Antisipasi Pneumonia, Jamaah Haji Diimbau Hidup Bersih

Jamaah haji harus mengonsumsi makanan bergizi dan jaga kesehatan.

Kondisi sebagian jamaah haji masih kelelahan setelah menjalani puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Sementara, suhu di Tanah Suci saat ini bisa berpengaruh pada kondisi fisik dan kesehatan jemaah, dan bisa meningkatkan kasus Pneumonia (radang paru-paru).  

Untuk mengantisipasi terkena penyakit itu, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama mengimbau kepada jamaah haji Indonesia untuk disiplin dalam menjalani pola hidup bersih.

“PPIH khususnya bidang kesehatan mengimbau jamaah haji untuk disiplin pola hidup bersih dan sehat,” ujar Juru Bicara PPIH Pusat, Akhmad Fauzin dalam keterangan persnya di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

“Disarankan jamaah untuk memakai masker, menghindari kontak fisik terutama dengan jamaah haji lain yang batuk atau pilek, serta mencuci tangan pakai sabun,”  ucap Fauzin.

Karena cuaca panas di Madinah juga, kata Fauzin, jamaah khususnya saat ziarah agar menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa payung atau topi, pelembab bibir dan  tabir surya.

“Selalu membekali dengan air mineral, minum yang cukup, jangan menunggu haus. Jangan sungkan meminta bantuan petugas khususnya petugas kesehatan untuk konsultasi dan penanganan kesehatan bila dibutuhkan,” kata Fauzin.

Terkait fase kepulangan jamaah sendiri, menurut dia, hingga Rabu (12/7/2023) kemarin pukul 24.00 WIB jamaah gelombang I yang telah tiba di Tanah Air sebanyak 57.251 orang, tergabung dalam 149 kelompok terbang (kloter).

“Hari ini, 13 Juli  2023 jamaah  gelombang I yang diberangkatkan ke Tanah Air dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah berjumlah 6.325 jamaah atau 17 kloter,” jelas dia.  

Sementara, rencana keberangkatan Jamaah dan petugas dari Tanah Suci ke Tanah Air pada Jumat (14/7/2023) besok berjumlah 8.093 orang yang terbagi dalam 21 kloter. “Jamaah yang wafat hingga tanggal 12 Juli 2023 pukul 24.00 Wib sebanyak 588 orang. Suhu di Madinah hari ini 30°C s.d. 44°C dan di Makkah berkisar antara 31°C s.d. 41°C,” kata Fauzin.

IHRAM

Banyak Jamaah Haji Indonesia Terkena Heatstroke

Jamaah haji terpapar heatstroke karena tidak menggunakan pelindung diri.

Jamaah haji Indonesia yang dirawat di RSAS yang berada di Mina Al Wadi kurang lebih ada 56 orang termasuk di Mina Azzasir. Sementara jamaah haji yang diobservasi di rumah sakit Mina ini ada 189 orang.

“Ini merupakan data hari kedua dari tanggal 28 Juni selama jamaah berada di Mina. Penyebab terbanyak itu penyakit heatstroke. Mereka rata-rata berusia di batas 55 tahun,” ungkap Kasi Kesehatan Satgas Mina Thafsin Alfarizi, Rabu (29/6/2023).

Thafsin menyebut, ada tiga jenis penyakit yang menyerang jamaah. Di antaranya, heatstroke sebanyak 39 jamaah, penyakit pernapasan sebanyak 19 orang, dan kelelahan 17 orang.  “Ini adalah penyakit tiga terbesar dari angka kunjungan pos pelayanan selama dua hari di Mina hingga pukul 10.00 ini,” ucapnya.

Tahfsin menjelaskan, jamaah haji heatstroke karena kena sengatan atau terpapar cukup lama panas tanpa menggunakan pelindung diri dan juga kurangnya cairan.

“Imbauan untuk melontar sebaiknya ikutilah aturan yang sudah diatur pemerintah Indonesia, jam-jam tertentu sehingga untuk kepadatan maupun cuaca apabila ada cuaca cukup panas menggunakan penutup kepala atau payung kemudian kaca mata,” katanya.

