Salah Paham, Makna Sebaik-Baik Bekal Adalah Takwa

Sudah sering kita mendengar tentang sebaik-baik bekal adalah takwa di setiap pengajian yang kita datangi. Orang tua pun akan mengajarkan kepada setiap anaknya tentang sebuah bekal adalah ketakwaan. Namun, apakah memang takwa adalah bekal yang sebenarnya yang harus kita miliki? Kutipan mengenai takwa disampaikan oleh Allah Swt ketika dulu orang-orang Yahudi melaksanakan ibadah haji ke Baitullah di Makkah tanpa membawa bekal apapun. Mereka, berpegang teguh akan keyakinanya kepada Allah Swt, bahwa apabila mereka dalam kesusahan Allah Swt akan menolong. Karena, mereka berprinsip bahwa ibadah haji adalah ibadah untuk Allah Swt. Oleh demikian, mereka merasa cukup dengan tawakkal. Tidak membawa bekal untuk kebutuhan hidup selama perjalanan, pelaksanaan haji, dan perjalanan pulang. Hal tersebut, dijelaskan dalam Qs. Al-Baqarah ayat 197.

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: “(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan,  Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Pemahaman tentang tawakal yang keliru, membuat mereka menjadi peminta-minta kepada para musafir untuk bertahan hidup.  Padahal Allah sangatlah melarang hamba-hambanya untuk menjadi seorang peminta-minta yang tersampaikan dalam Qs. al-Baqarah ayat 273.

لِلْفُقَرَاۤءِ الَّذِيْنَ اُحْصِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِى الْاَرْضِۖ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ اَغْنِيَاۤءَ مِنَ التَّعَفُّفِۚ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمٰهُمْۚ لَا يَسْـَٔلُوْنَ النَّاسَ اِلْحَافًا ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ࣖ

Artinya: “(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

Turunya ayat ini, sebagai salah satu balasan dan pemberitahuan kepada orang-orang Yahudi yang melaksanakan Haji dan bertahan hidup dengan cara meminta-minta. Sudah sangat jelas bahwa terdapat kekeliruan terhadap makna sebaik-baik bekal adalah takwa. Memang ketakwaan sangatlah penting, tetapi makna bekal bukan hanya ketakwaan kepada Allah Swt. Tetapi sebaik-baik bekal yang dibawa untuk bertahan hidup itulah disebut ketakwaan. Bahkan, sikap yang tidak membawa bekal dikritik oleh al-Qur’an, kemudian al-Qur’an menegaskan bahwa membawa bekal itu sangat penting. Jadi, yang dimaksud dengan takwa di sini adalah menjaga diri dari hal meminta-minta.

Demikianlah, dalam al-Qur’an Allah Swt menyatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa. Maksudnya adalah sesuatu yang dapat membantu orang yang sedang berhaji terjaga dari tindakan meminta-minta. Karena, sesungguhnya meminta-minta adalah tindakan yang merendahkan martabat diri sendiri. Bertakwa merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh semua umat manusia kepada Allah Swt, yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, pemaknaan tersebut terdapat dalam penjelasan ayat lain, antara lain Qs. al-Imran ayat 102.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Makna yang sama juga terdapat dalam Qs. at-Taubah ayat 119.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!.”

Marilah kita bertawakkal kepada Allah Swt dan menjadi hamba yang dijauhi akan tindakan yang tidak disukai oleh-Nya. Oleh karena itu, makna bekal yang sesungguhnya adalah membawa sesuatu yang tidak membawa kita kepada perilaku meminta-minta. Dengan membawa bekal yang dibutuhkan, itu sudah termasuk perilaku takwa.

ISLAMKAFFAH