Jika belum pernah sakit, kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya sehat. Jika belum menderita, kita tidak akan pernah mensyukuri hidup yang serba ada. Jika tidak pernah merasakan lapar, kita terkadang tidak bisa menghargai nikmatnya kenyang.
Jangan pernah bersyukur ketika lepas dari suatu masalah. Namun, kita hendaknya selalu bersyukur ketika tidak mendapati masalah. Artinya, setiap hari seharusnya kita selalu membiasakan bersyukur atas nikmat Tuhan yang tiada batas di dunia ini.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim : 7).
Kenapa Allah menegaskan akan menambah nikmat? Karena sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari itu adalah nikmat Allah. Dari udara, makan, sinar matahari, hingga ketiadaan masalah dan musibah adalah nikmat. Jika kita menyadari dan bersyukur atas kondisi itu, Allah akan menambah nikmat.
Kondisi normal seringkali kita anggap ketiadaan nikmat. Tidak sakit, tidak punya hutang, tidak ada musibah dan hidup berjalan normal sering dianggap bukan nikmat. Itulah yang terkadang membuat kita lupa dan mengingkari nikmat-nikmat itu.
Allah berfirman : Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS : An-Nahl : 18).
Kita baru sadar ketika mendapati hal yang tidak normal dalam hidup. Ketika sakit, kita memohon nikmat sembuh, ketika lapar kita memohon nikmat kenyang, ketika terkena musibah kita berdoa menghilangkan musibah.
Di situasi apa kita akan refleks dan secara spontan ingat Tuhan? Di suatu yang kita anggap ekstrem sangat merugikan atau ketika ada kondisi mendadak yang mengagetkan dan menyakitkan.
Ketika pada batas sakit, sedih dan menderita, kita baru merengek : Ya Allah. Baru pada saat itu kita merasa lemah dan tidak berdaya. Seolah sebelumnya kita perkasa dan tidak membutuhkan Tuhan, bahkan tidak pernah ingat adanya Tuhan.
Terkadang kita masih masih mengeluh kenapa saat musibah dan sangat membutuhkan doa kita tidak terkabul, padahal Allah telah berjanji akan mendengar dan menerima doa hambanya. Lalu kita menyitir ayat menyindir Tuhan : “berdoalah kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkannya.
Namun, kita sudah lupa untuk membaca secara lengkap ayat tersebut. “berdoalah kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkannya. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku, akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina”. (Q.S Al-Mu’min : 60).
Kenapa doa kita tidak terkabul? Jangan-jangan kita terlalu merasa sombong saat tidak ada masalah. Kita lupa ketika Bahagia dan bersuka cita. Kita hanya ingat Allah ketika berduka dan menderita. Lalu, apakah kita mengeluh karena Allah melupakan dan tidak menerima doa kita?
Dalam ayat lain Allah menegaskan : Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (QS : Al Baqarah : 152).
Bagaimana Allah akan mengingat kita ketika dalam kondisi terjatuh, saat bangun gagah kita tidak pernah mengingatNya. Bahkan, terkadang kita ingkar atas semua yang diberikan Tuhan dan merasa nikmat yang didapat selama ini karena jerih payah kita. Ketika hanya diguncang sedikit saja, tiadalah diri kita sebenarnya benar-benar mandiri dan tidak tergantung.
Karena itulah, patut selalu kita bersyukur dalam kondisi apapun. Dalam kondisi normal, mendapatkan kebahagiaan bahkan dalam keadaan berduka cita, kita sepatutnya bersyukur. Selalu ada hikmah di balik cerita suka dan duka yang diberikan Tuhan.
Bukankah kebahagiaan itu bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi bagaimana cara kita menikmati?