Selain itu, kata Thafsin, jangan lupa minum oralit dengan air sebanyak 300 ml sekali dalam sehari sebelum pergi. “Siapkan minum selama di perjalanan dan semprotan-semprotan yang mungkin bisa mengurangi dehidrasi selama melempar di jamarat. Ya itu jadi pemicu hit steoke,” katanya.

Untuk itu, Thafsin menyarankan agar jamaah yang tidak bisa melontar jumrah karena kondisi kesehatan sebaiknya dibadalkan saja.

IHRAM

Ini Dia Jamaah Haji yang Berisiko Kena Penyakit Jantung

Penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko.

Jumlah jamaah haji lanjut usia (lansia) tahun ini 66.943 orang dari total kuota reguler sebesar 210.680 orang atau mencapai 31,8 persen. Tingginya jumlah jamaah haji lansia tahun ini, menjadi perhatian PPIH Arab Saudi bidang kesehatan tahun 1444 H/ 2023 M.

Salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak dari jamaah haji adalah penyakit jantung. Hingga hari ke-25 penyelenggaraan ibadah haji, terdapat 42 dari 78 jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi disebabkan oleh penyakit jantung.

Penanggung Jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr. Muhaimin Munizu menyampaikan bahwa penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbid.

Muhaimin menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita berisiko terkena penyakit jantung. Dari segi usia, fenomena peningkatan jumlah jamaah haji lansia tahun ini, menjadi peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit jantung.

“Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung. Melalui Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) diketahui banyak jamaah haji lansia kita memiliki penyakit penyerta tersebut,” kata Muhaimin di Makkah, Ahad (18/6/2023).

Muhaimin menyampaikan bahwa ditemukan juga jamaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau dengan gagal jantung. Oleh karenanya jamaah haji dengan riwayat penyakit jantung dan faktor risiko, menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk dilakukan pemantauan terus menerus.

Selain faktor risiko, jamaah haji perlu mewaspadai faktor pencetus terjadinya gangguan akut pada jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung seperti aktifitas fisik yang melampaui kemampuan hingga menimbulkan kelelahan, istirahat yang kurang, dan ditambah dengan cuaca ekstrem.

“Banyak jamaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktivitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca melakukan tawaf atau sai,” jelas Muhaimin.

IHRAM

Jamaah Haji akan Tetap Dipantau Kesehatannya di Tanah Air, Ini Alasannya

Jamaah haji yang dinyatakan sehat saat kedatangan ke Indonesia tetap akan dipantau kesehatannya. Jamaah dipantau di daerah masing-masing selama 21 hari oleh dinas kesehatan masing masing.

“Apabila selama pemantauan ada gangguan kesehatan, diharapkan agar segera melapor ke faskes setempat,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr  Budi Sylvana, MARS, Kamis (14/7/2022). 

Pemantauan ini dimaksudkan sebagai deteksi dini terhadap penyakit menular, diantaranya adalah Covid-19, Mers-Cov, Meningitis, polio, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan public health emergency of international concern (PHEIOC). 

Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No. HK.02.02/C/2782/2022 Tentang Pemeriksaan dan Pengawasan Jamaah Haji di Embarkasi dan Debarkasi 

Jamaah haji akan dibekali dengan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah haji (K3JH). Selama 21 hari masa pemantauan, apabila terdapat demam atau gejala sakit lainnya maka jamaah yang sakit segera ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat dengan membawa K3JH. 

“Tentunya selama 21 hari jika timbul gejala sakit, jamaah harus segera lapor dan berobat ke fasilitas kesehatan terdekat dengan membawa K3JH,” jelasnya. 

Apabila dalam kurun waktu 21 hari gejala penyakit tidak muncul, maka jamaah tetap diminta untuk menyerahkan K3JH kepada puskesmas terdekat. Budi juga mengingatkan jamaah haji agar tetap menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), seperti istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi, dan jaga kebersihan diri setibanya jamaah di kampung halaman dan selama proses pemantauan kesehatan. “Untuk memastikan jamaah tetap sehat sekembalinya ke Tanah Air,” ujar budi. 

