Kemana Perginya “Turunan” Babi?

Banyak turunan babi di sekitar kita; mulai dari peluru, roti dan bir, rebana dan pasta gigi dan masih 180 produk lain yang diambil dari BABI

SEBAGIAN besar dari kita mungkin tidak tahu kema larinya “turunan” babi, yang sangat diharamkan untuk dikonsumsi umat Islam? Namun dengan menggunakan tekonologi, hal ini sangat mudah dilacak.

Tahun 2010, seorang ilmuwan muda asal Belanda, Christien Meindertsma mempresentasikan hasil penelitiannya terkait produk mengandung babi dalam sebuah acara di Oxford University, Inggris. Video presentasi penulis buku “Pig 05049″ itu, membeberkan bagaimana dari seekor babi dapat tercipta setidaknya 185 produk; mulai dari sabun, peluru, hingga katup jantung buatan.

Temuan Christien ini awalnya dilakukan secara tak sengaja. Perempuan ini sebenarnya sedang meneliti seekor babi berkode “Pig 05049” di sebuah peternakan di Belanda.

Di laman pribadinya, Meindertsma menyatakan telah meriset selama tiga tahun semua produk yang dihasilkan dari seekor babi. Hasil riset itu kemudian dibukukan, lengkap dengan grafik dan gambar produk, kemudian dipamerkan dalam sebuah pameran.

Secara rinci Christien membagi katalognya ke dalam 7 seksi, berdasarkan bagian-bagian babi. Diantaranya adalah, kulit, tulang, daging, jeroan babi, darah, lemak, dan lain-lain. Semua dijelaskan peneliti muda itu berdasarkan kegiatan sehari-hari kita, mulai dari bangun tidur, hingga tidur kembali.

Hampir seluruh bagian dalam tubuh babi merupakan pilihan terbaik sebagai bahan tambahan (food additive). Berikut kemungkinan penggunaan babi:

Gelatin

Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Di berbagai negara Eropa, China dan Amerika, pembuatan gelatin berbahan dasar dari tulang babi.

Gelatin mampu memberikan tekstur kenyal. Sifat ini banyak dibutuhkan dalam pembuatan berbagai bahan makanan, seperti: jelly, pudding, es krim, kembang gula, permen karet, dan makanan berbentuk gel lainnya.

Tidak hanya permen yang mengandung gelatin babi. Dalam beberapa bir, anggur, dan jus buah, gelatin babi digunakan untuk menghilangkan kekeruhan dari minuman. Ini bekerja sebagai agen klarifikasi dengan bereaksi dengan tanin dalam cairan dan menyerap kekeruhan.

Beberapa es krim, krim kocok, yogurt, dan mentega tertentu juga mengandung gelatin, seperti halnya makanan hewan tertentu. Lebih mengejutkan lagi, Sebagian obat juga mengandung gelatin babi – mulai dari obat penghilang rasa sakit hingga multivitamin.

Saat ini sumber utama gelatin berasal dari sapi dan babi (tulang dan kulit). Karena teknologi pembuatan gelatin pertama kali muncul di Barat, maka bahan baku babi tidak jadi soal, bahkan secara ekonomis, bahan babi memberikan banyak keuntungan, karena murah, mudah didapat dan suplainya kontinyu.

Masalahnya menjadi lain, ketika bahan-bahan tersebut mulai merasukinya negeri-negeri Muslim seperti Indonesia. Masyarakat Islam tidak akan membiarkan babi tersebut mencampuri makanan mereka.

Namun karena bahan ini sudah diolah sedemikian rupa, mengakibatkan orang Islam sendiri kurang menyadari bahwa yang dikunyah tiap hari adalah bahan yang mungkin diharamkan keyakinannya.

Lemak Babi

Bagian babi yang cukup banyak dimanfaatkan adalah lemak (lard dan pork tallow). Sejak zaman dulu, orang-orang Yahudi telah memanfaatkan lemak babi untuk mengecat perahu, menghaluskan kulit dan untuk penerangan lampu.

Sebagaimana diungkapkan Sahabat Jabir, Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رضى الله عنهما – أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ عَامَ الْفَتْحِ ، وَهُوَ بِمَكَّةَ إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ ، وَيُدْهَنُ بِهَا الْجُلُودُ ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ . فَقَالَ لاَ ، هُوَ حَرَامٌ . ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عِنْدَ ذَلِكَ قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ ، إِنَّ اللَّهَ لَمَّا حَرَّمَ شُحُومَهَا جَمَلُوهُ ثُمَّ بَاعُوهُ فَأَكَلُوا ثَمَنَهُ

“Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda di kota Makkah saat penaklukan kota itu, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung.”  Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai (dimanfaatkan) untuk menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?”

Nabi ﷺ bersabda, “Tidak boleh! Itu haram.” Kemudian, Rasulullah ﷺ  bersabda, ‘Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, ketika Allah mengharamkan lemak bangkai, mereka mencairkannya lalu menjual minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian mereka memakan hasil penjualannya.’” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim. no. 4132).

Lemak yang dimanfaatkan dalam pembuatan kue dan cake yang panggang, dikenal sebagai shortening. Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu, dan umumnya berwarna putih hingga sering disebut mentega putih.

Fungsinya, untuk memperbaiki cita rasa, struktur, tesktur, keempukan dan meperbesar volume kue/roti. Penggunaan shortening hampir tidak dapat dipisahkan dari proses pengolahan pangan modern.

Pencampuran oleo stearin, lard dan minyak biji kapas yang telah mengalami hidrogenasi, akan membentuk suatu shortening campuran (compound shortening). Pencampuran ini akan menghasilkan shortening dengan konsistensi tertentu, bersifat plastis pada suhu yang lebar, dan tahan lama.

