Ad Daruqutni melalui beberapa jalan dengan sanad yang shahih.

Dalam mazhab syafi’i membaca doa Qunut adalah sunat hukumnya dalam Shalat Subuh itu, baik pada ketika turunnya bala atau tidak. Ini adalah pendapat yang banyak dari ulama-ulama Salaf atau katakanlah yang paling banyak dan juga pendapat ulama-ulama setelah ulama Salaf. Bahkan para Sahabat Nabi di antara yang berpendapat serupa ini adalah Sayidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib, Ibnu Abbas, Bara’ bin ‘azib Rda (terjemah bebas ruju’ ke al Majmu’ Syarah Muhazzab III halaman 504)

Doa Qunut dalam Shalat Subuh di Kalangan Mazhab Syafi’iyah

Di dalam mazhab Syafi’i sudah disepakati bahawa membaca doa qunut dalam shalat Subuh, pada saat i’tidal rakaat kedua adalah sunat ab’adh dalam arti diberi pahala bagi orang yang mengerjakannnya dan bagi yang lupa atau lalai mengerjakannya disunatkan untuk menggantikannya dengan sujud sahwi.

Tersebut dalam kitab Al-Majmu’ syarah Muhazzab jilid 3 hlm.504, maksudnya:

“Dalam mazhab Syafi’i disunatkan qunut pada shalat Subuh sama ada ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka atau kebanyakan dari mereka. Dan di antara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib, semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad-sanad yang shahih. Banyak ulama yang termasuk Tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah juga mazhab Ibnu Abi Laila, Hasan, Ibnu Salah, Malik dan Daud.”

Tersebut dlm kitab Al-Um jilid 1 hlm.205 bahawa Imam Syafi’i berkata,maksudnya:

“Tak ada qunut dalam shalat yang lima waktu kecuali shalat Subuh. Kecuali jika terjadi bencana maka boleh qunut pada semua sembahyang jika imam menyukai.”

Tersebut dalam kitab Al-Mahalli jilid 1 hlm.157, berkata Imam JalaluddinAl-Mahalli, maksudnya:

“Disunatkan membaca Qunut pada i’tidal rakaat kedua dalam shalat Subuh dengan doa, Allahumahdini hingga selesai…”

Demikianlah keputusan dan kepastian hukum tentang membaca doa qunut subuh dalam mazhab kita As-Syafi’i.

ALASAN ORANG-ORANG YANG MENOLAK DOA QUNUT SUBUH

Ada orang yang berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan doa Qunut satu bulan saja berdasarkan hadits Anas ra, maksudnya:

“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa suku Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Kita menjawab:

Hadits daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadits yang shahih kerana terdapat dalam kitab hadits Imam Bukhari dan Imam Muslim. Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah kata:  (tsumma tarakahu= Kemudian Nabi meninggalkannya).

Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?

Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yang mengandungi kecelakaan ke atas suku-suku Arab zaman itu?

Untuk menjawab permasalahan inilah kita perhatikan baik-baik penjelasan Imam an-Nawawi dalam Al-Majmu’ jil.3,hlm.505 maksudnya:

“Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abi Hurairah r.a dalam ucapannya dengan (tsumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh. Pentafsiran seperti ini mesti dilakukan kerana hadits Anas di dalam ucapannya ‘senantiasa Nabi qunut di dalam shalat Subuh sehingga beliau meninggal dunia” adalah shahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua hadits tersebut.”

Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:

“Hanyalah yang ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”

Tambahan lagi pentafsiran seperti ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:

“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”

Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa Qunut Nabi yang satu bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yang ditinggalkan, bukan doa Qunut pada waktu shalat Subuh.

ALASAN LAINNYA KENAPA MEREKA MENOLAK QUNUT SUBUH

Ada juga orang-orang yang tidak menyukai doa Qunut Subuh mengemukakan dalil hadits Saad bin Thariq yang juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:

“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada bapakku, wahai bapak! Sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh bapaknya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.

Kita jawab:

Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan kerana hadits-hadits tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yang melakukan Qunut sanga banyak, juga ada di dalam kitab al-Bukhari, al-Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.

Oleh karena itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan tidak terpakai di dlm mazhab Syafi’i dan juga mazhab Maliki.

Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan doa Qunut, begitu pula sahabat baginda nabi. Padahal hanya Thariq seorang saja yang mengatakan doa qunut itu sebagai amalan bid’ah.

Maka dalam kes ini berlakulah kaidah ushul fiqh yaitu:

“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”

Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yang menafikan.

Tambahan lagi orang yang mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA.

Seperti inilah jawapan Imam Nawawi di dalam Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:

“Dan jawaban kita terhadap hadits Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang-orang yang menetapkan Qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh karena itu wajiblah mendahulukan mereka”

Pensyarah hadits Tirmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan koment yang sama terhadap hadits Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan: “Telah sah dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dalam shalat Subuh, telah tetap pula bahawa Nabi ada Qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu lihat dan jagan pula ambil perhatian terhadap ucapan yang lain daripada itu.”

Bahkan ulama ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi koment terhadap hadits Saad bin Thariq itu berkata:

“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut semua riwayat yang ada maka yang bid’ah itu adalah meragukan kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula.”

Dengan demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yang mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan diikuti haditsnya dalam masalah qunut. (Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).

ALASAN LAINNYA YANG MENOLAK QUNUT SUBUH

Ada juga orang mengetengahkan riwayat dari Ibnu Masu’d yang mengatakan, maksudnya: “Nabi Muhammad Saw tidak pernah Qunut di dalam shalat apa pun.”

Kita jawab:

Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ adalah terlalu dhaif kerana di antara perawinya terdapat Muhammad bin Jabir A-Suhaimi yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli-ahli hadits. Tersebut dalam kitab Mizanul I’tidal karangan Az-Zahabi bahawa Muhammad bin Jabir As-Suhaimi adalah orang yang dhaif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i.

Imam Bukhari mengatakan: “Ingatannya tidak kuat!”

Imam Abu Hatim mengatakan:”Dalam waktu yang akhir dia agak pelupa dan kitabnya telah hilang.” (Mizanul I’tidal jil. 3, hlm.492)

Kita juga boleh mengatakan dengan jawaban terdahulu bahawa orang yg mengatakan ADA lebih didahulukan daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA berdasarkan kaedah:

“Al-muthbitu muqaddamun a’la annafi” maksudnya: “Orang yang menetapkan lebih didahulukan atas orang yang menafikan.

KENAPA MEREKA MENOLAK QUNUT SUBUH, INILAH ALASAN LAINNYA

Mereka yang menolak Qunut Subuh, ada juga yang mengajukan dalil bahawa Ibnu Abbas berkata, maksudnya:

“Qunut pada shalat Subuh itu bid’ah.”

Kita jawab:

Hadits ini sangat dhaif kerana Al-Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila Al-Kufi dan Baihaqi sendiri mengatakan bahawa hadits ini tidak shahih kerana Abu Laila itu adalah matruk(orang yg ditinggalkan haditsnya).

Tambahan lagi pada hadits yang lain Ibnu Abbas sendiri mengatakan, maksudnya: “Bahawa Nabi saw melakukan Qunut pada shalat subuh.”

MEREKA MENOLAK QUNUT SUBUH KARENA NABI SAW MELARANG QUNUT SUBUH?

Mereka yang menolak Qunut Subuh, ada juga yang membawa dalil bahawa Ummu Salamah berkata, maksudnya:

“Bahawasanya Nabi Saw melarang qunut pada shalat subuh.”

Kita jawab:

Hadits ini juga dhaif kerana diriwayatkan dari Muhammad bin Ya’la dari Anbasah bin Abdurrahman dari Abdullah bin Nafi dari bapanya dari Ummu Salamah.

Berkata Daruqutni: Ketiga orang itu semuanya adalah lemah dan tidak benar kalau Nafi mendengar hadits itu dari Ummu Salamah.

Tersebut dalam Mizanul I’tidal: Muhammad bin Ya’la itu diperkata-katakan oleh Imam Bukhari bahawa dia banyak menghilangkan hadits. Abu Hatim mengatakannya matruk. (mizanul I’tidal 4/70). Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Bukhari haditsnya matruk. Manakala Abdullah bin Nafi adalah orang yang banyak meriwayatkan hadits munkar. (Mizanul I’tidal 2/422).

 

sumber: Islam Institute