Nantinya, setibanya jamaah haji di Bandara Internasional (debarkasi) maka akan langsung dilakukan skrining kesehatan berupa pengecekan suhu melalui thermal scanner dan thermal gun, tanda dan gejala serta melakukan observasi terhadap jamaah di asrama haji debarkasi. 

Apabila didapati jamaah dengan gejala demam atau menunjukkan potensi penyakit menular, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan test antigen. Selanjutnya, bila hasil reagen menunjukkan reaktif, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

Selain skrining kesehatan, Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan posko kesehatan di bandara untuk pelayanan rawat jalan, emergency, dan rujukan. 

Selain itu juga menyediakan mobil ambulans dan tenaga medis sebagai antisipasi terhadap penyakit menular. Kemenkes juga menyiapkan sistem surveilans kesehatan terhadap jamaah haji Indonesia yang tiba di Tanah Air besama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.  

IHRAM

Jamaah Haji yang Segera Pulang Diingatkan Disiplin Prokes

Jamaah haji yang segera kembali pulang ke Tanah Air diingatkan agar tetap menjaga protokol kesehatan mengingat ibadah haji 2022 dilaksanakan dalam periode kesiapsiagaan terhadap Covid-19.

“Ingat masker tidak hanya melindungi kita dari Covid-19, melainkan juga dari potensi penularan penyakit lainnya,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana, Rabu (13/7/2022).

Khusus kepada jamaah haji gelombang pertama yang akan segera pulang ke Indonesia, diminta untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan, apalagi terjadi peningkatan kasus di Tanah Air. Jamaah haji gelombang pertama akan mulai bertolak ke Tanah Air pada 15 dan 16 Juli 2022 melalui Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.

Bagi jamaah haji yang akan menuju Madinah juga diimbau tetap disiplin prokes. Selain itu, juga jangan lupa minum air jangan tunggu haus dan selalu menggunakan APD terutama saat beraktivitas di luar pemondokan yang untuk menghindarkan jamaah dari kelelahan dan dehidrasi.

“Ingat kelelahan dan dehidrasi dapat memicu munculnya penyakit lainnya,” tambah Budi.

Dia menjelaskan, setelah puncak haji di Arafah, Muzdhalifah dan Mina (Armuzna) terjadi pergeseran tren penyakit jamaah haji. Hingga Selasa (12/7/2022 tercatat sebanyak 14.962 jamaah haji mengalami batuk pilek, menggeser hipertensi ke posisi kedua dengan 12.720 kasus. Sementara posisi ketiga ditempati oleh penyakit saluran pernafasan sebanyak 6.785 kasus dan nyeri otot di posisi keempat dengan 5.272 kasus.

IHRAM

Tips Mengatasi Luka dan Kelelahan Otot untuk Jamaah Haji

Muslim dari seluruh dunia pergi ke Makkah setiap tahun untuk melakukan haji, salah satu dari Rukun Islam. Setiap Muslim dewasa berbadan sehat yang mampu secara finansial membayar perjalanan harus melakukan haji setidaknya sekali seumur hidup.

Ratusan ribu jamaah sedang mempersiapkan perjalanan haji seumur hidup. Untuk menghindari penyakit dan infeksi selama haji, jamaah haji harus mematuhi berbagai tips dan pedoman kesehatan. Di bawah ini adalah beberapa tips yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan di Arab Saudi untuk jamaah haji sebelum memulai perjalanannya.

Kebersihan diri

1. Saat batuk atau bersin, gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung atau gunakan lengan jika tidak menemukan tisu.

2. Pastikan untuk memakai masker dan tidak bersentuhan dengan siapa pun yang menunjukkan gejala pernapasan.

3. Kenakan pakaian bersih untuk menghindari pengelupasan kulit.

Luka karena panas dan infeksi

Sunstroke atau sengatan panas adalah keadaan darurat medis yang harus ditangani sesegera mungkin dengan cara:

1. Melepas pakaian luar dan mendinginkan tubuh dengan air, terutama area kepala dan leher.

2. Paparan sumber udara, seperti AC atau kipas angin.

3. Memberikan cairan pasien dan pergi ke fasilitas kesehatan terdekat

4. Pindahkan pasien ke tempat yang dingin. Meminta layanan darurat

Stres Otot

Stres otot terjadi sebagai akibat dari kebugaran fisik yang buruk, kelelahan yang berlebihan dan gerakan kekerasan. Metode untuk mengobati kelelahan otot:

