Pemerintah Kota Guangzhou membantu perluasan kompleks makam Sa’ad bin Abi Waqqash RA, sahabat sekaligus paman Rasulullah SAW, di kota terbesar ketiga di Cina itu.
“Kami membantu perluasan kompleks makam itu, termasuk pembangunan masjid yang bisa menampung hingga 5.000 orang,” kata Wakil Kepala Kantor Kebudayaan, Radio, dan Televisi Pemkot Guangzhou, Ou Caiqun, Ahad (9/7).
Selain itu, pemerintah daerah setempat juga telah memberikan status benda cagar budaya sehingga mendapatkan perlindungan khusus terhadap situs bersejarah tersebut. “Hal ini merupakan bentuk perhatian pemerintah lokal terhadap umat Islam,” kata perempuan tersebut.
Menurut dia, situs permakaman yang beralamatkan di Jalan Jiefangbei No. 901 itu tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Islam, melainkan juga banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
“Bahkan saya lihat ada beberapa warga Indonesia yang menziarahi makam itu karena memang yang saya tahu penduduk Indonesia mayoritas Muslim,” ucapnya.
Makam yang berada di Ibu Kota Provinsi Guangdong yang berjarak sekitar 2.151 kilometer sebelah selatan Ibu Kota Cina di Beijing tersebut, tidak pernah sepi dari penziarah yang memang mayoritas umat Islam Cina beretnis Hui.
“Saya baru pertama kali ke sini, tapi teman-teman saya itu sudah ada yang dua sampai tiga kali,” kata Ma Gui Li asal Provinsi Gansu, saat ditemui seusai shalat tahiyyah di Masjid Xianxian yang masih satu kompleks dengan makam.
Makam Sa’ad berada di dalam ruang khusus berarsitektur Cina pada era Dinasti Tang. Bangunan itu beratapkan genting warna abu-abu, sedangkan dindingnya bercat hijau. Ruangan tersebut dapat menampung sekitar 20 orang dan hanya ada satu pintu kecil sehingga para penziarah harus menundukkan kepala jika memasuki ruangan tersebut.
Di luar bangunan utama terdapat beberapa makam lain yang diduga para imam atau pengikut Sa’ad, baik warga Cina pribumi maupun dari bangsa lain. Sekitar 2,5 kilometer dari lokasi makam tersebut terdapat Masjid Huaisheng di Jalan Guangta No. 56.
Masjid yang dilengkapi dengan menara (guangta) itu dibangun Sa’ad pada 627 Masehi atau sekitar tujuh tahun setelah datang ke Cina untuk melakukan misi pertamanya. Makam Sa’ad dan Masjid Huaisheng tersebut menjadi salah satu saksi sejarah Jalur Sutra Maritim. Masjid Huaisheng atau Guangta tersebut konon merupakan masjid pertama yang dibangun di luar jazirah Arab pada masa itu.