Sang Legenda, Muhammad Ali

Muhammad Ali yang nama lahirnya adalah Cassius Marcellus Clay, Jr, lahir 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Ia lahir dari keluarga kulit hitam yang miskin. Di saat isu rasial begitu menyeruak.

Saat ia sedang bermain di tempat olahraga di Kentucky, seseorang mencuri sepedanya. Ia benar-benar jengkel dengan pencuri itu dan mengancam akan menghajarnya hingga remuk. “Akan kuhajar hingga hancur dan kupukuli hingga terluka parah, kalau ia ditemukan,” kata anak kurus tinggi itu di hadapan polisi. Polisi tidak menanggapi serius amarah si anak. Mereka malah mengatakan, kalau mau menghajar orang sampai babak belur, ya belajar tinju dulu. Kejadian inilah yang mengubah kehidupannya. Ali mulai latihan tinju pada tahun 1954, saat itu ia baru berusia 12 tahun.

Menjadi Petinju Profesional

Muhammad Ali memulai debut profesionalnya di dunia tinju pada tahun 1960. Setelah memenangkan mendali emas di Olimpiade Roma. Saat itu ia tengah menginjak usia 18 tahun. Pada tahun 1964, dunia dikejutkan dengan kemenangan Ali atas Sonny Litson. Ali, pemuda 22 tahun yang tidak dikenal dan sama sekali tak diunggulkan, bahkan diprediksi akan mati di atas ring karena mulut besarnya yang mengejek Litson, berhasil mengalahkan petinju yang menakutkan.

Kemenangan Ali atas Sonny Litson menjadikannya seorang bintang. Dan karirnya terus melesat. Ia menjadi idola dan pahlawan bagi pemuda kulit hitam Amerika.

Di puncak karirnya tahun 1966, Ali menolak bergabung di pasukan Amerika dalam Perang Vietnam. Konsekuensinya izin bertandingnya di cabut di semua negara bagia Amerika dan paspornya dicabut. Selama 4 tahun (1967-1970), dari umur 25 tahun hingga 29 tahun, Muhammad Ali tidak melakukan satu pun pertandingan tinju professional.

Pada tahun 1970, Ali kembali mendapatkan izin bertanding. Pertandingan perdananya setelah ‘pengasingan’ adalah menghadapi Oscar Bonavena. Ali berhasil meng-KO Oscar dalam pertandingan itu. Kemenangan ini membawanya pada pintu kejayaan kembali dengan menantang juara dunia Joe Frazier. Pertandingan dua juara dunia yang kala itu digadang sebagai Fight of the Century. Dalam pertandingan ini Ali dipaksa menerima kekalahan professional pertamanya. Pada pertemuan berikutnya Ali berhasil mengalahkan Frazier.

Pada tahun 1974, Muhammad Ali kembali menyabet gelar juara dunia setelah berhasil mengalahkan George Foreman.

Karir tinju profesionalnya mencatatkan rekor 57 kali menang, 37 di antaranya menang dengan KO.

Memeluk Islam

Muhammad Ali mengumumkan keislamannya pada tahun 1975. Lalu ia mengganti nama baptisnya Cassius Marcellus Clay, Jr. menjadi Muhammad Ali Clay. Ketika ditanya apa yang membuatnya mengganti keyakinan menjadi seorang muslim. Ali menjawab dengan jawaban yang luar biasa, “Aku belum pernah melihat begitu banyak cinta. Saling pelukan dan cium antar mereka. Shalat 5 waktu dalam sehari. Wanita memakai pakaian yang panjang. Cara mereka makan. Engkau bisa pergi ke negara manapun dengan menyapa ‘assalamu’alaikum – wa’alikumussalam. Kau punya rumah. kau punya saudara. Aku memilih Islam karena itu bisa menghubungkanku (persaudaraan kepada siapa saja). Sebagai seorang Kristen di Amerika, aku tidak bisa pergi ke gereja orang kulit putih…”

Ia melanjutkan, “(Dalam Islam) Aku merasakan kebaikan. Aku merasakan kebebesan. Islam membuatku terhubung dengan Saudi Arabia. Persaudaraan Islam menghubungkanku dengan Pakistan, Maroko, Syiria. Aku bisa tinggal di istana-istana (pemimpin muslim dunia) karena aku seorang muslim. Menjadi penganut Kristen aku tidak pernah duduk (setara) dengan pemimpin-pemimpin. Sebagai seorang muslim, aku duduk bersama (Anwar) Sadad, (Gamal Abdul) Naser, Marcos Presiden Filipina. Raja-raja (Arab), Sultan Abu Dhabi, dan masyarakat menyambutku layaknya seorang saudara… Oleh karena itu, aku memilih agama Islam.”

Pelajaran bagi kita kaum muslimin, jangan lupakan ucapan salam sesama umat Islam. Karena salam menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

“Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian.”