1. Kompres area yang terkena untuk menghilangkan rasa sakit

2. Menggunakan kursi roda jika Anda menderita kelelahan otot dan minum obat penghilang rasa sakit

3. Dinginkan area yang terkena untuk menghilangkan rasa sakit

IHRAM

Sebanyak 63,25 Persen Jamaah Haji Indonesia Risiko Tinggi

Sudah ada 99 kelompok terbang (kloter) yang tiba di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA). Data tersebut hasil rekap dari tim promosi kesehatan (Promkes), pada Jumat (17/6) pukul 14.00 WAS.

“Dari 99 kelompok terbang (kloter) yang sudah tiba di Bandara AMAA ada 39.125 jemaah dengan persentase jemaah risti 63,25 persen,” kata anggota Promkes dr Aris Yudhariansyah, Ahad (19/6/2022). 

Aris mengatakan, berdasarkan deteksi dini tim promosi kesehatan sudah memberikan penyuluhan kepada 2.343 jamaah haji. Tim promkes sudah menemukan ada 269 kasus panyakit yang dialami jamaah haji. 

“Dari 269 kasus ini, lima sampai empat kasus adalah gangguan kardiovaskuler sementara satu kasus dari penyakit degeneratif lain seperti diabetes dan hipertensi,” katanya. 

Aris menyarankan, bagi jamaah yang mempunyai penyakit-penyakit yang termasuk dalam golongan risiko tinggi di Tanah Air bisa lebih mempersiapkan dirinya terkait dengan upaya kesehatannya. Jadi peran dokter pemeriksa awal mulai dari Puskesmas di daerah itu harusnya lebih lebih ketat lagi. 

“Sehingga riteria risiko tinggi itu sudah disematkan dan sudah diobservasi sejak pemeriksaan pertama kesehatan jemaah haji,” katanya. 

Aris mengatakan, ketika jamaah dilakukan pemeriksaan oleh dokter di embarkasi, maka hasilnya tinggal final cek kesehatan saja berdasarkan hasil medical record yang sudah didapat dari daerah.

Dokter juga bisa menambah pemeriksaan terhadap keluhan-keluhan jamaah saat menjelang keberangkatan. “Berdasarkan pemeriksaan free flight itu bisa diputuskan dengan cepat ini jamaah haji layak atau tidak layak melakukan perjalanan ke Arab Saudi,” katanya.   

IHRAM

Tips Sehat Bagi Jamaah Haji Pengidap Diabetes

Jumlah kunjungan jamaah haji Indonesia di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah sampai hari Selasa (14/6/2022) sebanyak 77 kunjungan. Dari jumlah tersebut kasus terbanyak didominasi oleh penyakit kencing manis atau diabetes melitus dan komplikasi.

Dokter Umar Muhammad spesialis penyakit dalam menyarankan bagi jamaah haji yang menderita penyakit diabetes melitus dan komplikasi, kadar gula harus konsultasi sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Konsultasi gula darah bisa dilakukan di puskesmas setempat atau datang ke dokter spesialis penyakit dalam.

“Sangat penting bagi jamaah untuk mengontrol gula darahnya bagi penderita diabetes,” kata dr Umar Muhammad saat diminta sarannya, tips haji sehat bagi jamaah penderita penyakit dalam, di KKHI Madinah, Selasa (14/6/2022).

Umar menyarankan, bagi jamaah haji yang memiliki penyakit diabetes yang menggunakan obat oral diabetes, maka jamaah bisa konsultasi ke dokternya untuk penyesuaian obat. Apabila belum terkontrol kadar gula maka mintalah agar dokter yang biasa tempat berkonsultasi untuk penyesuaian dosis.

Saran lain, sebelum berangkat ke Tanah Suci, maka jamaah haji ini harus mempersiapkan keperluan obat-obatannya yang harus dibawa. Seperti mempersiapkan alat cek gula sendiri.

“Jadi alat-alat cek gula sendiri ini sebaiknya dibawa sampai proses haji di tanah suci,” katanya.

