Keberkahan merupakan sesuatu hal yang ghoib, bagi seorang yang kurang beriman biasanya mengingkari sesuatu yang ghoib. Keberkahan tersebut merupakan sesuatu yang ghoib yang tidak ada barangnya namun hendaknya seorang muslim mengimaninya.
Pengertian berkah adalah sesuatu (kebaikan) yang banyak (melimpah), sehingga seorang muslim harus mengimaninya dan bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Dengan keberkahan seseorang bisa menghadapi sebuah ujian dengan mudah dan tenang. Seorang muslim hendaknya meminta keberkahan baik dalam maslahat dunia maupun akhiratnya.
Begitupula dengan Keberkahan suatu Negeri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Begitupula keberkahan Dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang memiliki keberkahan.
Sebagaimana zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terdapat 2 negeri besar yakni Romawi dan Persia.
Namun tidak halnya tanah Arab, sehingga secara militer tanah arab hanya menggunakan panah, kuda (dan itu sangat sedikit), tidak seperti halnya Persia dan Romawi yang memiliki pasukan Gajah dan lebih memadai dalam militer.
Namun mereka (Bangsa Persia dan Romawi) tidak menyangka akan muncul kekuatan dari tanah Arab.
Bahkan ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bangsa arab akan menguasai Persia dan Romawi para shahabat tidak memercayai. Namun mereka mengimani hal tersebut, karena seorang muslim tidak boleh
Mengandalkan akalnya.
Yang kita cari adalah keberkahan.
Allaah subhanahu wata’ala berfirman yang menceritakan perkataan Nabi Isa sewaktu masih bayi,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ
“Dan Allah menjadikanku banyak keberkahan di manapun aku berada.” (QS. Maryam: 31).
Waktu Melimpahnya Keberkahan
1. Waktu sahur
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.”
(HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.”
(HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Shalat qiyaumul lail termasuk dalam sebuah keberkahan, seseorang ketika bulan Ramadhan rajin melakukannya namun ketika bulan Ramadhan usai maka tidak melakukannya lagi, bukan hanya shalat malam saja namun amalan-amalan lain yang dikerjakan pada bulan Ramadhan.
Karena hal demikian bisa jadi berpotensi jika amalan seseorang tidak diterima.
Para ulama mengatakan
Diantara tanda diterima kebaikan amal adalah kebaikan setelahnya.
Jangan sampai amalan-amalan yang telah dilakukan hanya sia-sia bagai debu yang beterbangan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَدِمْنَاۤ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَآءً مَّنْثُوْرًا
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 23)
Usahakan jika berat melakukan shalat malam adalah lakukan 10 menit sebelum shalat Subuh, lalu bangun tidur hendaknya shalat malam walau hanya mendapatkan 1 witir shalat rakaat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Shalat malam itu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia shalat satu rakaat sebagai witir dari shalat malam yang telah dia kerjakan.”
(HR. Bukhari 990 dan Muslim 749).
Berdasarkan hadis di atas, witir minimal adalah satu rakaat.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
(HR. Muslim no. 783)
Zaman sekarang sulit melakukan shalat malam bisa jadi karena maksiat yang dilakukan, sehingga Allaah memalingknnya. Jika masih sulit maka istighfar karena maksiat menjadi penghalang shalat malam.
2. Keberkahan di Waktu Subuh
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
(HR. Abu Daud no. 2606.)
Begitupula dengan ucapan
بارك الله فيكم
Yang mana di dalamnya terdapat maksud keberkahan dan kebaikan.
Begitupula do’a kepada saudara/i kita yang menikah, dan di dalam do’a tersebut terdapat sebuah keberkahan.
Doa tersebut ialah,
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”
(HR. Abu Dawud no. 2130).
◆Sekilas tentang Abu Bakar
Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafah. Disebut Bakar karena beliau orang yang pertama (bersegera) dalam melakukan kebaikan.
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَااجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّادَخَلَ الْجَنَّةَ
‘Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?’ Abu Bakar menjawab,’Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapakah diantara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab, ‘Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, ‘Siapakah diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?’ Abu Bakar menjawab lagi, ‘Saya.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih bertanya lagi, ‘Siapakah diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab lagi, ‘Saya.’ Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk surga.’
(HR. Muslim, no. 1028)
Sebagian Ulama ada yg mengatakan:
Karena waktu subuh berkah sehingga tidur di waktu subuh hukumnya makruh.
Apabila tidak tidur maka mendapat keberkahan yang sangat banyak,
Rezeki diturunkan waktu subuh
Beberapa ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh.
Urwah bin Zubair berkata,
كان الزبير ينهى بنيه عن التصبح ( وهو النّوم في الصّباح )
“Zubair bin Awwam melarang anaknya tidur setelah subuh.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah 5/222)
Sebaiknya jangan tidur setelah subuh karena waktu itu juga turunya rezeki dan berkah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
وَنَوْمُ الصُّبْحَةِ يَمْنَعُ الرِّزْقَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَقْتٌ تَطْلُبُ فِيهِ الْخَلِيقَةُ أَرْزَاقَهَا، وَهُوَ وَقْتُ قِسْمَةِ الْأَرْزَاقِ، فَنَوْمُهُ حِرْمَانٌ إِلَّا لِعَارِضٍ أَوْ ضَرُورَةٍ،
“Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu mahluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah subuh suatu hal yang dilarang (makruh) kecuali ada penyebab atau keperluan.”
(Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cet. Ke-27, 1415 H)
Pengertian rezeki, bukan hanya uang saja,
Di dalam islam artinya “segala sesuatu yg bermanfaat bagi makhluk, maka itulah rezeki”.
Uang, jodoh, anak, teman dan kemudahan hidup itu termasuk rezeki.
◆Dalil anak adalah rezeki
Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan satu doa khusus ketika seseorang hendak melakukan hubungan badan:
بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami.”
Dan dalil jodoh rezeki juga karena tidak mungkin punya anak tanpa itu.
Secara Medis tidur setelah subuh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Beliau berkata,
وَهُوَ مُضِرٌّ جِدًّا بِالْبَدَنِ لِإِرْخَائِهِ الْبَدَنَ وَإِفْسَادِهِ لِلْفَضَلَاتِ الَّتِي يَنْبَغِي تَحْلِيلُهَا بِالرِّيَاضَةِ
“Tidur setalah subuh sangat berbahaya bagi badan karena melemahkan dan merusak badan karena sisa-sisa metabolisme yang seharusnya diurai dengan berolahraga/beraktifitas.”
(Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cet. Ke-27, 1415 H)
Yang namanya pola hidup tidak sehat akan di panen di waktu tua, contoh orang yang merokok ketika muda ia masih kuat maka ketika tua ia akan menuai keluhan2nya.
Tidur setelah Subuh hukumnya makruh, namun ketika ada makruh darurat maka boleh jika dalam fiqh.
yaitu kaidah،
الكراهة تزول بالحا جة
“Kemakruhan hilang karena hajat”
◆Tambahan penulis dalam kaidah di atas
Jangan sampai salah menempatkan kaidah, karena kaidah di atas memiliki turunan.
1.
الصّرر يدفع علئ قدر الا مكان
(kemudharatan dihilangkan semaksimal mungkin meskipun tidak seluruhnya hilang).
2.
الضّرر لا يزال بمثله
(kemudharatan tidak dihilangkan dengan memunculkan kemudharatan yang semisal apalagi kemudharatan yang lebih parah).
3.
ازتكاب أخفّ الضّررين
(menempuh kemudharatan yang lebih ringan yang mana kedua mudharat tersebut tidak bisa dihindari)
4.
درء المفاسد مقدّم على جلب المصالح
(menolak kemudharatan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
ومن المكروه عندهم : النوم بين صلاة الصبح وطلوع الشمس فإنه وقت غنيمة ….حتى لو ساروا طول ليلهم لم يسمحوا بالقعود عن السير ذلك الوقت حتى تطلع الشمس
“Di antara yang tidak disukai adalah tidur antara shalat pagi dan ketika matahari terbit, karena tidur pada waktu itu kurang baik…. sampai-sampai jika seseorang berjalan (safar) sepanjang malam, mereka tidak diizinkan untuk duduk (tidur dan istirahat) sampai terbit matahari.”
Namun lebih baik dan mampu melakukannya adalah setelah subuh adalah menahan untuk tidur, lalu tidur setelah waktu syuruq (awal terbit matahari)
Beberapa ulama yang cukup sibuk melakukan seperti ini, mereka tidur sebentar setelah terbit matahari (syuruq) kemudian berangkat kerja dan mengajar (beraktivitas).
Wallaahu ‘alam.
Semoga Bermanfaat.
بارك اللّه فيكم.
Oleh : Doni Setio Pambudi (Abu Ubaidillah) hafidzahullah Semoga Allah menjaganya dan memasukkan ke surga tertinggi
MUSLIMAFIYAH