Sabda Nabi ﷺ dirasakan sendiri oleh Muhammad Ali ketika ia masih beragama Kristen. Ia melihat begitu banyak cinta dan persaudaraan pada umat Islam dengan ucapan salam.

Peranan Sebagai Seorang Muslim

Pada tahun 2005 ia mendirikan Muhammad Ali Center di kampung halamannya Louisville. Tempat ini berfungsi sebaga pusat dakwah. Mungkin untuk memancing daya tarik orang-orang berkunjung kemudian mempelajari Islam, Muhammad Ali menaruh sebagian benda-benda koleksinya di sini. Tempat ini juga beroperasi sebagai organisasi non-profit untuk menyebarkan ide-ide perdamaian, kesejahteraan sosial, membantu orang yang membutuhkan, dan nilai-nilai luhur yang  Muhammad Ali yakini.

Upacara pembukaan tempat ini dihadiri oleh sejumlah besar penggemar Muhammad Ali yang datang dari berbagai belahan dunia, termasuk mantan Presiden AS Bill Clinton.

Muhammad Ali mengatakan, “Saya ingin tempat ini mendorong seseorang untuk memberikan yang terbaik dalam bidang pilihan mereka.”

Sejak aktif di dunia sosial, Muhammad Ali telah mengunjungi banyak negara untuk membantu program kesehatan anak dan orang-orang miskin. Di antara negara yang telah ia kunjungi adalah Maroko, Pantai Gading, Indonesia, Meksiko, dll.

Ia juga memperhatikan masyarakat bawah di Amerika Seirka, terutama kalangan Afrika Amerika yang sering mengalami diskriminasi.

Ucapan-Ucapan Ali

“Mengapa mereka harus memintaku untuk mengenakan seragam dan pergi sepuluh ribu mil dari rumah untuk menjatuhkan bom dan peluru pada orang-orang coklat di Vietnam sementara yang disebut orang negro di Louisville diperlakukan seperti anjing dan menolak hak asasi manusia sederhana?” Ali, Februari, 17, 1966.

“Orang-orang mengatakan aku berbicara begitu lambat sekarang. Tidak mengherankan. Aku menghitung sudah melakukan 29.000 pukulan. Tapi aku mendapatkan $ 57.000.000 dan disimpan setengah dari itu. Jadi aku melakukan beberapa pukulan keras. Apakah Anda tahu berapa banyak laki-laki hitam dibunuh setiap tahun oleh senjata dan pisau tanpa sepeser pun untuk nama-nama mereka? aku mungkin bicara lambat, tapi pikiranku baik-baik saja.” – Ali, 20 Januari, tahun 1984.

Ketika terjadi penyerangan di Paris yang diklaim dilakukan kelompok ISIS, Muhammad Ali angkat bicara,

“Aku seorang Muslim. Tidak ada ajaran Islam tentang membunuh orang yang tidak bersalah di Paris, San Bernardino, atau di mana pun di dunia ini. Muslim sejati tahu bahwa kekerasan dan kekejaman yang disebut Jihadis Islam sangat bertentangan dengan ajaran agama kita.” – Ali, 2015.

Aku tidak merokok, tapi aku selalu membawa korek api di kantong celana. Setiap kali hatiku tergerak untuk berbuat dosa, maka kubakar satu batang korek api. Kurasakan panasnya di telapa tangan. Kukatakan dalam hati, “Ali, menahan panasnya korek api ini saja kau tak sanggup. Bagaiamana dengan dahsyatnya panas api neraka?”

Wafat

Muhammad Ali meninggal pada hari Sabtu, 4 Juni 2016, di usia 74 tahun. Mantan juara dunia kelas berat ini meninggal di sebuah RS di Kota Phoenix negara bagian Arizona, setelah dirawat sejak Kamis.

Ali menderita gangguan pernapasan, karena komplikasi yang disebabkan oleh penyakit Parkinson yang dideritanya.

Pihak keluarga menyatakan, pemakaman akan dilakukan di kampung halaman Ali di Louisville, Kentucky.

Sumber:
– https://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ali
– http://islamstory.com/ar/الملاكم_الأمريكي_محمد_علي_كلاي
– Video-video wawancara dengan Muhammad Ali

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/5527-sang-legenda-muhammad-ali.html#more-5527

Putri Muhammad Ali Ajak Muslim Ubah Persepsi Negatif Islam

Putri almarhum Muhammad Ali berkunjung ke Indonesia untuk pertama kalinya, Jumat (27/10). Perempuan yang juga seorang penulis buku dan motivator internasional tersebut diundang menjadi salah satu pembicara dalam acara Kopdar Saudagar Nusantara 2017 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, pada 28-29 Oktober.

“Suatu kehormatan bagi saya bisa berbicara di depan banyak saudara Muslim di Indonesia,” ungkap Rasheda saat ditemui ROL di Bandara soetta, kemarin.

