Dua Bekal Sebelum Pergi Haji

Oleh: Mahmud Yunus

Haji secara bahasa adalah berkunjung. Adapun secara istilah adalah berkunjung ke rumah Allah (Baitullah) dengan amalan tertentu dan dalam waktu tertentu pula. Inilah yang membedakan kunjungan ke Baitullah dalam rangka haji dan umrah.

Di antara amalan yang membedakan haji dan umrah adalah melaksanakan wukuf di Arafah dan melontar tiga jumrah di Mina. Di antara waktu yang membedakan haji dan umrah adalah bahwa pelaksanaan haji hanya berlangsung pada bulan-bulan tertentu. yaitu Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijah.

Allah berfirman, “(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan tertentu, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji maka tidak boleh rafats (mengeluarkan kata-kata yang mengundang syahwat atau kata-kata yang tidak senonoh atau melakukan hubungan seksual), berbuat fusuk, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.

Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” (QS al-Baqarah [2]: 197). Dengan kata lain, pergi haji semata-mata hanya untuk mengerjakan kebaikan demi kebaikan di rumah-Nya dan sekitarnya sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya.

Maka, kunjungan ke Baitullah dalam rangka haji itu berbeda dengan kunjungan dalam rangka umrah. Apalagi dengan kunjungan ke tempat-tempat lainnya di manapun di muka bumi. Dengan begitu, bekal yang harus dipersiapkan pun tentu berbeda.

Sudah menjadi rahasia umum, kebanyakan KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji) di Tanah Air memberikan pembekalan tertentu kepada jamaahnya yang akan pergi haji. Namun, umumnya lebih banyak ditekankan pada pembekalan secara fisik. Misalnya, dianjurkan berolahraga secukupnya, membawa obat-obatan pribadi, dan memperbanyak minum air putih ketika sedang berada di Arab Saudi.

Persiapan fisik itu memang penting. Tetapi, jauh lebih penting persiapan nonfisik. Sebab, akan menentukan sahnya ibadah. Maka, jamaah yang tidak mengindahkan persiapan nonfisik itu dapat saja menyebabkan hajinya tertolak (mardud). Padahal, orang yang pergi haji semestinya memiliki target hajinya terkabul (makbul) bahkan mabrur/mabrurah.

Inilah target tertinggi. Lantaran Rasulullah SAW menyatakan mereka yang hajinya mabrur/ mabrurah itu dipastikan akan diganjar dengan surga. Sangat luar biasa. Pertanyaannya, apa bekal yang harus dipersiapkan sejak jauh hari sebelum pergi haji?

Pertama, niat pergi haji karena Allah semata. Maka, singkirkan segala macam niat yang justru akan menyebabkan hilangnya pahala ibadah ini. Allah berfirman, “Dan, mengerjakan haji itu (adalah) kewajiban manusia karena Allah. Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS Ali Imran [3] : 97).

Kedua, bertekad menanggalkan kesyirikan. Maka, tanamkanlah kalimat talbiyah itu dalam dada. Bukan hanya diucapkan dalam kata-kata. Apalagi, bila sama sekali tidak tahu artinya. Ketiga, mempraktikkan ketakwaan/ketaatan kepada Allah dengan sebaik-baiknya (QS al-Baqarah [2]: 197).

 

sumber: Republika Online

Doa untuk Para Jamaah Haji

Oleh: Moch Hisyam

 

Para jamaah haji Indonesia gelombang pertama secara bertahap telah berangkat ke Tanah Suci. Bagi kita yang belum berkesempatan menunaikan ibadah haji tahun ini, hendaknya merasa bersyukur dan berbahagia atas keberangkatan saudara-saudara kita ke Tanah suci.

Salah satu bentuk rasa syukur kita bisa diwujudkan dengan mengiringi para calon jamaah haji dengan doa. Ibadah haji merupakan ibadah yang cukup berat di samping harus memahami dan melaksanakan rukun dan wajib haji. Jamaah pun dihadapkan dengan medan yang cukup berat yang membutuhkan fisik dan mental prima.

Calon jamaah haji harus rela dan ikhlas meninggalkan keluarga yang dicintainya dan juga pekerjaan serta hartanya. Karena berat dan mulianya melaksanakan ibadah haji, Rasulullah SAW menyamakan ibadah haji dengan jihad fi sabilillah, terutama jamaah haji wanita dan lanjut usia. “Jihad orang yang telah lanjut usia, orang lemah, dan wanita adalah haji yang mabrur.” (HR an-Nasa’i).

Dorongan doa dari kita sangat dibutuhkan jamaah haji. Karena, doa mempunyai kekuatan besar dalam menyukseskan prosesi haji. Dengan doa yang kita panjatkan, dapat mengubah suatu ketetapan (takdir) Allah pada takdir yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Dan tiada yang dapat menolak takdir, kecuali hanya dengan doa.” (HR Ibnu Majah).

Doa untuk para jamaah haji adalah, “Aku memasrahkan agamamu, kepercayaanmu, dan kesudahan amalmu kepada Allah. Mudah-mudahan Allah membekalimu dengan ketakwaan, mengampuni dosamu, dan memudahkan kebaikan bagimu di manapun kamu berada.”

Doa tersebut mengandung beberapa permohonan kepada Allah untuk para jamaah haji. Pertama, menitipkan dan memasrahkan agama, iman, dan kesudahan amal jamaah haji kepada Allah SWT. Dengan permohonan ini, akan mengantarkan Allah SWT memberikan keselamatan dan perlindungan kepada jamaah haji dari kekafiran, syirik, dan kesombongan.

