Sebelum Berpikir Mengirimkan Orangtua ke Panti Jompo, Ingat Dulu Masa Kecil Kita!

Idealnya atau maunya kita sebagai orang yang akan melalui hari tua nantinya, sudah barang tentu, kita ingin tinggal bersama anak-anak dan cucu.

Melalui hari tua dengan penuh kedamaian, dan tak perlu lagi terpaksa keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Melalui hari-hari dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dan, tentu saja tak melupakan silaturahmi pada tetangga sekitar.

Itulah keinginan banyak orang di masa tuanya. Mungkin termasuk Anda?

Namun, terkadang apa yang kita inginkan jauh dari kenyataan.

Kesibukan anak-anak dengan pekerjaan dan keluarganya, acapkali membuat intensitas komunikasi dengan orang tua (kakek-nenek) semakin berkurang, bahkan bukan hanya satu bulan sekali, ketika lebaran pun belum tentu bisa saling bertemu. Lebih-lebih di masa pandemi seperti saat ini.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada keluarga yang kebetulan menampung kedua orangtuanya. Sekali lagi, karena kesibukan anak, sampai-sampai perhatian kepada orang tua pun terabaikan.

Mulailah timbul konflik-konflik kecil akibat adanya kesalahpengertian, yang membuat si anak merasa direpotkan dengan keberadaan orangtuanya di rumah. Dari situ, mulailah timbul pikiran untuk mengirimkan orangrtuanya ke panti jompo.

Pada dasarnya, alasan si anak mengirimkan orang tuanya ( ibu atau bapak) ke panti jompo karena mereka tak bisa sepenuhnya mengurusi kebutuhan sehari-hari orangtuanya di rumah.

Dengan tinggal di panti jompo, alasan si anak, orang tuanya akan lebih terurus. Selain itu, orangtuanya akan banyak memiliki teman seusianya, dan sehari-harinya pun selalu disuguhi berbagai kegiatan yang bermanfaat, sehingga mereka tidak akan merasa kesepian.

Alasan si anak tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Mereka ingin orangtuanya ada yang mengurus kebutuhan sehari-harinya.

Namun, orangtua pun punya pikiran dan kemauannya sendiri, dan si anak harus bisa memahami itu. Ibaratnya, ketika usia sudah lanjut, ada hal-hal lain atau pola pikir seperti yang dimiliki anak-anak. Kemauannya harus dituruti, manja, dan masih banyak lagi.

Kalau sudah demikian, sebagai anak, sebaiknya kita menoleh ke belakang. Kita mengingat kembali ketika usia kita 5-10 tahun. Ketika itu, kita begitu manja.

Jika minta sesuatu, harus dituruti. Ketika kita sakit, misalnya ibu yang selalu menjaga kita. Apa pun akan mereka lakukan untuk kita.

Lebih-lebih lagi jika kita mengetahui begitu besarnya pengorbanan ibu saat melahirkan kita, antara hidup dan mati. Kalau kita memahaminya, maka tak ada sesuatu yang kita lakukan bisa membalas apa yang orangtua berikan kepada kita.

Bagaimana menurut Anda? Jangan lalaikan nikmatnya surga, karena pintunya ada pada kedua orangtua kita.

KOMPASIANA

Kisah Nyata Kasih Sayang Ibu Hingga Akhir Hayat

Kasih sayang ibu memang sepanjang masa. Hingga akhir hayatnya, seorang ibu masih memikirkan kebaikan anaknya. Kisah nyata ibu yang berhati mulia ini terekam dalam kenangan Juan Guirre, oleh sang ibu.

Juan merasakan betapa ia memiliki seorang ibu yang hebat. Ibunya memiliki tubuh yang besar, namun juga hati dan inspirasi yang sangat besar. Tanpa ibunya, mungkin Juan tak akan pernah menjadi seorang musisi besar seperti sekarang. Namun ada sesuatu yang jauh lebih menyentuh hatinya.

Sejak usia 5 tahun, Juan mengalami kerusakan mata karena kecelakaan mobil dan kornea matanya rusak. Namun berkat dukungan dan kasih sayang sang ibu, pria ini berhasil menjalani hari-harinya yang buram dan menjadi seorang penyanyi terkenal dengan nama panggung Diablo Dimes.

Seiring waktu berjalan dan anaknya semakin dewasa, Miriam Aguirre, sang ibu, membiarkan anaknya untuk menempuh hidup baru dengan keluarga kecilnya. Namun bagaimanapun,Juan ingin sang ibu bisa tinggal lebih dekat dengan dirinya.

Hingga tanggal 30 September yang lalu, Juan menerima sebuah telepon yang mengguncang dirinya. Sang ibu menderita penyakit jantung hebat dan harus dilarikan ke rumah sakit. Juan pun segera menghampiri wanita yang sangat berarti baginya itu.

Di sela-sela perawatan Miriam, ia berusaha mengatakan pada dokter bahwa dirinya ingin mendonorkan kornea matanya pada Juan sang anak. Dengan susah payah di tengah hela nafas terakhirnya, dia mengatakan bahwa dia ingin anaknya bisa melihat lebih baik seperti sedia kala.

Dokter yang tersentuh mendengar permintaan terakhir wanita ini pun mengabulkan keinginannya. Juan pun bergetar mengetahui ibunya memiliki keinginan terakhir yang dilakukan untuknya. Miriam meninggalkan Juan untuk selama-lamanya, namun ia meninggalkan sebuah kornea mata yang membuatnya bisa melihat kembali dengan lebih jelas dan berwarna.

Transplantasi kornea mata yang dilakukan oleh Miriam dan Juan adalah transplantasi kornea antara ibu dan anak yang pertama kali di dunia. Selain membuat sejarah baru dalam dunia medis, ada nilai kasih sayang dalam kisah mereka. Miriam juga mendonorkan liver dan ginjalnya untuk dua pasien lain. benar-benar wanita dengan jiwa besar yang luar biasa.

 

Kini setiap Juan melihat dirinya di depan kaca, ia bisa melihat mata ibunya yang melihat padanya. “Aku tahu dia akan selalu ada bersamaku,” kata Juan.

Kasih sayang ibu memang tiada batasnya. Apapun akan dilakukan demi kebahagiaan anaknya. Ini hanya satu kisah dari sekian kisah ibu yang luar biasa. Terima kasih untuk semua ibu yang luar biasa cintanya pada anak-anak dan semoga kita bisa menjadi ibu yang menginspirasi seperti mereka.

 

 

sumber: Vemale

Hati-hati! Hukuman Durhakai Orangtua Disegerakan di Dunia

Bagi mereka yang melakukan perbuatan durhaka pada kedua orangtua, balasan itu pasti akan terjadi meski di waktu yang lama

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ تَعَالَى مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، إِلَّا عُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ ، فَإِنَّهُ يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا قَبْلَ

الْمَمَاتِ-الطبراني

Artinya: Rasulullah Shallallahun Alaihi Wasallam bersabada,”Setiap dosa-dosa, Allah Ta’ala mengakhirkan (balasannya), sebagaimana yang Dia kehendaki dari dosa-dosa itu hingga hari kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua oranguanya, sesungguhnya Allah menyegerakan (balasan) nya bagi pelakunya saat hidup di dunia sebelum wafat.” (Riwayat At Thabarani dan Al Hakim, dishahihkan oleh Al Hakim dan As Suyuthi)

Al Munawi menyatakan bahwa Allah Ta’ala akan mengakhirkan balasan setiap dosa-dosa di hari kiamat. Maka di hari itu para pelakunya memperolah balasannya jika Allah menghendaki. Kecuali hukuman bagi siapa yang berbuat durhaka kepada kedua orangtua, yakni kedua orangtua kandung Muslim, maka Allah menyegerakannya hukuman di dunia.

Dan bagi mereka yang telah melakukan perbuatan durhaka kepada kedua orangtua, hendaklah mereka tidak terlena dengan diakhirkannya beberapa lama dampak dari dosa itu, karena balasan itu pasti akan terjadi meski di waktu yang lama.

Sebagaimana Ibnu Sirin ketika ditimpa kesedihan ia menyatakan, ”Aku tahu bahwa kesedihan ini karena dosa yang telah aku lakukan 40 tahun yang lalu.”

Demikian pula dikisahkan bahwa ketika beberapa ahli ibadah menyaksikan suatu perkara (perbuatan dosa), maka ada yang mengatakan, ”Lihatlah balasannya setelah 40 tahun.” Maka benar, balasan itu terjadi setelah 40 tahun.

Imam Ad Dzhabi sendiri menyebutkan bahwa durhaka kepada kedua orangtua termasuk dosa besar. Dan hal itu sudah disepakati para ulama.* (lihat, Faidh Al Qadir, 5/ 40)