Apabila dia menggunakan obat insulin maka persiapkanlah alat ini yang bisa dibawa pada proses ibadah haji. Jamaah haji harus bertanya ke dokternya untuk penyesuaian dosis insulin.

“Jamaah perlu mengetahui bahwa di tanah suci suhunya panas, maka perlu diperhatikan cara penyimpanan insulin selama proses haji,” katanya.

Umar mengatakan, selain melakukan konsultasi sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, jamaah juga harus melakukan aktivitas rutin dengan berolahraga. K Kemudian mengatur pola makannya, terutama mengurangi konsumsi gula.

“Kemudian konsumsi cukup air putih supaya selain kadar gula yang terkontrol juga membantu metabolisme tubuh bagi penderita diabetes. Maka penting sekali minum jangan tunggu haus,”katanya.

IHRAM

Jamaah Haji Indonesia Diimbau Antisipasi Cuaca Panas di Tanah Suci

Pada puncak pelaksanaan haji diperkirakan suhu panas mencapai 49 derajat Celcius.

Kepala Sub-direktorat Bina Petugas Haji Kementerian Agama, Suvianto, mengimbau jamaah haji Indonesia mengantisipasi efek cuaca panas di Tanah Suci pada masa pelaksanaan ibadah haji tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi. Dia mengatakan, pada puncak pelaksanaan ibadah haji suhu udara di Tanah Suci diprakirakan mencapai 48 sampai 49 derajat Celsius, karenanya jamaah haji perlu menjaga kondisi tubuh dengan mengatur aktivitas dan memperhatikan konsumsi air minum.

“Perlu diketahui juga puncak ibadah bulan Juli, musim panas, jangan terlalu banyak aktivitas, karena ada puncak ibadah. Jangan banyak aktivitas di luar, banyak air minum,” katanya di Jakarta, Sabtu (21/5/2022).

Selain mengatur aktivitas, ia mengatakan, anggota jamaah haji disarankan menerapkan pola hidup sehat agar tubuh tetap bugar sebelum puncak ibadah haji, wukuf di Arafah. Kementerian Kesehatan mencatat angka kematian jamaah haji Indonesia dalam 10 tahun terakhir tercatat dua orang per mil atau per seribu dan kelelahan termasuk salah satu faktor yang menyebabkan kematian anggota jamaah haji.

Karena itu, anggota jamaah haji diimbau memperhatikan kondisi tubuh selama menunaikan ibadah di Tanah Suci agar tidak sampai kelelahan dan jatuh sakit. Pemerintah Indonesia mendapat kuota memberangkatkan 100.051 orang ke Tanah Suci di Arab Saudi pada musim haji 2022.

Kuota jamaah haji 2022 mencakup 92.825 orang anggota jamaah haji reguler, 7.226 orang anggota jamaah haji khusus, dan 1.901 orang petugas. Jamaah haji dalam kelompok terbang pertama menurut jadwal diberangkatkan ke Kota Madinah di Arab Saudi pada 4 Juni 2022.sumber : Antara

khazanah republika

Rangkaian Persiapan Kesehatan Haji 2022

Pusat Kesehatan Haji telah membuat project planning atau persiapan kesehatan haji tahun 1443H/2022M. Rencana ini dibuat setelah Arab Saudi pada 9 April lalu resmi mengumumkan siap menyelenggarakan ibadah haji tahun ini dengan 1 juta kuota.

“Bayangkan betapa hectic nya kita. Tidak mudah menyiapkan persiapan kesehatan haji dalam waktu yang sangat singkat ini,” Kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana pada Republika setelah penutupan pembekalan PPIH Arab Saudi gelombang pertama belum lama ini.

Budi bersyukur meski sangat singkat, Pusat Kesehatan Haji telah berhasil melakukan persiapan. Dengan sudah dilakukan persiapan sebelumnya, Pusat Kesehatan Haji tahu apa yang harus dilakukan ketika ada kepastian penyelenggaraan ibadah haji dari Arab Saudi.

“Alhamdulillah meski waktu persiapan sangat singkat kita sudah memetakan apa yang akan kita lakukan di sana,” ujarnya.