Rasheda mengungkapkan, banyak tantangan yang akan dihadapi para pengusaha muslim di dunia. Tantangan terbesar seorang muslim adalah mengubah persepsi negatif dan mengklarifikasi Islam pada dunia.

Tidak peduli dimana pun berada, umat Islam pasti akan menemui sekumpulan orang yang ingin menyakiti dengan stigma tidak baik perihal Islam daripada mereka mencari tahu ajaran Islam yang sesungguhnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengubah persepsi negatif Islam, yakni dengan berani berbicara. “Kita harus berani speak upmengenai Islam yang sesungguhnya,” jelas Rasheda.

Seperti yang dilakukan ayahnya dalam memperjuangkan Islam. Ali tidak hanya berani berbicara untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi muslim lain yang terlihat lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara. Ketika media massa mengabaikan muslim, Ali berani berbicara mewakili mereka.

Rasheda menjelaskan, speak up menjadi tanggung jawab seluruh Muslim. Umat Islam harus bersatu untuk mengubah persepsi negatif tentang Islam karena menjadi tanggung jawab bersama. Rasheda mengungkapkan, sang ayah juga melakukan hal demikian ketika memperjuangkan ajaran agama Islam yang cinta damai. Muslim harus bisa menjelaskan ajaran agamanya dengan benar. Muslim tidak akan tahu, mungkin suatu saat orang yang memberikan stigma negatif Islam akan tertarik mempelajari agama Islam itu sendiri.

“Ayah saya orang yang sangat bagus dalam berbicara mengenai muslim, dia sangat vokal,” jelas Rasheda.

Dunia memang membutuhkan orang-orang seperti Muhammad Ali. Ketika media massa mengontrol dunia dan mengabaikan umat Islam, sosok orang seperti Ali dibutuhkan.

Rasheda juga mengatakan, acara semacam pertemuan besar dengan perkumpulan saudara sesama Muslim bisa menjadi salah satu wadah untuk speak up bagi umat Islam. Tunjukkan bahwa orang Islamcerdas dan pintar. Hak tersebut akan memberikan efek positif bagi umat Islam.

REPUBLIKA

Muhammad Ali: Allah The Greatest!

‘’Cassius Clay itu nama budak!’’ Sumpah serapah ini pernah dilontarkan salah satu petinju terbesar di dunia, Muhammad Ali, saat ditanya wartawan mengenai perubahan namanya pada paruh akhir tahun 1960-an. Ali gusar karena para wartawan yang ke mana dia pergi selalu merubungnya dan selalu menanyakan soal nama barunya setelah memeluk Islam itu.

‘’Nama saya Ali, Muhammad Ali. Saya the Greatest,’’ katanya lagi yang nama kecil lengkapnya bernama Cassius Marcellus Clay Jr (lahir 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika). Saluran berita televisiCNN baru saja menyatakan Ali meninggal dunia setelah berjuang selama 30 tahun melawan penyakit parkinson yang diidapnya. “Boxing legend Muhammad Ali Dead At 74,’’ tulis CNN dalam siaran beritanya pagi ini (Sabtu 4/6).

Meski dikenal jagoan baku pukul, semenjak kecil Ali dikenal sebagai pribadi yang baik dan menyenangkan. Dia penurut, tak pernah terlibat perkara kriminal seperti misalnya si petinju leher beton Mike Tyson yang suka berkelahi semenjak kecil.

Teman-teman kecilnya menyebut Ali yang merupakan putra tukang cuci pakaian ini sebagai teman yang menyenangkan. Kebugaran dan kekuatan fisiknya sudah ditempanya semenjak masa sekolah dasar. Ketika teman-teman pergi ke sekolah menumpang bus, dia memilih berlari ke sekolah meski seorang diri.

“Kalau kami naik bus ke sekolah, Ali malah memilih berlari ke sekolah yang jarak dari rumah sekitar enam kilometer. Hebatnya, dia selalu lebih dulu sampai di sekolah daripada kami yang pergi menumpang bus,” cerita seorang tetangga perempuan Ali, di Louisville, beberapa tahun silam.

Jerry Icenberg, kolumnis senior Newark Star-Ledger menyatakan, Ali seorang nice guy atau punya kepribadian yang menyenangkan. Dia mampu menyebarkan semangat kemanusiaan dan menjadi penerang bagi dunia. “Ali seorang genuine Muslim (pribadi Muslim yang utuh),’’ kata Icenberg.

I love Muhammad Ali. Dia seorang legenda dan juara sejati bagi keseluruhan umat manusia. Muhammad Ali memang the Greatest sekaligus juara yang sejati,’’ kata promotor tinju kondang Don King.

