KEMARIN Saya menghabiskan waktu di jalan raya lumayan berdurasi panjang sekali. Berangkat pagi jam 05.15 WIB dari Surabaya ke Jember untuk kemudian tiba jam 16.15 WIB sore. Iya benar, perjalanan 11 jam tanpa rebahan.
Lalu, jam 18.00 WIB setelah maghrib berangkat lagi menuju Sampang Madura dan baru tiba kembali di Surabaya jam 00.00 WIB. Iya, benar, perjalanan 6 jam. Ini saya baru tiba di pondok. Total perjalanan hari ini adalah 17 jam. Naik pesawat dari Surabaya menuju Madinah Saudi Arabia hanya sekitar 10 jam tanpa jalan berlubang.
Ada seorang kiai desa yang tadi merangkul saya sambil berbisik “semoga sehat terus.” Sepertinya beliau bisa menerawang rasa capek tubuh saya, atau mungkin saya memang terlihat capek dan loyo. Beliau kemudian bertanya kepada saya apa tidak capek jalan terus, berapa lama berdakwah dan sudah sampai ke mana saja. Saya jawab bahwa jalan dakwah Rasulullah, para sahabat dan ulama itu jauh lebih berat dan dahsyat melelahkan. Yang saya lakukan adalah tidak seujung kuku dibandingkan dakwah mereka.
Sebelum saya naik panggung, kami bertukar dalil sebagai pengingat bagi kami sendiri. Ada kiai yang menyampaikan hadits Nabi: “Paling baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Lalu ada yang menyebut hadits lainnya: “Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”
Ada lagi yang mengeluarkan hadits: “Barangsiapa membantu menunaikan hajat saudaranya, maka Allah yang akan membantu memenuhi apa yang menjadi hajatnya.” Saya senang dan percaya 100 persen terhadap dawuh Rasulullah itu sambil berdoa dalam hati semoga saya bisa melaksanakannya.
Saya akhirnya ikut bicara bahwa saya ini adalah manusia lemah dengan beragam keterbatasan. Hadirnya saya ke beberapa undangan meskipun jauh adalah karena termotivasi harapan indah yang pernah disampaikan oleh guru saya kepada saya pada masa yang sudah lampau. Salah satu guru saya yang sekaligus orang tua saya berkata: “Nak, siapapun yang hidup untuk melayani kebutuhan atau hajat orang lain, maka pasti Allah mempermudah pencapaian hajat atau kebutuhan dia sendiri.”
Saya ingin sekali hajat saya dimudahkan keterwujudannya oleh Allah. Harapan ini sungguh menjadi motivasi bagi saya untuk ikut berpikir tentang hajat kebutuhan orang lain, untuk bisa membantu medeka walau dengan sesuatu yang tak memiliki harga di mata sebagian orang. Rasulullah dan para sahabat serta keluarganya adalah contoh teladan bagi kita betapa hidup mereka mulia dengan memiliki hati yang mudah memenuhi dn membantu hajat orang lain. Salam, AIM. [*]
Oleh KH Ahmad Imam Mawardi