Berdasarkan Flyer Project Planning Operasional Kesehatan Haji 2022 yang sudah diterbitkan di media sosial Pusat Kesehatan Haji. Project pertama dimulai pada 25-26 April dengan agenda Integrasi renops ke dalam materi pelatihan integrasi, pada 26- 27 April membuat SK Lab PCR jamaah haji reguler dan Juknis PCR,  tanggal 27 dilakukan training technical meeting dengan Lakespra. 

Setelah itu,  pada tanggal 29 April sampai tanggal 9 Mei dibuat logistik preparedness dan konsolidasi internal, tanggal 10-13 Mei dilakukan training PPIH kesehatan angkatan I, tanggal 13-15 Mei training PPIH kesehatan angkatan II, tanggal 13-14 Mei dilakukan pencatatan dan pelaporan obat perbekes.

Pada tanggal 16-22 Mei training integrasi PPIH, tanggal 16-17 Mei dilakukan vaksinasi meningitis PPIH, tanggal 23-25 Mei training PPIH Kesehatan Angkatan lll, tanggal 16-30 Mei training integrasi kloter (TKH) dan pengurusan dokumen penugasan, tanggal 26 Mei pemberangkatan tim advanced, tanggal 30 Mei pemberangkatan PPIH Madinah, Tim Mobile Bandara dan Tim Promosi Kesehatan.

Dihubungi terpisah, anggota panitia penyelenggara ibadah haji Arab Saudi dari Pusat Kesehatan Haji Dian Septika Sari mengatakan, tim advance yang berangkat pada tanggal 26 mei ini di antaranya Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana didampingi para koordinator tim.

“Di tim advance ini ada Pak Kapus Budi Sylvana dan para Koordinator tim. Setelah itu tanggal 30 Mei tim PPIH Madinah, Tim Mobile Bandara dan Tim Promosi Kesehatan diberangkatkan dan menyusul pada 8 Juni tim PPIH Makkah berangkat,” katanya.

Dian Septika mengatakan ada tujuh tim dalam penyelenggaraan haji tahun ini yang telah dibentuk Budi Sylvana. Di antaranya:

1. Tim Surveilans. 

Tim ini bertugas menyediakan hasil analisis terhadap data pelayanan kesehatan dan memberikan informasi tentang hasil pelayanan kesehatan jemaah haji baik tingkat kloter, sektor, daerah kerja dan Arab Saudi.

2. Emergency Medical Team (EMT).

Tim ini bertugas memperkuat penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan deteksi dini kegawatdaruratan, emergency response, evakuasi dan rujukan jamaah, dan pencatatan pelaporan.

3. Tim Promosi Kesehatan (Promkes).

Tim ini bertugas memberikan pelayanan dalam bentuk promosi kesehatan(Health Promotion), Perlindungan khusus (Spesific Protection), Diagnosa dini dan Pengobatan yang cepat dan tepat (Early diagnostic & Prompt treatment).

4. Tim Mobile Bandara (TMB). 

Tim ini bertugas melakukan inspeksi, intervensi dan rekomendasi kesehatan lingkungan di Daker Makkah, Madinah dan Bandara.

5. Tim Sanitasi dan Food Security.

Tim ini bertugas menjamin ketersediaan logistik dari tingkat kloter, sektor, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Makkah dan Madinah.

6. Tim logistik dan bekal kesehatan.

Tim ini bertugas menyediakan pelayanan deteksi dini kegawatdaruratan, tatalaksana kegawatdaruratan, mempercepat proses rujukan dan evakuasi terhadap jemaah yang mengalami gangguan kesehatan di bandara serta melaksanakan promotive preventif pada Jemaah Haji yang baru tiba di Arab Saudi pada fase pra armuzna dan yang akan meninggalkan Arab Saudi pada fase pasca Armuzna , pada fase Armuzna TMB memberikan pelayanan emergensi, rujukan dan evakuasi di pos kesehatan Arafah.

7.Tim Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Tim ini bertugas memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu,  menyeluruh dan berkesinambungan yang didukung oleh manajerial, medical service dan medical support.

Dian mengatakan, PPIH Madinah itu terdiri dari tim KKHI Madinah, tim EMT Madinah,Tim Sanitasi dan Food and Security Madinah, Tim Surveilans Madinah dan Tim logistik dan Bekal Keesehatan Madinah. Sementara PPIH Makkah itu terdiri dari Tim KKHI Makkah, Tim EMT Makkah,Tim Sanitasi dan Food and Security Makkah, Tim Surveilans Makkah dan Tim logistik dan Bekal Kesehatan Makkah. 

“Berapa jumlah personil masing-masing tim di Makkah dan Madinah masih menunggu SK,” katanya.

Sesuai draft rencana operasional (Renops) penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2022 yang diterbitkan Pusat Kesehatan Haji, masing-masing tim memiliki rencan oprasional di lapangan. Semisal rencana operasional surveilans di lapangan.

Konsep operasional kerja tim surveilans adalah memperkuat penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji dengan menyediakan hasil analisis terhadap data pelayanan kesehatan dan memberikan informasi tentang hasil pelayanan kesehatan jamaah haji.  Pemberian informask ini dilakukan baik tingkat kloter, sektor, daerah kerja dan Arab Saudi secara menyeluruh.

Kegiatan Surveilans dilakukan melalui proses pengumpulan data, pengolahan data dan penyebaran informasi terkait upaya promotif, preventif, pelayanan kuratif rehabilitatif, upaya emergency, penyelenggaraan sanitasi, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, dan penanggulangan penyakit menular. 

Jejaring kerja dalam bentuk koordinasi dan teknis pelaporan kegiatan dengan Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter, Emergency Medical Team (EMT), Tim Promosi Kesehatan, Tim Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Tim Mobile Bandara, Tim Sanitasi dan Food Security, serta PPIH Arab Saudi dari Kementerian Agama.

Hasil pengolahan data dan analisis surveilans didokumentasikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan/atau gambar. Selanjutnya digunakan sebagai laporan untuk dijadikan bahan pertimbangan tindak lanjut dalam penyelenggaraan kesehatan haji.

Agar rencana operasional dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dilaksanakan tahapan kegiatan sebagai berikut. 

1. Tahap perencanaan.

a. Membuat rencana operasional surveilans berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji tahun sebelumnya. 

 b. Menjelaskan kepada petugas tentang rencana kerja operasional (RKO) yang telah dipersiapkan sejak di Indonesia pada saat pelatihan Kompetensi dan pembekalan Integrasi. 

2. Tahap persiapan: 

a. Gelar rencana operasional kegiatan surveilans sesuai dengan kebijakan pimpinan. 

b. Menyiapkan alat pengolah data, sistem pencatatan dan pelaporan elektronik melalui Siskohatkes, jaringan internet, media komunikasi, mesin cetak, alat tulis dan formulir pencatatan dan pelaporan manual sesuai kebutuhan serta pembagian personil per daerah kerja sesuai penugasan.

c. Mempelajari data dukung regulasi dan kondisi terkini penyakit yang sedang berjangkit, faktor internal dan eksternal Arab saudi yang akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian. 

d. Membuat peta lokasi pemukiman jemaah dan peta kegiatan.

3. Tahap Pelaksanaan.

a. Melakukan pengamatan terus menerus terhadap masalah kesehatan Jemaah Haji; b. Melakukan pengumpulan data secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan data Kesehatan dari sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan (siskohatkes), pengolahan, analisa, interpretasi data, dan rekomendasi.

c. Melakukan diseminasi informasi data.

d. Melakukan verifikasi rumor masalah kesehatan.

e. Membuat laporan kejadian khusus, seperti peningkatan kasus masalah kesehatan.

f. Membuat laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji, yang setidaknya meliputi jumlah jemaah haji sakit, jenis penyakit, jumlah jemaah wafat dan penyebab wafat. 

4. Tahap pengakhiran.

a. Evaluasi penyelenggaraan surveilans.

b. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan surveilans 

Tujuan dan sasaran operasional:

a. Menurunkan angka kesakitan (morbiditas) Jemaah haji pada penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2022 M/1443 H. 

b. Menurunkan angka kematian (mortalitas) Jemaah haji pada penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2022 M/1443 H.

IHRAM