 

Menjadi Muslim dan Perjuangkan Hak Kaum Negro

Mengenai soal pergantian namanya dalam buku otobiografinya, Ali mengaku pilihan dirinya menjadi Muslim itu dilakukan setelah merengkuh gelar juara dunia tinju pertamanya atas Sony Liston pada tahun 1964, serta masuknya dia dalam kelompok Nation of Islam (NOI) yang kontroversial. Namun, pada buku biografi Ali yang diluncurkan pada tahun 2004, Ali mengaku sudah tidak bergabung dengan NOI, tetapi bergabung dengan jamaah Islam Sunni pada tahun 1975.

Dan memang, semenjak pertengahan 1960-an, di Amerika timbul gerakan antiperang yang melahirkan sebutan lahirnya “generasi bunga”. Generasi ini sangat menentang perang dan anti terhadap perbedaan ras.

Salah satu isu yang penting saat itu adalah soal perang Vietnam dan tersisihnya hak orang kulit hitam di Amerika. Saking kesalnya atas perlakukan rasial itu, Ali seraya berseloroh sering mengatakan kaum kulit putih di Amerika menganggap dirinya seperti seorang Tarzan, “Orang kulit putih yang hidup sendirian di dalam rimba belantara.” Selain itu, sebagai protes atas rasialisme di Amerika Serikat, Ali pun pada tahun 1960 membuang medali emas Olimpiadenya ke Sungai Ohio di Kentucky.

Sebagai puncak perlawanan atas rasialisme dan meluasnya peperangan, maka Ali pada saat itu pun menolak mengikuti wajib militer yang mengharuskannya menjadi tentara. Ia menolak karena memang tak sudi ikut berperang ke Vietnam. Ia menyatakan tak pernah punya urusan atau masalah dengan orang Vietnam. Apalagi Vietkong (tentara pengikut panglima tentara Vietnam Ho Chi Minh) tak pernah membunuh atau menyebut dirinya sebagai seorang negro.

“Tidak ada Vietcong yang menyerang saya. Tidak ada Vietkong yang pernah menelepon lalu menyebut saya dengan panggilan negro,” kata Ali.

Selain itu Ali mengatakan, “Musuhku itu orang kulit putih, bukan Vietkong, Cina, atau Jepang. Kalian kulit putih menghalangiku mendapatkan kebebasanku, menghalangiku mendapatkan keadilan. Bahkan kalian kulit putih tak mau mendukungku untuk melakukan apa yang diperintahkan agamaku, kalian malah menyuruhku pergi dan menyuruhku bertarung padahal kalian tak pernah mendukungku saat di rumah.”

Sikap menolak tetap dia pegang meski kemudian lisensi tinjunya terancam dicabut, masuk penjara, dan kehilangan gelar sebagai juara dunia. Situasi vakum bertinju ini berlangsung empat tahun dari tahun 1967-1971 atau baru berakhir ketika Mahkamah Agung AS memenangkan kasusnya.

 

Menjadi ‘The Greatest’ Dalam Pertarungan di Tengah Rimba Afrika

Setelah memenangi kasus hukumnya, Ali kemudian bertinju kembali. Lawan pertamanya Oscar Bonavena di Madison Square Garden pada bulan Desember 1971. Ia berhasil menang TKO di babak ke-15. Berkat kemenangan ini, Ali kini menjadi pesaing utama yang akan melawan juara dunia kelas berat yang pada saat itu dipegang Joe Frazier. Namun sayang, meski kemudian Jao Frazier berhasil dikalahkan (pada pertarungan kedua), gelar dunia keburu melayang kepada si Beruang Besar George Foreman.

Maka, promotor tinju nomor wahid dunia saat itu, Don King, kemudian mengatur pertarungan antara Ali melawan George Foreman di Kinshasa, Zaire, pada 30 Oktober 1974. Don King menamai gelanggang adu jotos ini “The Rumble in the Jungle ” (Pertarungan di Tengah Rimba).

Ali sendiri mengaku pertarungan melawan Foreman adalah salah satu pertarungan terberat (selain itu, dia mengaku peraturangan terberatnya melawan Frazier dan Ken Norton). Saat itu, Foreman adalah sosok petinju menakutkan: tinggi, besar, dan sangat kuat. Semua musuhnya dilibas dengan KO atau TKO. Frazier, misalnya, dipukul oleh Foreman dengan pukulan stright sampai kakinya melayang atau terangkat setinggi 5 cm.

Namun, meski merasa jeri dengan reputasi Foreman, Ali menutupi rasa itu dengan banyak memprovokasi dengan melakukan perang urat syaraf melalui perang pernyataan. Ali pun berusaha mencari dukungan dari penduduk lokal dengan melakukan jogging keliling Kinshaha.

Di negara yang berada di tengah Benua Afrika itu tentu saja Ali dielu-elukan:’’Ali Bumaye… Ali Bumaye,’’ begitu teriakan warga Kinshaha ketika menjumpai Ali yang tengah berlatih di pagi hari.