Nah, di pasaran, shortening yang mengandung lemak nabati 70-90% dengan campuran lemak hewani, menamakan diri vegetable shortening. Soalnya hewan apakah itu.

Lemak hewan tidak hanya digunakan dalam pembuatan kue, tetapi ada juga yang menambahkannya dalam pembuatan susu bubuk. Selain itu, lemak hewan juga merupakan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sabun.

Bahan yang dapat berasal dari turunan lemak hewani yang banyak digunakan adalah mono digliserida dan gliserin. Mono digliserida dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi (emulsifier). Sedangkan gliserin banyak ditemukan pada produk-produk kosmetika seperti pasta gigi, sabun, hair conditioner, hand lotion, shaving cream, rouge, pelembab, lipstik, bedak cair, pewarna rambut dan penyegar kulit.

Saat ini, sudah banyak dikembangkan pembuatan margarin dari lemak nabati, misalnya dari kelapa sawit. Namun secara ekonomis lemak babi masih merupakan alternatif, karena cukup murah dan mudah diproduksi.

Kulit Babi

Secara sederhana, kulit babi dapat dibuat kerupuk kulit bermutu tinggi. Di daerah jagal babi Kapuk, Jakarta, sudah menjadi rahasia umum akan banyaknya kerupuk yang berbahan kulit babi.

Dalam bentuk kering, kerupuk kulit susah dideteksi dari binatang apa. Yang jelas, kerupuk kulit babi berwarna lebih putih dan cerah. Selain itu, biaya produksinya murah karena kulit babi tak diperhitungkan (limbah).

Selain itu, kulit babi bisa dimetamarfosis menjadi sepatu, tas, dan produk-produk kulit lain.

Kulit babi mengandung protein yang didominasi oleh protein kolagen. Kolagen dapat dimurnikan menjadi bahan yang memiliki tekstur kenyal yang sering disebut gelatin.

Sebenarnya gelatin banyak diproduksi dari tulang, tetapi dari beberapa penelitian, kulit binatangpun bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku.

Tulang Babi

Sebagaimana kulit, tulang babi juga mengandung kolagen cukup tinggi, yang bisa dimanfaatkan untuk bahan gelatin. Menurut hasil penelitian, gabungan tulang babi dan sapi merupakan kombinasi terbaik untuk menghasilkan gelatin bermutu tinggi.

Tulang binatang juga bisa diproses menjadi arang aktif dengan cara mengarangkan tulang tersebut. Dalam proses pengarangan, tulang diabukan, sehingga bahan organik terbakar habis.

Karena kandungan mineral (terutama kalsium) cukup tinggi, bahan akan tersisa menjadi arang. Selanjutnya, dengan proses pembersihan menggunakan metode tertentu, dapat dihasilkan arang aktif.

Arang aktif banyak dibutuhkan dalam proses penyaringan dan penjernihan air, misalnya air minuman kemasan botol. Proses ini banyak dilakukan dalam pengolahan minuman, terutama untuk menghilangkan warna dan bau yang menyimpang.

Meskipun tidak banyak, namun penggunaan tulang babi sebagai arang aktif masih dilakukan orang.

Sementara itu, taring babi (hutan) bisa digunakan untuk gagang pisau dan produk-produk perlengkapan pecinta alam lainnya. Jangan lupa, benda pecah-belah keramik anda bisa pula dibikin dari tulang babi.

Bulu Babi

Bulu babi yang kaku, banyak digunakan sebagai bahan pembuatan berbagai jenis sikat, seperti kuas untuk melukis, kuas untuk mengecat, dan bahkan dulu juga digunakan sebagai sikat gigi. Bulu sofa di ruang tamu anda, ada kemungkinan dari babi juga.

Enzim

Dalam pembuatan keju, diperlukan bahan penggumpal yang fungsinya memecah ikatan protein dan lemak, sehingga protein yang terpisah bisa mengendap membentuk dadih. Dadih ini dolah lebih lanjut menjadi keju yang banyak dikonsumsi masyrakat.

Dari segi bahan baku, keju tidak dicurigai sebagai barang haram. Karena sus yang paling baik dan banyak diproduksi adalah susu sapi, unta, dan susu domba. Bahan penggumpallah yang patut dicurigai.

Dulu orang menggunakan enzim renin dari lambung anak sapi sebagai penggumpal. Namun lama-kelamaan dirasa kurang ekonomis, karena dapat menghambat pertumbuhan peternakan sapi sebagai penghasil daging dan susu yang nilai ekonomisnya lebih tinggi.

Akhirnya para peneliti menemukan enzim yang mirip dengan kerja renin yang terdapat pada lambung babi. Secara komersial, bahan penggumpal biasanya berasal dari campuran enzim renin dari sapi dan dari babi dengan perbandingan tertentu. Nama dagangnya rennet.

Serum

Serum dan antiserum banyak dibutuhkan dalam dunia kedokteran untuk berbagai analisa, termasuk pengujian golongan darah. Bahan yang sering digunakan sebagai sumber serum adalah berasal dari babi, karena murah, mudah didapat dan memiliki kemiripan dengan serum manusia.

Usus

Dulu, usus babi merupakan salah satu alternatif bahan selongsong sosis. Saat ini sudah banyak dibuat artificial casing. Salah satu bahan pembuatnya adalah kolagen, yang apa boleh buat, mungkin saja berasal dari babi.* (MUI dan beberapa sumber lain)

HIDAYATULLAH