SEPULANG khutbah di Masjid Al-Hijrah New South Wales, saya pulang naik uber karena mobil teman panitia sedang bermasalah. Alhamdulillah, supir uber ini adalah seorang penduduk muslim Australia.
Saya menyatakan Alhamdulillah bukan berarti kalau supirnya non muslim itu Innaa lillaah, namun saya memiliki kesempatan bertanya-tanya tentang Islam di Australia kepadanya. Banyak yang diceritakan, inspiratif sekali terutama bagi mereka yang hidup sebagai kelompok minoritas.
Salah satu yang disampaikan adalah bahwa kita tak perlu memaksakan kehendak kita kepada orang lain yang punya kehendak lain. Demikian pula dalam hal kehendak untuk bertuhan dan beragama. Tugas kita adalah menampilkan perilaku dan gaya hidup yang baik yang memungkinkan orang lain tertarik untuk bersama kita dan ikut bersama kita dalam keimanan. Inilah cara dakwah yang baik di Australia. Begitu ujarnya.
Lalu supir ini mengernyitkan dahinya seakan berat mengatakan sesuatu. Terdiam sejenak sampai saya tanya mengapa di matanya ada kabut. Dia melanjutkan ujar: “Masalahnya adalah di sini, banyak orang muslim yang tidak Islami, tidak pantas ditiru. Bos yang non Islam membayar gaji karyawannya on time dan sesuai janji. Sementara bos muslim suka menunda pembayaran dan bahkan menguranginya.”
Panjang sekali kita bicara fakta ini, lalu saya teringat pada fenomena beberapa orang yang mengajak damai dengan cara membentak dan mencaci atau orang yang mengajak bersatu tapi memecah belah persaudaraan. Benar juga supir ini.
Ketika saya tanya tentang pekerjaan sebagai supir uber, dia tersenyum dan berkata: “Saya senang dengan pekerjaan ini karena saya bisa berhenti di mana saja untuk shalat, saya bisa bertemu dengan siapapun dan belajar pada mereka. Tentang penghasilan saya tidak begitu peduli walau kadang tak sesuai harapan. Karena saya tahu bahwa kadang seorang raja membuat jalan di tempat yang tidak diduga. Allah adalah Raja saya. Saya ikuti saja apa mauNya.”
Sungguh saya dapat pelajaran yang banyak dari supir ini. Di akhir perjumpaan saat saya mau turun mobil dia memberi nomer telpon dan berkata: “Kemanapun Anda mau pergi di sini, telpon saya. Saya akan antarkan, karena Anda seorang penyebar agama Islam. Jangan pikirkan bayaran saya. Rizki saya sudah ada yang ngatur.” Subhanallah. Damainya hatinya. Salam, AIM.