Ini Dua Penyakit yang Perlu Diwaspadai Jamaah Haji 2017

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada dua jenis penyakit yang perlu diwaspadai jamaah haji Indonesia 2017.Kedua penyakit itu adalah diabetes militus (DM) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka membenarkan, ada dua kelompok penyakit yang perlu diwaspadai. Pertama, penyakit-penyakit yang dibawa dari Tanah Air.  Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka penyakit ini semakin parah atau kondisi jamaah haji ini sakitnya lebih parah bahkan mengalami kematian.

“Contohnya penyakit jantung yang bukan sakit di sana, tapi dibawa dari sini (Indonesia). Kemudian kalau di sana terjadi karena mungkin stres,” katanya saat pemaparan kesiapan haji 2017, di Jakarta, Selasa (25/7).

Penyakit bawaan lain yang juga harus diwaspadai adalah hipertensi (tekanan darah tinggi) hingga diabetes mellitus (DM). Jenis kedua, kata dia, yaitu penyakit yang didapatkan ketika sudah baru di Arab Saudi yaitu sakit Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang ditularkan binatang di sana.

“Meskipun (jamaah haji) sehat dan muda tetapi kalau di sana main-main dengan yang terkontaminasi MERS CoV ya ikut sakit juga,” ujarnya.

Ia menambahkan, yang juga harus diwaspadai jamaah haji adalah sengatan panas atau heat stroke. Siapapun yang sehat tapi tidak menjaga dirinya dari sengatan matahari bisa terkena heat stroke. Penyakit lainnya yang harus diwaspadai adalah kolera.

Penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri vibrio Kolera ini menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ciri-cirinya buang air besar cair, berwarna seperti air cucian beras, dan encer lebih dari tiga kali sehari. Kemudian ini berlanjut dengan muntah dan dehidrasi.

Sebagai langkah preventif, ia meminta jamaah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) misalnya rutin cuci tangan. Atau bisa juga membeli buah yang ada kulitnya. Karena buah ini masih harus dikupas. Atau buah yang bisa langsung dimakan namun sebelumnya harus dicuci dulu. “Namun, kami sudah antisipasi,” ujarnya.

Mulai dari mengirim 246 tenaga kesehatan ke Arab Saidi hingga penyediaan sarana mendukung seperti ambulans. Iamenegaskan persediaan obat yang dibawa dari pihaknya sekitar3.680 obat atau sekitar 57 ton. Obat itu untuk semua keluhan penyakit termasuk kolera,hipertensi, jantung, oralit, hingga vitaman.

“Kami sudah melakukan upaya preventif dan promotif tapi Allah memperlihatkan kekuasaannya (jika terjadi diluar kendali),” katanya.

 

IHRAM

Periksalah kesehatan sebelum melaksanakan ibadah haji

Rangkaian persiapan penyelenggaraan ibadah haji telah dilaksanakan pada saat pelaksanaannya nanti diharapkan berjalan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menurut rencana, kelompok terbang (kloter) pertama jemaah haji akan mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 21 Agustus 2015.

Pada pelaksanaan haji tahun 1436H/2015 Masehi ini, jamaah haji Indonesia berjumlah 168.800 orang dengan komposisi 155.200 jamaah haji reguler dan 13.600 jemaah haji khusus.

Jamaah Haji di damping oleh  806 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berasal dari Kementerian Agama (500 orang) dan Kementerian Kesehatan (306 orang).

PPIH Kementerian kesehatan yang berjumlah 306 tenaga medis dibagi berdasarkan daerah kerja, yaitu daerah kerja Jeddah (55 orang), Mekah (171 orang), dan Madinah (80 orang).‬

Permasalahan kesehatan yang dialami jemaah haji Indonesia, bukan hanya karena penyakit melainkan juga karena masalah usia lanjut. Di samping itu Jamaah calon haji akan menghadapi ujian berat di musim haji kali ini karena Tanah Suci diperkirakan akan dilanda cuaca yang sangat panas, melebihi 50 derajat Celsius.

