Ketika Anggota Tubuh Saling Ucapkan Salam Jelang Kematian

Anggota tubuh akan mampu berbicara kelak pada hari kiamat

 Tidak ada yang bisa mengelak dari kematian. Kendati pun seseorang bersembunyi di tempat paling aman di muka bumi, ketika ajalnya tiba orang tersebut pasti mati juga. 

Mengingat kematian sangat penting bagi setiap orang agar tidak lupa bahwa hidup di bumi tidak kekal. Akan ada alam lain yang menjadi tempat tinggal kekal dan balasan dari setiap amal yang dikerjakan. 

Jika dipelajari, banyak hikmah yang bisa diambil oleh orang yang hidup ketika menyaksikan proses kematian pada seorang anak adam. Pada umumnya kita mendapati seseorang yang tengah menghadapi kematian  maka pada setiap bagian tubuhnya akan mengalami dingin perlahan. Umumnya ini terjadi pada bagian kaki dan terus naik ke atas. 

Sejatinya dalam banyak hadits, Rasulullah SAW telah menjelaskan tanda-tandanya orang yang akan mengalami mati, bahkan dijelaskan keadaan yang berbeda dialami antara seorang mukmin dan Kafir ketika menghadapi mati. 

Tapi dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang fenomena luar biasa yang terjadi pada setiap bagian tubuh ketika mati. Di mana setiap bagian tubuh akan saling mengucapkan salam perpisahan para bagian tubuh lainnya ketika ruh meninggalkan.

Hal ini sebagaimana keterangan Rasulullah SAW dalam wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib. Keterangan ini juga dapat ditemukan pada kitab Washiyat Al-Musthafa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi’i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syaran.

يَا عَلِيُّ، إِذَا كَانَ الْإِنْسَانُ فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ فَإِنَّ مَفَاصِلَهُ تُسَلِّمُ عَلَى بَعْضٍ تَقُوْلُ السَّلَامُ عَلَيْكَ فَإِنِّيْ مُتُّ وَكَذَا الشَّعْرَةُ الْبَيْضَاءُ عَلَى الشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ

“Wahai Ali, jika manusia itu sedang dalam sakaratul maut, maka persendian-persendiannya mengucapkan salam perpisahan kepada yang lainnya. Masing-masing mengucapkan: Salam untukmu, maka sesungguhnya aku mati,” Demikian pula rambut yang putih memberikan salam kepada rambut yang hitam.        

KHAZANAH REPUBLIKA

Kala Manusia Tak Menyadari Didatangi Malaikat Maut

BETAPA sering malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam waktu 24 jam sebanyak 70 kali. Seandainya manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lupa untuk mengingat mati.

Tetapi oleh karena malaikat maut adalah makhluk gaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikatul maut.

Coba kita lihat 1 hari=24 jam=1440 menit. 1440 menit/70 kali malaikat melihat kita=20.571 menit, itu berarti Sang pencabut nyawa menziarahi kita setiap 21 menit.

Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah bersabda:

“Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang bergelak-ketawa. Maka berkata Izrail: Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak ketawa.”

Seorang sahabat pernah bertanya: “Wahai Rasululloh, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab: “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling: baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” {HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)

Semoga bisa menjadi asbab hidayah. [AllAboutIslam]

INILAH MOZAIK

Jangan Biarkan Sendiri Orang yang Sakaratul Maut

Sakaratul maut  adalah saat genting. Setan tidak akan pernah berhenti menggoda kita hingga di akhir hayat kita. Orang yang sedang mengalami sakaratul maut seharusnya jangan ditinggalkan seorang diri. Dia harus ditemani. Apabila sedang di rumah sakit, pihak rumah sakit seharusnya memberikan kelonggaran atau izin agar pasien yang mengalami sakaratul maut untuk ditemani.

Orang yang sedang sakaratul maut mengalami puncak tertinggi godaan setan. Tujuannya agar manusia tersebut keluar dari keyakinan Islam alias murtad. Makanya tak boleh ditinggalkan, terus lakukan talqin, menanamkan kalimat “Laa ilaaha illallah”. Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah.

Berikan pemahaman yang sedang ditalqin bahwa ia adalah orang yang baik. Berikan rasa optimisme yang tinggi kepadanya. “Bapak adalah orang yang baik. Ahli sedekah. Insya Allah akan mendapatkan rahmat ya, Pak!” Dan kalimat sejenisnya.

