Hikmah Difardhukannya Shalat Saat Isra Mi’raj

Salah satu peristiwa besar yang terjadi pada masa awal penyebaran Islam oleh Nabi Muhammad Saw periode Mekah ialah ketika Nabi Muhammad di-Isra dan di-Mi’rajkan oleh Allah Swt.

Perjalanan Nabi merupakan perjalanan malam yang luar biasa. Pasalnya, hanya dengan satu malam, Nabi mampu melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah sampai ke Baitul Maqdis yang berada di Palestina  (Isra) kemudian peristiwa naiknya Nabi Muhammad ke langit hingga ke Sidratul Muntaha dan bertemu sang Khaliq (Mi’raj). 

Peristiwa yang  diperdebatkan oleh banyak ulama apakah Nabi melakukannya dalam keadaan sadar dengan ruh beserta jasadnya atau hanya melalui mimpi. Ataupun dilakukan dalam satu malam yang sama atau tidak. Namun, mayoritas ulama berpendapat peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad dilakukan dalam keadaan sadar dan pada satu malam yang sama.

Sebagaimana yang maklum diketahui, salah satu produk hasil Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw adalah difardhukannya shalat lima waktu sehari semalam untuk umat Nabi Muhammad Saw. Lantas apa hikmah difardhukannya shalat pada saat Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw?.

Banyak kejadian luar biasa yang dikisahkan oleh riwayat hadist yang menjelaskan Isra’ Mi’raj. Salah satu peristiwa yang disebutkan riwayat hadist Imam Bukhari dari jalur Yahya bin Bukair. Ketika Nabi Muhammad dibelah dadanya, dibasuh dengan air zamzam, diisi dengan kebaikan (hikmah dan iman) sebelum kemudian dibawa oleh Jibril naik ke langit (Mi’raj).

Berikut petikan sebagian teks kisah Isra Mi’raj tersebut:

حدثنا يحيى بن بكير قال: حدثنا الليث عن يونس عن ابن شهاب عن أنس بن مالك قال: كان أبو ذر يحدث أن رسول الله ص.م قال: فرج عن سقف بيتي وأنا بمكة, فنزل جبريل ففرج صدري, ثم غسله بماء زمزم, ثم جاء بطست من ذهب ممتلئ حكمة وإيمانا فأفرغه في صدري ثم أطبقه, ثم أخذ بيدي إلى السماء الدنيا

Menceritakan kepadaku Yahya bin Bukair: menceritakan kepadaku Laiss dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik berkata: Abu Dzar pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

atap rumahku pernah dibuka pada saat aku di Mekkah, kemudian Jibril turun dan membuka dadaku, membasuhnya dengan air zamzam dan kemudian ia datang dengan membawa wadah yang terbuat dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan iman. Jibril memasukkannya ke dadaku dan menutupnya, kemudian ia membawaku menuju langit dunia…..

Terkait hadist tersebut, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya “Fathul-Bari Syarh Shahih Al-Bukhari” Jilid 1 hal 616 dalam bab “Kayfa Furidhat Al-Shalat fi Al-Isra” (bagaimana shalat diwajibkan pada saat Isra) salah satunya menjelaskan hikmah terkait difardhukannya shalat pada malam Isra Mi’raj.

Ibnu Hajar berkata demikian:

والحكمة في وقوع فرض الصلاة ليلة المعراج أنه لما قدس ظاهرا وباطنا حين غسل بماء زمزم بالايمان والحكمة, ومن شأن الصلاة أن يتقدمها الطهور ناسب ذلك أن تفرض الصلاة في تلك الحالة, وليظهر شرفه في الملاء الأعلى, ويصلي بمن سكنه من الأنبياء وبالملائكة, وليناجي ربه, ومن ثم كان المصلي يناجي ربه جل وعلا

Hikmah difardhukannya shalat pada saat malam Mi’raj ialah sehubungan (pada saat sebelum naik) Nabi dibersihkan baik secara dzahir maupun batin ketika dibasuh dengan air zamzam, iman dan hikmah. 

Dan diantara ketentuan shalat ialah harus didahului oleh suci. Hal tersebut menjadikannya sesuai (serasi) ketika shalat difardhukan pada saat itu. 

Juga agar kemuliaannya tampak pada khalayak yang luhur, ia (Nabi) shalat dengan penduduknya yang terdiri dari para Nabi dan malaikat, ia bermunajat dengan Tuhannya, oleh karenanya orang yang melakukan shalat ia sedang bermunajat dengan Tuhannya.

Demikian hikmah difardhukannya shalat pada saat Isra’ Mi’raj menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH