“MENGAPA aku gelisah terus ya, padahal semua telah kumiliki bahkan aku memiliki apa yang tak dimiliki oleh kebanyakan manusia?” Sering keluhan seperti ini kita dengar.
Galau, sumpek, gelisah, bingung dan sepadannya menjadi kata yang mewakili suara gelisah seperti ini. Orang kampus banyak yang menyebut kondisi seperti ini sebagai epistemological panic atau epistemological melancholy, yakni sebuah bentuk kepanikan atau kegalauan hidup yang disebabkan oleh pola pikir yang salah.
Ada banyak sarjana yang urun rembuk mengurai penyebab utamanya. Referensi tentang hal ini bertebaran di mana-mana. Saat ini saya ingin mengutip pandangan Ibnu Qayyim dalam kitabnya yang berjudul “Zaadul Ma’aad.” Menurutnya, ada empat penyebab utama: pertama adalah berpaling dari Allah SWT; kedua adalah bergantungnya hati kepada selain Allah; ketiga adalah lalai dari mengingatnya; dan keempat adalah mencintai selainNya.
Penyebab pertama adalah karena ketidakmauan kita akan hukum-hukum Allah dengan melabraknya demi memperturutkan keinginan nafsu kita. Penyebab kedua akalah berkenaan dengan pengalihan ketergantungan kita kepada Allah sebagai pemegang kuasa mutlak menuju ketergantungan kita kepada makhluk yang jelas-jelas sama berada dalam posisi tidak berkuasa penuh.
Bagaimana akan bahagia ketika empat sebab itu ada dalam kehidupan kita? Bagaimana tak akan gelisah jika Dzat Yang Membahagiakan kita kemudian dipinggirkan untuk dilupakan dan ditinggalkan? Bagaimana tak akan galau sementara Allah Yang Membolak-balik hati kita tak pernah disebut, disembah dan dijadikan rujukan?
Bangunlah kesadaran jiwa bahwa Allah adalah Pusat Cinta, Pusat Bahagia dan Pusat Keselamatan. Salam, Ahmad Imam Mawardi (AIM), Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2325529/inilah-penyebab-kegalauan-hidup#sthash.a3Zff9Fl.dpuf