Hal ini sangat penting karena tidak ada musibah yang terbesar kecuali musibah yang menimpa kepada agama dan keimanan seseorang. Sebab, bila agama, keimanan, dan amal jamaah haji rusak, bukan hanya ibadah hajinya tertolak, juga menyebabkan kemurtadan.

Kedua, memohon kepada Allah SWT agar Dia membekali calon jamaah haji dengan ketakwaan. Ketakwaan merupakan bekal yang paling utama yang harus dimiliki jamaah haji. Dengan ketakwaan, akan menjadi sarana meningkatnya iman dan amal jamaah haji selama berada di Tanah Suci.

Ketiga, berisi permohonan kepada Allah SWT agar Allah memberikan pengampunan dosa kepada jamaah haji dan memudahkannya untuk berbuat kebaikan di Tanah Suci. Dengan pengampunan dosa dan kemudahan untuk berbuat kebaikan, akan menjadi sebab ibadah haji yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT dan sarana tercapainya haji yang mabrur.

Rasulullah SAW bersabda, “Umrah ke umrah lainnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya dan haji yang mabrur tidak mempunyai balasan kecuali surga.” (HR Bukhari). Untuk itu, marilah kita doakan saudara-saudara kita yang akan menunaikan ibadah haji dengan doa tersebut diiringi dengan kesungguhan, keikhlasan, dan kesyukuran.

Semoga jamaah haji dapat melaksanakan ibadah hajinya dengan lancar, amalnya diterima, dan doanya diijabah Allah SWT serta meraih predikat haji mabrur. Amin. Wallahu a’lam.

 

sumber: Republika Online

Kemenag: Persiapan Haji Capai 90 Persen

Kepala Pusat Informasi dan Humas (Kapuspinmas) Kementerian Agama Rudi Subiyantoro mengakui bahwa sampai saat ini persiapan penyelenggaraan ibadah haji musim haji 1436 H/2015 M sudah mencapai 90 persen.

Dari sejumlah rapat yang diikuti, mulai pembahasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan Komisi VIII DPR sampai urusan pendokumentasi pemberangkatan jemaah haji reguler dan khusus, dapat disimpulkan bahwa persiapannya sudah mencapai 90 persen, kata Rudi yang didampingi Kabid Data Sulistyowati pada rapat evaluasi kinerja Bidang Data Pinmas di Bogor, Rabu malam.

Ia mengakui masih ada pekerjaan yang harus “dikebut”, yaitu pekerjaan membuat visa bagi jemaah haji dan buku kesehatan. Termasuk pemberian vaksin meningitis bagi seluruh jemaah haji di Indonesia. Distribusi vaksin, seperti dikemukakan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, dr. Pediansjah bahwa kini seluruh vaksin sudah tiba di ibukota provinsi. Tinggal pendistribusiannya yang menjadi tanggung jawab Pemda Provinsi masing-masing ke wilayah kabupaten/kota.

“Saya berkesimpulan, persiapan sudah matang. Pembuatan dokumen masih berproses terus. Ini pekerjaan sudah biasa seperti tahun-tahun sebelumnya,” ia menjelaskan.

Sementara itu Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan, pada musim haji 1436 H/2015 M memberikan makan bagi Jemaah haji Indonesia selama di Mekkah dan Madinah. Di Mekkah pemberian makan berlangsung tujuh hari sebelum dan sesudah pelaksanaan wukuf di Arafah (H-7 dan H + 7). Meski sehari sekali, pemberian makan ini diharapkan dapat mengurangi kesulitan Jemaah mendapatkan menu makanan sesuai dengan cita rasa makanan di Tanah Air.

Sedangkan pemberian makanan di Madinah, sehari dua kali ditambah makanan ringan seperti snack pada pagi hari. Untuk di Armina (Arafah dan Mina), diatur sedemikian rupa sehingga Jemaah tidak merasa kekurangan. Termasuk minuman yang terus menerus harus tersedia, karena Jemaah haji pada tahun ini menghadapi cuaca panas. Pemberian makan di Armina berlangsung sejak 8 hingga 13 Zulhijah.

Khusus pemberian makan sekali sehari di Mekkah, Sri menyebut sebagai peristiwa pertama kali dalam sejarah perhajian. Pemberian makan seperti ini memang pernah dicoba Kemenag beberapa tahun sebelumnya namun gagal. Pasalnya, distribusi makanan tidak lancer karena padatnya kota Mekkah saat puncak musim haji.

Menyangkut kontrak dengan perusahaan katering untuk melayani Jemaah haji Indonesia selama di Tanah Suci, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis dalam percakapan khusus dengan Antara mengaku bahwa pihaknya telah mengikat kontrak dengan 25 perusahaan catering di Mekkah dan 10 perusahaan catering di Madinah. Semua perusahaan tersebut telah diteliti dan memiliki jejak rekam yang baik.

Mengapa di Mekkah harus ada pelayanan catering? Menurut Sri, hal itu merupakan bagian dari prasyarat penerapan program elektronik haji (e-hajj) dari pemerintah Arab Saudi. Selain itu, ada keinginan kuat dari Kemenag untuk meningkatkan kualitas pelayanan Jemaah haji di Saudi Arabia.

 

sumber: Republika Online