Disebutkan oleh sejumlah peneliti, Nabi Ismail AS adalah orang pertama yang membangun Kota Makkah dengan berbagai macam peradabannya. Mereka mengatakan, bangsa Arab adalah keturunan Nabi Ismail AS. Karena itu, mereka merupakan suku bangsa tertua di dunia.
Hal ini juga diakui oleh Sayyid Muzaffaruddin Nadvi dalam bukunya A Geographical History of the Qur’an (Sejarah Geografi Alquran). Nadvi menyebutkan, bangsa Arab adalah bangsa yang tua. Saking tuanya, tak banyak sejarah menuliskannya.
Kota Makkah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas dan terletak di tengah padang pasir. Bukit-bukit mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya, hanya ada tiga jalan untuk keluar dan masuk ke Makkah, yakni Yaman, Laut Merah, dan jalan yang menuju Palestina.
Ribuan tahun lalu, lembah Makkah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan kabilah dagang (perekonomian), baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya.
Menurut Prof William Montgomery Watt dalam karyanya yang bertajuk The Historical of Muhammad, perekonomian Makkah pada waktu itu sudah tergolong maju dan kaya.
Begitu ramainya perdagangan itu, Kota Makkah dijuluki sebagai jalur sutra. Ptolemaeus, ahli astronomi dan geografi asal Yunani, menyatakan, pada abad ke-2, Kota Makkah dalam sejarah lama disebut dengan ”Macoraba”.
Dalam kitab Perjanjian Lama dan karya-karya sastra klasik, bangsa Arab sudah ada sejak zaman dahulu (purba). Sejumlah penelitian arkeologi dan dalam karya sastra Eropa telah disinggung hasil bumi dan pertanian bangsa Arab, seperti pujangga Inggris William Shakespeare (1564-1616 M) dan penyair Inggris Milton (1608-1674 M).
Ini menunjukkan, pada zaman dahulu, bangsa Arab dan Makkah khususnya telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai sebuah bangsa yang terkenal akan kejayaannya.