Dan, hasilnya luar biasa. Ali ternyata berhasil menganvaskan Foreman pada ronde ke delapan meski sebelum ronde itu dia dibombardir tinju Foreman habis-habisan. Selama itu, mulai ronde awal hingga keenam ia terus bertahan dan terus berlindung di balikdouble cover kedua tangannya. Tak hanya itu, dia pun bergelantungan di tali ring (melakukan teknik bertinju rope a dope) sembari terus berteriak di telinga Foreman: “Mana pukulan terkerasmu? Apa hanya segini pukulanmu?” Foreman membalas teriakan Ali dengan terus memukul dan memukul seperti beruang besar yang mengamuk.

Taktik memukul tanpa henti ternyata membuat Foreman frustrasi dan kelelahan. Keadaan itu dilihat Ali. Maka, mulai ronde keenam, Ali balik menyerang sembari merangkul, berlari berkeliling, dan memukul keras kepala Foreman melalui pukulan jabnya yang dahsyat (dikatakan Ali seperti terbang bagai kupu-kupu, menyengat seperti lebah). Tak ayal lagi, Foreman terjungkal secara tragis. Saking sedihnya, setelah kekalahan ini, Foreman pun menyatakan diri pensiun dari ring tinju dan menjalani profesi baru sebagai pendeta.

Ali pun meraih juara dunianya yang kedua. Ali mengukuhkan diri sebagai jawara dan menyebut dirinya: “I am the Greatest!”

 

Ali: Allah Yang Terbesar!

Setelah menaklukkan Foreman, Ali pun kebanjiran job bertinju di berbagai belahan dunia. Olahraga tinju profesional yang saat itu seolah tak punya harga berubah menjadi olahraga gemerlap yang berbayar sangat mahal. Ali menikmati kejayaan itu dan baru turun dari takhtanya setelah dikalahkan petinju asal Inggris pada akhir September 1978, Leon Spink.

Namun, gelar ini tak lama kemudian direbutnya kembali. Dan baru pada 10 Februari 1980 Ali benar-benar kehilangan sabuk juara tinjunya setelah dikalahkan mantan “anak asuhnya”, Larry Holmes. Setelah itu, Ali pensiun dan malah kemudian terkena penyakit parkinson sampai dia meninggal pada Sabtu ini (4/6).

Indonesia pun sempat menyaksikan aksi Muhammad Ali melawan petinju asal Belanda, Rudi Lubbers pada 14 Oktober tahun 1973 di Jakarta. Dalam pertarungan yang dipromotori Raden Sumantri itu, mantan wartawan senior Republika, Puwadi, yang saat itu menjadi wartawan majalah Panji Masyarakat sempat mewawancarai Ali yang menginap di Hotel Sahid, Jakarta. Menurut dia, Ali orang yang sangat ramah dan murah senyum.

Uniknya, pertarungan di Jakarta saat itu dipilih menjadi representasi orang Indonesia melawan kolonialisme Belanda yang dilambangkan dengan sosok Rudi Lubber. Sebanyak 45 ribu orang mendatangi Istora Senayan untuk melihat pertarungan itu meski harus membeli karcis dengan harga yang saat itu terasa cukup mahal, antara Rp 1.000 hingga Rp 27 ribu.

“Saya kaget ketika pintu kamar terbuka dan di sana ada Muhammad Ali. Orangnya tinggi besar. Dan saya pun gemetar ketika hendak memotretnya. Syukurlah dia kemudian memanggil saya dan mengajak berfoto sembari tersenyum sehingga grogi saya hilang seketika,” tutur Purwadi ketika menceritakan pertemuannya denganMuhammad Ali yang saat itu pun sempat diarak keliling Kota Jakarta.

Bahkan, tak hanya sewaktu Ali bertanding di Jakarta, bilamana ada pertandingan Ali, seluruh orang Indonesia sepertinya berada di depan televisi. Jalanan sepi. Kantor dan sekolahan “diliburkan” sejenak. Semua terbius Ali, baik ketika dia kalah maupun menang. Teriakan “Ali… Ali… Ali…” selalu terdengar dari depan televisi hitam putih sederhana. Sejenak, rakyat Indonesia melepaskan emosi dan melupakan belitan amuk kemiskinan yang sehari-hari dirasakannya.

Di masa tua, Ali pun lebih banyak berkutat dengan lembaga amal. Putrinya, Laila Ali, melanjutkan keemasan namanya dengan menjadi juara tinju wanita.

Uniknya, beberapa tahun setelah lama gantung sarung tinju dan kemudian ditanya apakah masih menyebut dirinya sebagai the Greatest, Ali pun menjawabnya sembari tersenyum dan mengangkat tangan dengan menunjukkan jari telunjuk ke atas: “Allah is the Greatest!”

Dan dalam talkshow di sebuah televisi di Inggris Ali yang berbincang bersama Freizer, Foreman, menyatakan tak percaya bila dirinya yang terbesar. Dia malah menyebut Joe Freizer yang duduk di sampingnya  lebih berhak menyandang sebutan itu.

