Bulan Rajab dinamakan juga Al-‘Asham. Dalam kitabnya Ash-Shihhah, Al-Jauhari berkata, “Orang-orang Jahiliyyah menamakan Rajab dengan Syahrullah Al-Asham bahkan ada yang menamakan Al-Ashab karena tercurahnya kebaikan padanya
BULAN RAJAB memiliki banyak nama. Ini dikarenakan bulan Rajab memiliki keagungan dan kemuliaan bagi orang-orang Arab sejak dulu sebelum datang Islam, bahkan setelah datang Islam.
Di dalam kitabnya “Tabyiinul ‘Ajab bimaa Warada Fii Syahri Rajab”, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menyebutkan nama-nama bulan Rajab itu delapan belas nama. Ibnu Hajar berkata: Ibnu Dihyah berkata, “Rajab mempunyai delapan belas nama:
Pertama: Rajab, karena ia agungkan pada masa Jahiliyah.
Kedua: Al-Asham, karena ia tidak ada terdengar padanya gemerincing senjata.
Ketiga: Al-Ashab, karena mereka mengatakan: sesungguhnya rahmat dicurahkan padanya.
Keempat: Rajam, karena setan-setan dirajam padanya.
Kelima: Bulan Haram
Keenam: Al-Haram, karena keharamannya itu sudah lama .
Ketujuh: Al-Muqim, karena keharamannya itu tetap.
Kedelapan: Al-Mu’alla, karena dia tinggi di sisi mereka.
Kesembilan: Al-Fardu, dan ini nama syar’i.
Kesepuluh: Munashilul Asinnah, disebutkan oleh Imam Al-Bukhari, dari Abi Raja’ Al-‘Athaaridi.
Kesebelas: Munshilul Aal, maknanya menjawab,. Nama ini terdapat dalam syair Al-A’syi.
Kedua belas: Munziul Asinnah
Ketiga belas: Syahrul ‘athirah, karena mereka menyembelih.
Keempat belas: Al-Mubri
Kelima belas: Al-Mu’asy-asy
Keenam belas: Syahrullah
Ketujuh belas: Dinamakan Rajab, karena meninggalkan peperangan. Dikatakan: Aku memutuskan ar-rawaajib karena Allah.
Kedelapan belas: Dinamakan Rajab, karena ia musytaq (berasal) dari kata rawaajib.” (Tabyiinul ‘Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab: 21-22).
Menurut Ibnu Al-Atsir, “Pada masa Jahiliyyah, mereka menamai bulan Rajab dengan Munshilul Asinnah, artinya mencabut mata tombak dan panah untuk membatalkan peperangan dan memutus sebab-sebab huru-hara. Karena Rajab menjadi penyebab terhentinya peperangan, maka sebutan itu dinisbatkan kepada Rajab.
Imam Qurthubi berkata, “Orang-orang Arab juga menamakan bulan Rajab dengan nama munshilul asinnah. Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abi Raja’ Al-‘Utharidi – namanya ‘Imran bin Milhan. Ada juga yang mengatakan ‘Imran bin Taim – ia berkata: ” Kami dulu menyembah batu. Apabila kami menemukan batu yang lebih baik darinya, maka kami membuangnya dan kami mengambil yang lain. Apabila kami tidak menemukan batu, maka kami kumpulkan jatswah dari tanah, lalu kami datangkan kambing, maka kami sembelih di atasnya, lalu kamu berthawaf dengannya.. Maka apabila telah datang bulan Rajab kami katakan munshilul asinnah. Maka kami tidak menanggalkan tombak yang ada besi diujung dan panah yang ada besi di ujunngnya melainkan kami mencabutnya dan membuangnya.” (Tafsir Al-Qurthubi: 8/123).
Bulan Rajab dinamakan juga Al-‘Asham. Dalam kitabnya Ash-Shihhah, Al-Jauhari berkata, “Orang-orang Jahiliyyah menamakan Rajab dengan Syahrullah Al-Asham. Berkata Khalil: Sesungguhnya dinamakan dengan itu karena tidak didengar suara histeris, gerakan perang, dan suara gemercing senjata, karena ia termasuk bulan-bulan haram.”
Imam Al-Munawi berkata dalam kitabnya “At-Taisir bi Syarhi Al-Jami’ Ash-Shaghir”: Rajab dinamakan dengan Al-Asham karena mereka (orang-orang Arab Jahiliyyah) menahan diri dari peperangan, maka tidak terdengar padanya suara senjata.”
Syaikh Abu Bakar Ad-Dimyathi al-Bakari berkata, “Bulan Rajab dinamakan dengan Al-Ashab karena tercurahnya kebaikan padanya. Dan dinamakan dengan Al-Asham karena tidak mendengar gemerincing senjata padanya. Dan dinamakan dengan Arrajam karena merajam musuh-musuh dan setan-setan sehingga tidak menyakiti para wali dan orang-orang shalih.” (I’anatut Thalibin: 2/454).
Demikianlah penjelasan para ulama mengenai makna bulan Rajab dan nama-nama lain dari bulan Rajab serta sebab penamaannya.
Para ulama sepakat mengatakan bahwa dianjurkan memperbanyak amal shalih pada Rajab. Amal shalih yang dimaksud adalah amalan secara umum yang dalilnya shahih yang dianjurkan pada semua bulan termasuk Rajab, bukan amalan yang dikhususkan pada bulan Rajab.
Mengingat keagungan dan kemuliaan bulan Rajab sebagai bulan haram, maka mari kita memperbanyak amal shalih dan menjaga diri dari maksiat di bulan ini. Karena, pahala amal shalih dan dosa maksiat pada bulan-bulan haram termasuk bulan Rajab lebih besar dari bulan-bulan lainnya.
Semoga Allah swt senantiasa memberi petunjuk kepada kita untuk senantiasa memperbanyak amal shalih sesuai dengan dalil yang shahih agar ibadah kita diterima dan senantiasa menjaga diri dari maksiat. Dan semoga Allah swt menerima amal shalih kita. Aamin.
Penulis adalah Doktor bidang Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh Pascasarjana UIN Ar-Raniry
Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi