Sempurnakan Kebaikan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Tiada yang wajib disembah kecuali Allah. Hanya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan hanya kepada-Nya segala yang ada di alam semesta ini tunduk. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imron [3] : 92)

Jika ada orang lain memberi kita sehelai kain untuk kita kenakan, namun ternyata kain itu usang dan bolong, tentu kita tidak akan senang. Demikian juga orang lain jika berada pada posisi yang sama.

Saudaraku, Allah mencintai hamba-Nya yang jika menolong orang lain maka ia memberikan pertolongan sesempurna mungkin yang bisa ia berikan. Saat memberi santunan beras untuk fakir miskin, maka ia berikan beras terbaik, minimal seperti beras yang biasa ia nikmati sehari-hari.

Jangan pernah merasa rugi saat bersedekah pada orang lain dengan barang yang bagus. Namun, sesungguhnya kita pasti rugi jika kita punya kemampuan untuk menyempurnakan pemberian, akantetapi kita tidak melakukannya. Karena kecukupan rezeki yang kita miliki, kelebihan harta yang kita miliki, sesungguhnya itu adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk membelanjakannya di jalan Allah.

Jika kesempatan itu datang namun kita melewatkannya, maka betapa ruginya kita. Belum tentu kesempatan seperti itu datang kembali, dan tidak ada yang bisa menjamin usia kita akan sampai pada kesempatan berbuat baik yang berikutnya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bersegera dalam berbuat kebaikan dan menyempurnakan kebaikan. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

INILAH MOZAIK

 

Teruslah Mengajak Kebaikan

MENGAJAK kebaikan tak selalu mudah. Mengajak kebaikan tak selalu berhasil. Mengajak kebaikan tak selalu langsung mendapatkan respons. Mengajak kebaikan kadang butuh waktu.

Manusia itu mirip-mirip seperti tanaman. Ada yang cepat tumbuh walau hanya dengan sedikit siraman air dan ada pula yang sulit tumbuh walau telah disirami cukup air. Petani yang baik adalah petani yang tetap sabar dan telaten menyirami dan memeliharanya.

Jangan pernah lelah mengajak kebaikan walau hasilnya masih juga belum tampak. Bacalah kisah Nabi Nuh yang selama 950 tahun berdakwah terus menerus walau respon dari ummatnya tak menggembirakan dan hasilnya pun tak seperti diharapkan.

Nabi diutus hanyalah untuk menyampaikan. Sementara petunjuk atau hidayah adalah urusan Allah. Tugas kitapun adalah mengajak dan menyampaikan. Diikuti atau tidak bukan masalah utama dan pertama, melainkan masalah nomer petto lekor (27).

Mari kita ajak keluarga, saudara dan teman kita mengaji. Kalau mereka masih enggan, sirami terus dengan ajakan tanpa bosan. Bisa jadi yang tak mau diajak itu sama dengan jenis tumbuhan yang butuh siraman banyak air. Masih tetap tak mau? Siramlah dengan air.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Mendakwahkan Kebaikan

Allah SWT di dalam Alquran menegaskan, setiap amal kebaikan atau amal saleh akan diberikan balasan yang setimpal. Balasan tersebut beragam jenisnya. Di dalam surah al-Maidah ayat 9, misalnya, Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh bahwa mereka akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar. Dalam surah al-Baqarah ayat 25, Allah berjanji akan menyediakan surga dengan sungai yang mengalir di dalamnya.

Pada surah an-Nisa’ ayat 173 berbeda lagi, di dalamnya dijelaskan bahwa Allah akan menambah karunia-Nya bagi mereka yang beramal saleh. Adapun dalam surah Yunus ayat 9, Allah akan memberi balasan dengan mendatangkan petunjuk ke jalan yang benar.

Ragam balasan bagi orang yang berbuat kebaikan di dalam Aquran tak sekadar hal-hal di atas. Masih banyak balasan-balasan lain yang Allah sediakan. Mulai dari ampunan, pahala yang besar, dan terus mengalir, hidayah, kebahagiaan, hingga mendapatkan tempat yang baik yakni surga.

Ini artinya tidak akan rugi orang yang terus beramal saleh. Apalagi, kebaikan yang dihitung oleh Allah tidak terbatas pada kebaikan yang telah mewujud dalam perbuatan. Bahkan, kebaikan yang masih dalam niat sekalipun akan diberikan pahala.

Hal ini sebagaimana diisyaratkan Nabi Muhammad SAW melalui hadis riwayat Bukhari dan Muslim, “… Barang siapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi.” Syekh an-Nawawi dalam Syarah Arba’in Nawawiyah fil Akhaditsi as-Shahihati an-Nabawiyyati menjelaskan, hadis ini adalah hadis yang sangat mulia dan berharga.

Nabi SAW menjelaskan betapa banyak kelebihan yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Di antaranya yaitu orang yang berniat melakukan kebaikan sekalipun belum dilaksanakan mendapatkan satu pahala, sedangkan orang yang berniat berbuat dosa tetapi tidak jadi dikerjakan maka mendapatkan satu pahala, dan bila ia laksanakan mendapatkan satu dosa.

Orang yang berniat baik kemudian melaksanakannya, Allah tetapkan baginya 10 kali pahala. Ini adalah suatu keutamaan yang sangat besar, yaitu dengan melipat gandakan pahala kebaikan, tetapi tidak melipatgandakan siksa atas perbuatan dosa. Allah tetapkan keinginan berbuat baik sebagai suatu kebaikan, karena keinginan berbuat baik itu merupakan perbuatan hati yang ditekadkannya.

Mengingat betapa tidak ternilainya keuntungan yang diperoleh dengan beramal saleh, maka menjadi tugas kita bersama untuk terus mendakwahkannya. Kita ajak teman, tetangga, handai tolan, dan saudara-saudara kita sesama Muslim untuk terus menempa kebaikan.

Jangan sampai kebaikan yang istimewa ini kita sembunyikan untuk diri sendiri. Bukankah Nabi SAW memerintah kita untuk mengajak kebaikan dan memberikan reward yang fantastis bagi orang yang mau mengajak kebaikan?

Inilah yang tersurat dalam hadis riwayat Muslim bahwa siapa yang mengajak kepada petunjuk, dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengikutinya, tidak kurang sedikit pun dari pahala mereka. Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa seperti orang yang mengikutinya, tidak kurang sedikit pun dari dosa mereka.

Dengan mengajak kebaikan kepada orang lain, kita bisa bersama-sama berlomba dalam kebaikan atau yang disebut sebagai fastabiqul khairat. Berlomba dalam kebaikan tentu akan menambah semangat kita dalam beramal. Terlebih kalau kondisi kita sedang terbelenggu kemalasan, maka dengan berlomba dalam kebaikan kita tertantang untuk terus berpacu dalam beramal.

Oleh: Fatkhul Anas

REPUBLIKA

Pentingnya Kesungguhan dalam Kebaikan

عن أنس رضي الله عنه عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربّه عز وجل قَالَ: ((إِذَا تَقَربَ العَبْدُ إلَيَّ شِبْرًا تَقَربْتُ إِلَيْه ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ إلَيَّ ذِرَاعًا تَقَربْتُ مِنهُ بَاعًا، وِإذَا أتَانِي يَمشي أتَيْتُهُ هَرْوَلَةً)). رواه البخاري.

Dari Anas r.a. dari Nabi sholallahu alaihi wassalam dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya ‘Azzawajalla, firmanNya – ini juga Hadis Qudsi :

“Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas.” (Riwayat Bukhari)

 

HIDAYATULLAH

Kenali Langkahmu, Tinggalkan Kebaikan di Jejakmu

“Berhati-hatilah dengan perbuatan kalian. Ingatlah bahwa di atas bumi yang kalian pijak, ada jejak Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam menegakkan kebaikan”.

Terngiang terus kalimat sederhana tersebut yang diucapkan oleh salah seorang ustadz ketika penulis berkesempatan umroh. Ya, benar sekali. Di atas tanah yang penulis injak ini mungkin Rasulullah pernah bersedekah, mungkin juga ketika itu beliau sedang memberi pelajaran kepada para sahabatnya, atau mungkin juga beliau ketika itu sedang memberikan arahan dakwah kepada sahabatnya.

Atau jangan-jangan Abu bakar, Umar, Utsman atau Ali pernah melakukan kebaikan di tempat yang sama. Dan ada banyak kemungkinan-kemungkinan lain peristiwa atau pun amalan kebaikan dilakukan oleh orang-orang besar atau orang-orang kecil di atas setiap tanah yang kita pijak. Semua itu mungkin saja tercatat dalam sejarah tapi jauh lebih banyak lagi yang tidak tercatat. Satu yang pasti, sekecil apapun itu pasti tercatat di sisi Allah.

Di mana kita melangkahkan kaki kita kemarin? Dan jejak apa yang telah kita tinggalkan? Ke tempat maksiatkah kita melangkah? Tersesat dalam kubangan nafsu yang terus menerus memasung kebersihan nurani kita? Ataukah ke tempat di mana diri kita menjadi semakin baik di hadapan manusia dan di hadapanNya?

Inspirasi dalam menegakkan perjuangan dan keadilan. Kecintaan yang besar dari orang-orang yang merasa kita perhatikan. Kasih sayang dan kerinduan dari keluarga anak cucu kita. Lantunan doa yang terus dikumandangkan untuk pengajaran yang kita berikan. Semua itukah jejak kita? Ataukah kebencian, sumpah serapah, laknat manusia terhadap kejahatan yang pernah kita lakukan. Aduan doa dari orang-orang yang pernah kita ambil haknya. Atau penyesalan dari orang-orang yang mencintai kita, atas penyimpangan yang kita lakukan?

Apa jejak yang telah kita tinggalkan? dan kemana kita akan langkahkan kaki kita? Semua itu hanya kita yang bisa menjawabnya. Ya Allah. Jadikan hari esokku lebih baik dari kemarin dan jadikan kami bagian dari hamba-hambaMu yang senantiasa berbuat baik. []

Porkas Halomoan, Ketua Yayasan Wihdatul Ummah

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2283034/kenali-langkahmu-tinggalkan-kebaikan-di-jejakmu#sthash.Hf6tJgTH.dpuf