Agama dalam Pandangan Gus Mus

Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus adalah seorang ulama asal Rembang, Jawa Tengah. Dia bukan hanya tokoh yang karismatik karena ceramah-ceramahnya yang menyejukkan, tetapi juga karena tulisan-tulisannya yang menggugah. Salah satu topik yang kental dalam karya-karyanya adalah agama.

Gus Mus menyadari betul, cara pandang kita terhadap agama sangat menentukan bagaimana sikap kebaragaman kita, sikap kita terhadap sesama. Apakah kita mengggap agama sebagai ghayah (tujuan akhir), atau hanya washilah yang berarti kendaraan atau perantara menuju ghayah.

Dalam bukunya, Agama Anugerah Agama Manusia, Gus Mus menerangkan makna agama yang kerap disalahpahami. Kita seringkali menganggap agama sebagai tujuan akhir, ghayah. Tidak hanya agama, terkadang kita juga memandang organisasi kita, partai kita, kelompok kita, sebagai tujuan akhir. Apa pun rela dikorbankan.

Tentu bukan hal yang mengherankan jika kita menemukan orang-orang yang tega menghancurkan saudara sebangsanya sendiri demi organisasi atau partainya itu. Kita sering keliru atau “salah kaprah”, meminjam istilah gus Mus, dalam menempatkan antara tujuan dan jalan. Karenanya kita rentan kehilangan makna agama yang sesungguhnya.

Organisasi, partai, seharusnya merupakan jalan, bukan tujuan. Begitu juga dengan agama. Menurut Gus Mus, jika kita memandang agama sebagai tujuan akhir, maka kita akan dengan mudah menuduh yang lainnya sebagai sesat. Dengan menjadikan agama sebagai tujuan akhir, kita bisa begitu fanatik terhadap agama. Kefanatikan inilah yang dapat menghilangkan ini agama itu sendiri.

Agama, menurut pengasuh pondok pesantren Taman pelajar Rembang ini, adalah washilah. Bukan ghayah. Ketika berkesempatan menyampaikan pendapat ini dalam ceramahnya, beberapa orang memberikan respon penolakan. Di antaranya ada yang membalas dengan menyampaikan Q.S. Ali Imran/3: 19;

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ 

Sesungguhnya agama yang diridhai Allah hanyalah Islam.”

Ada juga yang mengajukan ayat lain, seperti Q. S. Ali Imran/3: 85. 

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi. “

Alih-alih mengubah pendapatnya, Gus Mus justru semakin yakin dengan pendapatnya itu. Melalui ayat-ayat tersebut, ia semakin percaya bahwa Islam sebagai agama tauhid memang bukanlah ghayah melainkan washilah.

Agama adalah jalan, kendaraan, perantara. Lantas, jika Islam adalah washilah, maka apakah yang menjadi ghayahnya? Ghayahnya adalah Allah, ridha Allah Swt.

Dalam sebuah puisinya yang berjudul Aku Manusia, Gus Mus menuturkan;

Agama

adalah kereta kencana

yang disediakan Tuhan

untuk kendaraan kalian

berangkat menuju hadirat-Nya

Jangan terpukau pada keindahannya saja

Apalagi sampai

dengan saudara-saudara sendiri bertikai

berebut tempat paling depan

Berangkatlah!

Ia menunggu kalian

sejak lama.

Demikian penjelasan tentang agama dalam pandangan Gusmus. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

KH A Mustofa Bisri Diterbangkan Takdir

Diterbangkan takdir aku sampai negeri-negeri beku
wajah-wajah dingin bagai mesin
menyambutku tanpa menyapa
kutelusuri lorong-lorong sejarah
hingga kakiku kaku
untung teduh wajahmu
memberiku istirahat
hangat matamu
mendamaikan resahku
maka kulihat bunga-bunga sebelum musimnya

Gemuruh mesin terdengar bagai air terjun
dan guguran daun-daun
meruap aroma dusun
maka dengan sendirinya
kusebut namamu
dan terus kusebut namamu
aku ingin kasih,
melanjutkan langkahku.

 

INILAH MOZAIK