Diantara penyebab keretakan rumah tangga adalah istri yang terlalu banyak menuntut nafkah kepada suaminya seperti pakaian yang berlebihan, rumah yang super nyaman dengan fasilitas mewah, uang belanja yang tinggi, dan lain sebagainya di luar batas kemampuan suami.
Gaya hidup dan perilaku konsumtif ini dipicu iklan penggoda iman yang marak di dunia maya maupun pergaulannya dengan teman-temannya yang strata sosialnya lebih tinggi. Dan faktor lemah iman dan kurangnya rasa bersyukur atas segala pemberian suami menyebabkan wanita atau para istri senantiasa kurang menghargai jerih payah suami. Kiranya hadits mulia ini bisa membuat para wanita lebih menyadari betapa sikap qana’ah sangat dibutuhkan agar kehidupan pernikahan langgeng dunia dan akhirat kemudian beliau bersabda:
إنَّ أوَّلَ ما هلك بنو إسرائيلَ أنَّ امرأةَ الفقيرِ كانت تُكلِّفُه من الثِّيابِ أو الصِّيَغِ أو قال : من الصِّيغةِ ما تُكلِّفُ امرأةُ الغنيِّ ، فذكر امرأةً من بني إسرائيلَ كانت قصيرةً ، واتَّخذت رِجلَيْن من خشبٍ ، وخاتمًا له غلقٌ وطبقٌ، وحشته مِسكًا ، وخرجت بين امرأتَيْن طويليتَيْن أو جسيمتَيْن ، فبعثوا إنسانًا يتبعُهم ، فعرف الطويليتَيْن ولم يعرِفْ صاحبةَ الرِّجلَيْن من الخشبِ
“Sesungguhnya awal penyebab kehancuran Bani Isra’il adalah tatkala ada seorang wanita fakir membebani dirinya dalam hal pakaian atau mode sebagaimana wanita kaya”. Beliau sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, “Seorang wanita Bani Israil yang berpostur pendek dan ia membuat dua buah kaki dari kayu (agar terlihat tinggi) dan cincin yang mempunyai tutupan yang gantungi minyak wangi misk. Ia keluar berjalan di antara dua wanita yang tinggi. Maka mereka (bani Isra’il) mengutus seseorang untuk membuntuti tiga wanita itu, sehingga mereka mengenali dua orang wanita yang tinggi namun tidak tahu siapa wanita pemilik kaki kayu tersebut.” (HR. Muslim no. 2252).
Berkata Syaikh Sulaiman al-Asyqar, “Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita bahwa awal kerusakan yang berakhir dengan kehancuran, di mana orang-orang kaya menghabiskan harta yang banyak untuk mengikuti tren, baik mode, perhiasan maupun pakaian. Di antaranya juga adalah boros dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami sehingga wanita fakir berlagak seperti orang kaya, di mana mereka menuntut suaminya untuk membelikan pakaian maupun perhiasan seperti orang-orang kaya. Kita memahami bagaimana bencana yang ditimbulkan dalam masyarakat karena hal ini. Suami yang fakir akhirnya banting tulang siang malam untuk meloloskan permintaan istrinya. Terkadang ia tak mampu memberikannya, sehingga ia menjual rumah atau tanahnya yang itu merupakan sumber penghasilannya, dan terkadang menyeretnya untuk berhutang, meminta-minta, terlilit riba, sehingga hutangnya menggunung dan tidak bisa dilunasi, dan kenyataan pahit lainnya yang kita lihat di masyarakat sekarang” (Shahih Qashash an-nabawiy hal. 363-365).
Saatnya para istri shalihah lebih bersyukur dengan pemberian suami dan melihat kepada saudaranya sesama Muslimah yang hidup serba sulit dengan nafkah yang sangat terbatas. Rezeki sudah dibagi dan tak tertukar dengan orang lain karenanya tak pantas kita iri hati dan ingin seperti mereka, terlebih lagi menempuh beragam cara agar gaya hidup kita terlihat glamor dan mengikuti tren masa kini.
Bersikaplah realistis dan bersahaja, merasa cukup dengan karunia Allah ta’ala niscaya hati akan diliputi kebahagiaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)” (HR. An-Nasai no. 249, al-Baihaqi [VII/294], dan al-Hakim [II/190] dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 289).
Wanita tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia pasti butuh kepada suaminya.
Pesona kehidupan rumah tangga para sahabiyah dan generasi setelahnya yang menawan dalam iman dan amal shahih cukuplah sebagai teladan dalam sikap qana’ah. Gemerlap kemilau dunia tak membuat mereka tergoda dan pudar sifat qana’ah-nya.
Berkata Sa’ad Ibnu Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Umar, anak beliau: “Apabila engkau mencari kekayaan maka carilah dengan qana’ah karena jika engkau tidak qana’ah maka harta apapun tidak akan membuatmu cukup” (‘Uyun al-Akhbar 3/187).
Wallahu a’lam.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
1. Panduan Keluarga Sakinah, Ust Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta, 2011
2. Majalah Al-Furqon, tahun ke-18 edisi 2010.
Artikel Muslimah.or.id
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13924-gaya-hidup-glamor-faktor-kehancuran-rumah-tangga.html