Alquran mengabadikan para murid Nabi Isa AS dalam surah Ali Imran.
Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam yang wajib dipercaya. Alquran berisi tentang tuntunan, adab, sains, dan keilmuan, hingga argumentasi sejarah. Salah satu argumentasi sejarah yang diisyaratkan Alquran adalah mengenai hawariyyun atau biasa dikenal dengan sebutan murid-murid Nabi Isa AS.
Dalam kitab al-Mizan fi Tafsir al-Quran karya Sayid Muhammad Husain, kata hawariyyun dalam bahasa Arab berasal dari kata huur yang berarti sangat putih.
Sedangkan dalam Alquran, kata hawariyyun adalah sebutan untuk murid-murid Nabi Isa AS yang berjumlah 12 orang. Meski, kata hawariyyun sendiri tak berarti 12.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Ali Imran ayat 52-53 berbunyi:
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ رَبّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْت وَاتَّبَعْنَا الرَّسُول فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
“Falamma ahassa Isa minhumul-kufra qala man anshari ilallahi qalal-hawariyyuna nahnu ansharahum aamanna billahi wasyhad bi-anna muslimun. Rabbana aamanna bima anzalta wa-ttaba’na ar-rasula faktubna ma’a syahidin,”.
Yang artinya: “Setelah Isa menyadari akan kekafiran mereka, ia berkata: Siapakah yang akan menjadi pembelaku di jalan Allah? Para murid pun berkata: Kami lah pembela-pembela Allah, kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang tunduk. Tuhan, kami beriman kepada apa yang Engkau wahyukan dan kami mengikuti Rasul, maka masukkanlah kami bersama mereka yang memberi kesaksian,”.
Kata hawariyyun yang disebutkan di dalam ayat tersebut, menurut Musadiq Marhaban dalam bukunya berjudul Yudas Pengkhianat atau Penyelamat? menjabarkan, para pakar tafsir berbeda pendapat mengenai makna kata tersebut. Sebagian mufassir (ahli tafsir) berpendapat bahwa makna hawariyyun adalah untuk menjelaskan pakaian murid-murid Isa AS yang serba putih.
Sedangkan mufassir lainnya berpendapat bahwa kata hawariyyun di sana adalah sebutan untuk murid-murid Isa AS berdasarkan kelompok dan status sosialnya. Sebab, murid-murid Nabi Isa AS dikenal berasal dari kelompok atau kelas masyarakat yang berbeda-beda di kalangan masyarakat saat itu.
Menurutnya, pandangan pertama dari kalangan mufassir tidak dilandasi fakta sejarah yang jelas. Sedangkan pandangan kedua menyebutkan bahwa mereka berasal dari kelas atau kelompok masyarakat yang berbeda seperti nelayan, pengusaha, rohaniawan, dan lainnya.
Lebih lanjut dia menjabarkan, sebab dan fungsi penyampaian kisah hawariyyun dalam Alquran, tanpak bahwa penjelasan kisah hawariyyun ini sebenarnya bukan sekadar pembuktian tentang keberadaan mereka sebagai kelompok yang pernah membantu Nabi Isa AS dalam menjalankan misi kerasulannya. Namun, Alquran juga menjelaskan mengenai keadaan mereka di saat mengalami masa-masa sulit yang pernah terjadi bersama Nabi Isa AS.
Tujuan utama pemberitaan Alquran adalah untuk menceritakan kembali tentang pilihan yang telah diambil hawariyyun ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang sulit. Saat itu, hawariyyun telah diminta untuk menunjukkan komitmen iman dan kesetiaan di dalam merespons permintaan yang disampaikan Isa AS.
Jawaban hawariyyun sebagaimana yang termaktub dalam Alquran di surah Ali Imran pada ayat yang telah disebutkan tadi. Hal itu membuktikan bahwa redaksi Alquran membantah tuduhan dalam kitab-kitab Injil yang menyatakan bahwa murid-murid Yesus (Isa AS) telah kabur di saat Yesus membutuhkan bantuan mereka.
Dalam buku ini juga dijabarkan bahwa kata hawariyyun dalam Alquran pun sebenarnya tidak terkait dengan hal-hal yang bersifat materialistik (pakaian atau latar sosial mereka).
Akan tetapi untuk menjelaskan kembali tentang kepribadian mereka yang suci dan bersih atas segala tuduhan umat Yahudi kala itu.
Landasan mengenai hal ini adalah hadirnya ayat lain dalam Alquran yang mengisyaratkan makna dari kata tersebut. Kata hawariyyun yang berasal dari kata huur ini disebut dalam Alquran tentang keindangan dari pasangan hidup manusia di surga.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surah ad-Dukhan ayat 54 berbunyi:
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
“Kadzalika wa zawajnahum bi hurin ‘ain,“. Yang artinya: Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari,”.
Lalu dalam Alquran surah ar-Rahman ayat 72 berbunyi:
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
“Huurun maqshuratun fil-khiyam,”. Yang artinya: “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dari rumah,”.
Kata huur pada ayat tersebut tidak pernah ditujukan untuk menerangkan tentang uraian-uraian fisik dari pasangan hidup manusia di surga. Namun menjelaskan tentang sifat dan kondisi pasangan-pasangan hidup manusia di surga itu sangat berbeda dari cara pandang serta pemahaman manusia tentang keindahan yang disediakan Allah di dalamnya.
Dengan demikian, kata hawariyyun dalam Alquran juga merupakan sebutan dari Allah untuk menunjukkan sifat dan keadaan murid-murid Nabi Isa AS yang suci. Mereka sesungguhnya bebas dari tuduhan yang dilontarkan para penganut agama tertentu.