 

sumber: Republika Online

Inilah Momen-Momen Saat Muhammad Ali Menyatakan Masuk Islam

Muhammad Ali terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay. Peraih medali emas Olimpiade ini menyatakan diri masuk Muslim pada 1964. Saat itu, ia baru saja mengalahkan Sonny Liston untuk menjadi juara dunia kelas berat. Pertarungan Ali digelar pada 25 Februari 1964.

Meski disebut underdog, Ali tetap mampu membuktikan kemampuannya. Ia berulang kali menyindir Liston. Sebelum pertarungan Ali berjanji akan “melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah”.

Ia pun memprediksi dapat memukul jatuh Liston. Ucapan Ali terbukti. Liston tidak bisa bangun pada ronde ketujuh. “Saya terhebat,” ujar Ali.

Pada keterangan persnya besok pagi, tersiar kabar Clay telah masuk Islam dan bergabung dengan Nation of Islam yang didirikan oleh Malcom X (1925-1965). Ia pun mengonfirmasi jika telah bergabung dengan organisasi itu.

Pada 6 Maret 1964. Pemimpin Nation of Islam Elijah Muhammad (1897-1975) mengganti nama Clay menjadi Muhammad Ali.  Sejak saat itu, pria kelahiran Kentucky ini tidak lagi menggunakan nama Clay. “Clay adalah nama budak saya,” ujarnya.

Nation of Islam saat itu masih menjadi organisasi yang dianggap berbahaya. Ada rumor kelompok Muslim Afro-Amerika akan menciptakan negara sendiri.

Sehingga, ketika Ali menyatakan, bergabung dengan gerakan tersebut, media bersikap seakan dikhianati. Salah satu surat kabar bahkan membuat rumor jika masuk Islamnya Ali hanya untuk mendorong tiket penjualan.

Baca juga, Muhammad Ali Meninggal Dunia.

 

Sumber : History.com/la times (Republika Online )

Arti Islam Bagi Mendiang Muhammad Ali

Dunia kembali berduka. Lantaran legenda tinju dunia, Muhammad Ali, dinyatakan meninggal dunia, Sabtu (4/6). Ali wafat akibat komplikasi penyakit pernafasan dan parkinson yang dideritanya.

“Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindroma parkinson, Muhammad Ali, meninggal dunia pada usia 74 tahun,” kata salah satu juru bicara keluarga Ali.

Siapa yang tidak mengenal Ali. Sosok petinju Muslim ini begitu fenomenal baik di atas ring maupun di luar arena tinju.
Berikut ini sejumlah kutipan kata-kata penuh makna yang keluar dari mulut Ali ketika masih hidup:

  • Pengertian Islam adalah perdamaian. Adapun arti kata Muslim sendiri adalah mereka yang berserah diri kepada Allah. Sayangnya, media massa membuat kita tampak seperti pembenci.
  • Allah adalah istilah dalam bahasa Arab untuk menyebut Tuhan . Berdiri untuk Tuhan , berjuang untuk Tuhan , bekerja untuk Tuhan dan melakukan hal yang benar, dan akhirnya segalanya yang baik akan menghampiri Anda.
  • Dia yang tidak cukup berani untuk mengambil risiko akan mencapai apa-apa dalam hidup.
  • Persahabatan…. Bukanlah sesuatu yang Anda dapat pelajari di sekolah. Jika Anda belum paham arti persahabatan, berati Anda belum memahami apapun.
  • Saya benci setiap menit dari waktu berlatih, tapi saya selalu berkata, “Jangan berhenti. Lebih baik menderita sekarang dan menghabiskan sisa hidup sebagai sang juara”.
  • Manusia tidak pernah menyadari apa yang mereka miliki hingga akhirnya lenyap dari genggaman. Seperti Presiden Kennedy, tidak ada manusia seperti dia, atau The Beatles. Termasuk idola saya, Elvis Presley. Saya adalah Elvis di atas ring tinju.

 

sumber: Republika Online

14 Ribu Orang Hadiri Shalat Jenazah Muhammad Ali

Prosesi pemakaman secara Islam digelar untuk petinju legendaris Muhammad Ali, Kamis (9/6). Ribuan pengagum membanjiri kampung halaman Ali di Louisville, Kentucky untuk mendoakannya.

Diperkirakan 14 ribu orang dari berbagai ras dan golongan menghadiri prosesi tersebut.

“Meninggalnya Ali membuat kita merasa seperti sendirian di dunia ini. Sesuatu yang solid, indah dan tegas telah meninggalkan dunia ini,” ujar Sherman Jackson, cendekiawan Muslim di University of Southern California.

Jackson memuji Ali atas upayanya memajukan hak sipil warga Afrika-Amerika pada 1960-an. Lainnya, memujinya karena membuat Islam lebih diterima dan memberi AS seorang pahlawan Muslim.

Imam Zaid Shakir, pendiri sekolah Zaytuna College di Berkeley, Kalifornia memimpin shalat jenazah. Jenazah Ali terbaring di peti mati yang dilapisi kain bertuliskan bahasa Arab berwarna hitam dan emas.

Ali dan keluarganya telah merencanakan pemakaman tersebut selama 10 tahun. Mereka menggelar pemakaman tersebut untuk menghormati kepercayaan Muslim sekaligus beradaptasi dengan kebudayaan Barat.

Jenazah Ali akan dimakamkan pada Jumat (10/6).

 

8 Fakta Seputar Muhammad Ali yang Perlu Anda Ketahui

Legenda tinju dunia, Muhammad Ali, dinyatakan meninggal dunia, Sabtu (4/6). Ali wafat akibat komplikasi penyakit pernafasan dan parkinson yang dideritanya. Juru Bicara keluarga Ali memastikan kondisi berpulangnya Muhammad ALi menepis segala spekulasi yang berkembang di sejumlah media.

“Setelah 12 tahun berjuang mengatasi sindroma parkinson, Muhammad Ali, meninggal dunia pada usia 74 tahun,” ungkap salah satu juru bicara keluarga.

Ali dilarikan ke rumah sakit di Phoenix, Arizona, pekan ini karena mengalami masalah pada pernapasan. Sepanjang kariernya, Muhammad Ali menggoreskan banyak kisah, mulai dari kegemilangan karier hingga perjalanan spiritualnya yang mengantarkannya masuk Islam.

Berikut fakta tentang Muhammad Ali yang perlu anda ketahui:

 

1. Sepeda yang Dicuri

Sebuah sepeda Schwinn berwarna merah-putih mengawali karier paling awal Muhammad Ali. Cassius Clay–nama sebelum Muhammad Ali masuk Islam, marah saat sepedanya dicuri pada bulan Oktober 1954. Usianya baru menginjak 12 tahun saat itu. Ia melaporkan pencurian ke Louisville, Kentucky, kepada polisi Joe Martin dan bersumpah untuk memukul pelakunya. Martin, yang juga seorang pelatih tinju, menyarankan Ali untuk belajar tinju untuk meredam emosinya.

 

2. Masuk Islam di Puncak Karier

Sebelum mulai dikenal sebagai Muhammad Ali, ia mengganti namanya menjadi Cassius X.
Pagi hari setelah mengalahkan Liston, juara kelas berat baru mengkonfirmasi laporan bahwa ia telah masuk Islam. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah meninggalkan nama keluarga, yang ia sebut sebagai “nama budak,”. Pemimpin Islam setempat, Elijah Muhammad memberinya nama suci. Nama itu Muhammad Ali yang dianugerahkan pada tanggal 6 Maret 1964.

 

3. Diasingkan dalam Penjara

Saat Perang Vietnam berkecamuk pada 1967, Ali menolak untuk masuk militer AS karena alasan agama. Juara kelas berat itu ditangkap dalam tuduhan rencana penggelapan, lisensi tinju dicabut dan ia diminta menanggalkan gelarnya. Ali dihukum maksimum lima tahun penjara dan didenda 10 ribu dolar AS. Pada tahun 1970 Mahkamah Agung New York memerintahkan lisensi tinju Ali diberikan kembali, dan ia kembali ke ring dengan mengalahkan Jerry Quarry pada bulan Oktober 1970.

 

4. Darah Irlandia

Kakek buyut Ali, Abe Grady adalah orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Kentucky pada 1860-an. Di sana ia menikah dengan seorang budak yang dibebaskan, dan salah satu cucu mereka adalah ibu Ali, Odessa Lee Grady Clay. Pada tahun 2009, Ali mengunjungi kampung halaman leluhur besar-kakeknya dari Ennis, Irlandia, dan bertemu sesama anggota klan O’Grady.

 

5. Sejak Muda Melawan Rasisme

Setelah lulus SMA, Ali (18 tahun) pergi ke Roma dan memenangkan medali emas kelas berat ringan di Olimpiade 1960. Ali menulis pada tahun 1975 dalam otobiografinya bahwa setelah kembali ke Louisville, ia melemparkan medali emas dari jembatan dan medalinya tenggelkam ke Sungai Ohio. Itu dilakukan Ali untuk memprotes rasisme yang masih ditemuinya di kampung halamannya.

 

6. Sarung Tinju Termahal

Sarung tangan yang dikenakannya untuk mengalahkan Liston membuatnya mendapatkan lebih banyak uang daripada kemenangan itu sendiri. Hampir 50 tahun ke hari setelah Ali meraih gelar kelas berat untuk pertama kalinya, seorang pembeli anonim membeli sarung tangan yang dipakainya untuk mengalahkan Liston. Sarungnya dihargai 836 ribu dolar AS. Padahal Ali hanya memperoleh 630 ribu dolar AS untuk kemenangannya itu sendiri.