Kalimat-kalimat motivasi itu untuk menjegal dari bisikan-bisikan setan ketika orang itu akan meninggal dunia.

Sebuah riwayat yang diceritakan Nabi Muhammad SAW. tentang seorang sahabat yang sakaratul maut saat dalam jihad fii sabilillah. Lalu sahabat tersebut tidak kuat menghadapi bisikan, tidak kuat menahan rasa sakit, ia melihat sebilah pedang di sampingnya. Diraih pedang itu, ditusukkan dirinya berkali-kali. Tidaklah ia meraih pedang itu kecuali menerima bisikan ke hatinya sampai ia menusuk dirinya berkali-kali.

Dari situ ulama menyampaikan sesungguhnya setan itu ada sampai detik-detik kematian kita. Perlu digarisbawahi: jangan sekali-kali meninggalkan orang yang sakaratul maut.

Memang tidak tega melihat orang yang merintih kesakitan di ujung hayatnya. Tapi harus ditega-tegakan. Tahan dadanya tahan tangisnya. Apabila aturan rumah sakit tidak membolehkan kerabat atau kita untuk menemani, sebaiknya pasien dibawa pulang agar kita bisa menemani akhir hayatnya. Daripada tidak boleh ada yang menemaninya di akhir hayat dan tidak ada yang mentalqin.

Di situ puncak gentingnya. Karena menjaga keimanan hingga akhir hayat itu tidak gampang.

…Wala tamutunna illa wa antum muslimun. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali ‘Imron: 102)

Menjaga diri agar tetap beragama Islam saat sakaratul maut tidaklah mudah. Kecuali para kerabat atau kita ikut berupaya menjaga si sakaratul maut hingga meninggal dunia. Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah]

Mendoakan Orang Mati

Setiap makhluk hidup pasti akan mati, tidak terkecuali manusia. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS Ali’Imran [3]: 185).

Jika kematian sudah tiba, tak ada seorang pun yang dapat bersembunyi atau lari darinya. Allah SWT berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh.” (QS an-Nisa’ [4]: 78).

Jika manusia sudah mati, tak ada lagi amal saleh yang bisa dilakukan. Apakah dengan demikian ia benar-benar terputus dari pahala? Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka.” (HR Ad-Dailami).

Pada hadis di atas ditegaskan bahwa orang yang sudah mati sesungguhnya masih bisa menerima kiriman pahala berupa doa-doa kebaikan yang dilantunkan oleh sanak keluarga atau teman-teman yang khusus ditujukan untuknya.

Digambarkan, ia begitu gembira dengan kiriman doa tersebut melebihi kegembiraan mendapatkan kekayaan sebesar dunia beserta isinya.

Dalam hadis lain ditegaskan bahwa orang yang telah mati, tetap bahkan terus-menerus mendapatkan pahala dari beberapa hal, yaitu dari amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara, yaitu sedekah yang mengalir atau ilmu pengetahuan yang dapat diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakan padanya.” (HR Muslim).

Seperti disebutkan pada hadis di awal, doa untuk orang mati yang sangat diharapkan adalah doa istighfar atau permohonan ampunan. Dalam hadis lain dikatakan, Utsman bin Affan menuturkan, apabila Rasulullah SAW telah selesai menguburkan jenazah, beliau bersabda, “Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian ini, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya.” (HR Abu Dawud).

Tidak hanya menyuruh, beliau juga melakukannya langsung. Disebutkan, beliau berdoa untuk orang-orang yang mati lalu dikuburkan di permakaman Baqi Gharqad, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang dikuburkan di Baqi Gharqad.” (HR Muslim).

Di hadis lain, beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang masih hidup di antara kami, dan juga orang-orang yang telah meninggal di antara kami.” (HR At-Tirmidzi).

Doa istighfar untuk mayat ini terutama penting disampaikan oleh sanak keluarganya karena merekalah yang paling dekat, baik secara nasab maupun hubungan sosial.

Di samping itu, ini merupakan bentuk nyata kukuhnya ikatan kekeluargaan (silaturahim) di antara mereka. Jadi, ikatan itu tidak pernah terputus meskipun kematian memisahkan alam mereka. Ikatan itu akan tetap ada selamanya. Wallahu A’lam. 

 

Oleh: Nur Faridah

sumber: Republika Online