Berdasarkan prakiraan cuaca, suhu ekstrim ini akan terus semakin meningkat untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang antara 43-50 derajat celsius. Jamaah haji yang terpapar dengan cuaca panas yang ekstrim di Arab Saudi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan oleh terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat menimbulkan heat stroke atau memperburuk penyakit yang telah diderita sejak dari tanah air.  Untuk itu calon jamaah haji harus melakukan pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan calon jamaah haji terkena penyakit ketika melaksanakan ibadah Haji di Arab Saudi. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof. dr Tjandra Yoga Aditama, SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE di Jakarta, 12/8/2015.

“Para jemaah calon haji baik untuk kembali memeriksakan kesehatan mereka secara rinci ke dokter yang biasa dikunjungi atau dokter terdekat. Pertama, yang sifatnya umum, adalah agar dapat dideteksi kemungkinan penyakit dan masih ada waktu untuk mengatasinya,”

Di samping itu, bila calon jemaah memiliki sejumlah penyakit kronik seperti gangguan paru kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit lainnya maka perlu mempersiapkan penanganan, misalnya membawa obat yang dibutuhkan.

“Mereka yang sejak dari tanah air sudah ada penyakit-penyakit kronik maka perlu ekstra hati-hati dan dengan lebih seksama mempersiapkan pencegahan dan penanganan penyakitnya itu, termasuk membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci,” tutur dia.

Prof. Tjandra menambahkan, jika menurut dokter yang biasa menangani di Tanah Air calon jemaah memiliki masalah kesehatan, maka agar tidak lupa meminta surat keterangan dokter.

“Ini untuk diserahkan ke dokter kloter nantinya,” tambah dia.

Hal ini penting agar petugas kesehatan yang menangani kesehatan Jamaah Haji di Saudi mengetahui riwayat kesehatan jamaah haji ketika berada di Saudi sehingga penanganan kesehatannya lebih efektif dan optimal.

Selain itu Prof Tjandra  juga mengingatkan para jemaah haji agar mewaspadai virus korona sebagai penyebab MERS-CoV.

“MERS-CoV masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai awal Agustus ini di dunia ada 1.382 kasus MERS-CoV, 493 di antaranya meninggal dunia. Sementara kasus terakhir di bulan Juli 2015 adalah 8 orang MERS-CoV dari Arab Saudi,” papar Prof. Tjandra.

Kewaspadaan menurutnya juga perlu ditingkatkan terhadap penularan virus Ebola, meski pun jumlah kasusnya sudah menurun tajam di negara-negara Afrika.

Jamaah Calon haji agar selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk kebiasaan mencuci tangan pakai sabun atau sanitizer.

 

sumber:Antara

Dua Strategi Bentengi Jamaah Haji dari Risiko Penyakit

JAKARTA — Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan Fidiansyah mengungkapkan jamaah haji Indonesia memang rentan akan risiko penyakit.  Karena itu,  Kementerian Agama memprioritaskan jamaah haji Indonesia yang sudah lanjut usia (lansia).

“Jamaah haji kita ini sudah tergolong resiko tinggi itu di atas 50 persen,  karena iklim yang tinggi, maka kekuatan fisik juga membutuhkan kebugaran,” ujar Fidiansyah Selasa (9/6)

Fidiansyah menyebut dua strategi untuk mencegah atau setidaknya dapat mengurangi resiko kesehatan jamaah menurun saat di tanah suci, terutama saat di Arofah melihat bulan-bulan haji jatuh pada musim kemarau. Fidiansyah menjelaskan ada dua startegi yang disiapkan, yaitu program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan progam pembinaan.

Dimaksud dengan Program BHPS ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan harus bergizi, kemudian sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu, minum minimal dua liter air mineral setiap hari, menggunakan penutup hidung atau master, kebersihan lingkungan jiga, tidak merokok, dan istirahat cukup.

Istirahat cukup artinya, merupakan imbauan dari kementerian kesehatan supaya para jamaah untuk tidak memforsir tenaganya untuk melakukan semua ibadah-ibadah sunnah, namun harus disiapkan istrahat untuk menjaga stamina tubuhnya menghadapi wukuf di Arofah nanti.

“Jika kemudian seluruh jamaah haji memperhatikan himbauan ini, tentu saja saya berharap program PHBS ini dapat melindungi jamaah dari resiko berat kesehatan,” kata dia.

 

Redaktur : Agung Sasongko
Reporter : c30

sumber: Republika Online