 

7. Seputar Keluarga

Muhammad Ali telah menikah empat kali dan memiliki tujuh anak perempuan dan dua anak laki-laki. Salah satu putrinya, Laila Ali juga menjadi petinju yang memulai kariernya pada tahun 1999.

 

8. Menjadi Juru Perdamaian

Pada tahun 1984 Ali didiagnosis terkena sindrom Parkinson, penyakit yang terhubung ke trauma kepala berat yang diderita selama karier bertinju. Keterampilan motorik mantan juara ini telah perlahan-lahan menurun, dan gerakan dan pidatonya terbatas. Terlepas dari Parkinson, Ali tetap dalam sorotan publik, berkeliling dunia untuk membuat kegiatan kemanusiaan. Dia bertemu dengan pemimpin Irak Saddam Hussein (1937-2006) pada 1990 untuk merundingkan pembebasan sandera Amerika, dan pada tahun 2002 ia pergi ke Afghanistan sebagai Utusan Perdamaian PBB.

 

sumber: Republika Online

 

 

Innalillahi, Mantan Petinju Muhammad Ali Meninggal Dunia

Kondisi kesehatan mantan juara tinju dunia kelas berat Muhammad Ali yang saat ini tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, dikabarkan terus memburuk. Bahkan seorang sumber yang dekat dengan keluarga Ali mengatakan bahwa sang petinju legendaris tersebut berada diambang kematian.

“Ini kondisi yang luar biasa. Mereka sedang menyiapkan kuburan dalam hitungan jam,” ucap sumber tersebut seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/6).

Sumber itu mengatakan ia telah berbicara dengan istri Ali, Lonnie. “Ini bisa lebih dari beberapa jam, tapi itu tidak akan lama. Pengaturan pemakaman sudah dibuat,” ungkap sumber tersebut.

Mantan petinju berusia 74 tahun ini, dilarikan ke rumah sakit pada pekan ini karena penyakit pernapasan. Juru bicara keluarga, Bob Gunnell, mengatakan Ali dalam kondisi yang stabil.

Tetapi, berbagai spekulasi berkembang seputar kondisi kesehatannya. Ali telah menderita penyakit Parkinson selama lebih dari tiga dekade dan kondisinya terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

The New York Post dan International Business Times mengutip sebuah sumber laporan yang mengatakan bahwa sejumlah alat bantu kehidupan telah dipasangkan pada tubuh Ali. Namun, sumber itu tidak bisa mengomentari laporan itu.

penampilan terakhir Ali di depan publik pada April 2016 di acara “Celebrity Fight Night” di Arizona yang diadakan oleh badan amal Muhammad Ali Parkinson Center.

Pada puncak karirnya, Ali dikenal karena kemampuan tinju cepatnya. Ia dijuluki ‘The Greatest’ dan pensiun dari dunia tinju pada 1981. Sekitar tiga tahun setelah ia pensiun, Ali didiagnosa menderita Parkinson.

Ali, lahir di Louisville, Kentucky, dengan Cassius Marcellus Clay Jr. Ia mengubah namanya menjadi Muhammad Ali pada 1964 setelah memutuskan untuk memeluk Islam.

 

sumber: Republika Online

 

baca juga:

Masya Allah, Muhammad Ali dan Mike Tyson Baca Al-Qur’an Bersama Hebohkan Netizen

Bicara soal Muhammad Ali dan Mike Tyson tentunya tidak bisa dilepaskan dari dunia olahraga tinju. Ya, kedua pria tersebut merupakan legenda tinju yang prestasinya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Namun, tak hanya soal prestasi, kehidupan pribadi keduanya pun menarik masyarakat untuk mengetahui lebih jauh, sehingga tidaklah heran ketika foto Ali dan Tyson yang tengah membaca Alquran tersebar di dunia maya netizen langsung heboh.

Dalam foto yang beredar di sosial media, Facebook tersebut terlihat Muhammad Ali tengah memegang sebuah Alquran, sedangkan Mike Tyson duduk disamping Ali sambil tersenyum. “Mike Tyson islam ke??” komentar pemilik akun Facebook Danish Danial dalam foto tersebut.

Muhammad Ali resmi memeluk agama Islam pada tahun 1964, sebelumnya ia lebih dikenal dengan nama Cassius Clay.

Sedangkan Mike Tyson baru memeluk Islam pada tahun 90-an atau tepatnya saat ia menghabiskan waktu selama tiga tahun di dalam penjara karena memperkosa Miss Black America, Desiree Washington pada 1991. Tyson pun mengganti nama menjadi Malik Abdul Azis. Pada 2010 lalu, dia juga telah menunaikan umrah ke Tanah Suci. [AW/Bintang]

 

sumber: Panji Mas